Konten dari Pengguna

Pilkada Jakarta: Memilih antara Teknologi, Ketegasan, atau Pengalaman?

Syuhada
Saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
16 Oktober 2024 8:03 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syuhada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Pilkada. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pilkada. Foto: Pexels
Pilkada 2024 sudah di depan mata. Tidak terasa masyarakat Indonesia berkewajiban untuk menggunakan hak suaranya untuk yang kedua kalinya di tahun 2024 ini. Tanggal 14 Februari 2024 menjadi hari yang istimewa sebagai hari pemungutan suara Pemilu Tahun 2024, sementara itu tanggal 27 November 2024 akan menjadi hari istimewa sebagai hari pemungutan suara Pilkada 2024.
ADVERTISEMENT
Penulis menuliskan artikel ini pada tanggal 14 Oktober 2024, artinya hanya dalam 44 hari lagi menuju Pilkada serentak 2024 di 37 provinsi di Indonesia. Lagi dan lagi masyarakat dihadapkan pada ragam paslon yang turun ke lapangan atau bahkan tampil di berbagai media dengan memasarkan beragam “janji manis” yang mereka punya.
Melihat perkembangan Pilkada 2024 sejauh ini, dari sekian banyaknya pemberitaan mengenai Pilkada di setiap provinsi, tampaknya hati dan pandangan penulis hanya tertuju kepada Pilkada Jakarta 2024. Kota yang satu ini memang rasa-rasanya selalu menyita perhatian banyak orang termasuk penulis sendiri. Berbagai pertanyaan muncul di dalam benak. Akan menjadi seperti apa Kota Jakarta ke depan bersama pemimpin barunya? Akankah menjadi lebih baik atau sebaliknya?
Ilustrasi Pilkada. Foto: Pexels
Terlebih ketika penulis melihat bahwa calon-calon pemimpin yang akan meminang Jakarta sudah muncul di permukaan publik dan bahkan visi dan misinya sedikit dibedah di debat perdana pada 06 Oktober 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
Cagub-cawagub nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono, dengan tagline-nya “Jakarta Baru Jakarta Maju”. Cagub-cawagub nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dengan tagline-nya “Jakartaku Aman”. Cagub-cawagub nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno, dengan tagline-nya “Jakarta Menyala, Kagak Ribet Dah”.
Penulis mencoba untuk membedah visi dan misi yang ditawarkan dari ketiga calon tersebut kepada masyarakat Jakarta. Manakah yang paling relevan dengan situasi yang dihadapi dengan Kota Jakarta saat ini? Manakah “janji manis” yang paling realistis untuk diimplementasikan di Kota Jakarta dalam beberapa waktu ke depan? Simak pembahasan selengkapnya berdasarkan perspektif dan pengamatan penulis pada topik ini.
Pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono atau disingkat RK-Suswono memiliki visi bagi Kota Jakarta, yaitu “Jakarta Maju sebagai Kota Global yang Maju dengan Karya Inovatif, Berkelanjutan, dan Sejahtera” Untuk mencapai visi tersebut, maka terdapat misi yang akan dilakukan oleh pasangan nomor urut 1, yaitu sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Membentuk manusia pancasila yang berdaya saing, setara, berdaya, dan berperadaban luhur.
2. Mewujudkan kota global yang berketahanan.
3. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
4. Membangun kota layak huni kelas dunia dengan infrastruktur yang berkelanjutan.
5. Menghadirkan pemerataan pembangunan di semua wilayah Jakarta.
6. Membentuk pemerintahan yang transparan, transformatif, dan proaktif melayani.
Pasangan nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana atau disingkat Dharma-Kun memiliki visi bagi Kota Jakarta, yaitu “Menjadikan Jakarta sebagai Pusat Perekonomian Nasional dan Global yang Aman melalui Reformasi Jati Diri demi Terwujudnya Rakyat yang Beradab, Harmoni, Mandiri, Makmur, dan Bahagia” Untuk mencapai visi tersebut, maka terdapat misi yang akan dilakukan oleh pasangan nomor urut 2, yaitu sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Mewujudkan transformasi Jakarta sebagai pusat keunggulan pada tatanan nasional, regional, dan global yang aman dan beradab untuk melindungi keselamatan jiwa masyarakat.
2. Mewujudkan reformasi regulasi dan tata kelola Jakarta yang mengutamakan pemeliharaan kesehatan masyarakat melalui pengobatan preventif yang aman dan beradab.
3. Mewujudkan inovasi perbaikan desain tata ruang Jakarta sebagai kota global untuk mengatasi kemacetan melalui pengarustamaan penelitian dan pegembangan.
4. Mewujudkan akselerasi Jakarta sebagai pusat perekonomian nasional yang terintegrasi secara nasional, regional, dan global dalam simpul pariwisata, ekonomi kreatif, dan budaya melalui penguatan UMKM serta pemberdayaan masyarakat.
5. Mewujudkan akselerasi ketahanan dan keberlanjutan lingkungan Jakarta sebagai pusat transit regional dan global yang tangguh untuk menanggulangi banjir dengan manajemen air hujan dan sungai yang mengoptimalkan waduk, kanal, pompa, serta taman dan hutan kota.
ADVERTISEMENT
6. Mewujudkan penguatan konektivitas informasi melalui transformasi Jakarta sebagai pusat keunggulan sumber daya manusia yang fokus pada adab, kesetaraan sosial, profesional yang terampil, praktis, dan kreatif.
7. Mewujudkan reformasi teknologi yang tepat guna dan hemat untuk mendukung strategi samudera biru dan bio ekonomi Jakarta sebagai kontributor utama perekonomian Indonesia.
Pasangan nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno atau disingkat Pramono-Rano memiliki visi bagi Kota Jakarta, yaitu “Menuju Provinsi DKJ sebagai Pusat Perekonomian Nasional dan Kota Global Berdaya Saing untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan dan Berkelanjutan” Untuk mencapai visi tersebut, maka terdapat misi yang akan dilakukan oleh pasangan nomor urut 3, yaitu sebagai berikut:
1. Membangun masyarakat modern megapolitan yang madani, berbudaya, dan sejahtera.
ADVERTISEMENT
2. Mewujudkan pusat ekonomi yang inovatif dan kompetitif dengan membuka akses seluasnya pada sumber kehidupan dan distribusi manfaat hasil pembangunan yang merata dan berkeadilan.
3. Mewujudkan pemerintahan dengan manajemen kota modern yang akuntabel dan responsif untuk memberikan layanan publik yang prima.
4. Mewujudkan ruang aktivitas kehidupan berkualitas yang mendukung kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya secara berkelanjutan.
Apabila melihat ketiga gagasan dari tiap calon secara saksama, maka cukup terlihat perbedaan yang mencolok dari cara mereka untuk membangun Kota Jakarta.
RK-Suswono menekankan pada pembangunan Jakarta sebagai kota global yang berkualitas dan mampu bersaing dengan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi inklusif sebagai pondasinya. Impian yang ditawarkan dari pasangan ini memang terlihat begitu menarik perhatian sebab pasangan ini kerap menggunakan kota maju di negara lain sebagai acuan.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi inklusif memang dibutuhkan oleh Jakarta, namun apakah perkembangan teknologi yang sifatnya mengarah kepada bentuk digitalisasi terlalu elitis dan dapat dirasakan manfaat oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk lapisan kelas bawah? Bagaimana cara menjamin terjadinya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan memperhatikan setiap lapisan masyarakat, termasuk masyarakat lapisan menengah ke bawah?
Ilustrasi Pilkada. Foto: Pexels
Berdasarkan hasil laporan dari IMD Smart City Index 2024 mengenai peringkat sejumlah kota masa depan yang tangguh dan juga dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman, menyatakan bahwa kota Jakarta berada pada posisi 103 dari 142 kota di dunia yang disurvei. Survei mengatakan bahwa warga Jakarta puas dengan kemudahan membeli tiket dan mengakses jadwal transportasi umum secara daring dengan skor 83,2, menjadwalkan untuk layanan kesehatan secara daring dengan skor 81,1, dan mengakses portal untuk pencarian kerja secara dari dengan skor 81. Sementara itu, warga Jakarta menyebutkan 3 permasalahan utama Jakarta, yaitu polusi udara sebanyak 68,4 persen, kemacetan lalu lintas sebanyak 66 persen, dan korupsi sebanyak 51,7 persen.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, tantangan dari permasalahan polusi udara, kemacetan lalu lintas, dan korupsi juga harus menjadi perhatian bagi pasangan ini sebab hal ini dapat berkaitan dengan proses digitalisasi kota dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Tak hanya itu saja, pasangan ini juga harus siap dengan risiko terjadinya ketimpangan teknologi dan ekonomi-sosial di masyarakat Jakarta yang dapat terjadi ketika implementasi dilakukan dengan cara yang tidak tepat.
Dharma-Kun menekankan pada pendekatan membangun Kota Jakarta dengan memperhatikan moral. Setiap aspek kehidupan di Kota Jakarta harus senantiasa melibatkan moral yang tumbuh di setiap warganya agar Jakarta mampu maju, unggul, dan mendunia.
Hanya berfokus kepada mengontrol ketertiban dan moralitas setiap warga Jakarta tidak akan cukup untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan yang kompleks di Jakarta. Pendekatan moralitas juga harus mempertimbangkan berbagai cara yang tepat dan baik secara implementasi. Jangan sampai menimbulkan pendekatan moralitas yang sifatnya otoriter yang tidak dapat menyentuh permasalahan di masyarakat dan mengekang kebebasan hidup setiap warganya.
ADVERTISEMENT
Pramono-Rano menekankan pada stabilitas pembangunan dan penguatan birokrasi agar masyarakat dapat merasakan kebermanfaat yang besar di setiap aspek kehidupan di Jakarta. Tak hanya itu saja, pasangan ini juga mencoba untuk membangun Jakarta sebagai kota yang maju, namun tetap berbudaya.
Gagasan yang ditawarkan pasangan ini memang butuh diimplementasikan oleh Jakarta, namun tidak menjawab berbagai kebutuhan dan permasalahan mendesak di Jakarta. Maka, timbul pertanyaan apakah dengan penguatan birokrasi dapat mengatasi masalah kemacetan lalu lintas, banjir, dan lain sebagainya?
Jakarta menghadapi berbagai tantangan dan kebutuhan seiring perkembangan zaman. Setiap calon pasangan sudah menawarkan gagasan sebagai solusi yang berkemungkinan relevan dengan situasi yang sedang dihadapi Jakarta. Pasangan RK-Suswono yang menekankan pada inovasi dan teknologi, pasangan Dharma-Kun yang menekankan pada ketertiban dan moralitas, serta pasangan Pramono-Rano yang menekankan pada pengalaman dan stabilitas birokrasi.
ADVERTISEMENT
Penulis percaya bahwa setiap pasangan setidaknya merupakan orang-orang terpilih yang berani dan optimis untuk memimpin kota Jakarta. Penulis berkeyakinan bahwa siapapun pasangan yang nantinya diamanahkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta, maka harus bisa menampung aspirasi dari berbagai kalangan, tidak malu untuk selalu belajar, dan bahkan menggabungkan ide dari pasangan lainnya agar Jakarta dapat menjadi kota digital yang beradab dengan birokrasi yang stabil.