Konten dari Pengguna

Eksistensi Seni Wayang Kulit di Era Modern

SYUKRON AKBAR HIDAYATULLAH
Seorang mahasiswa aktif di Institut Teknologi Telkom Purwokerto
2 Desember 2021 17:10 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SYUKRON AKBAR HIDAYATULLAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Foto: Youtube Dalang Seno).
zoom-in-whitePerbesar
(Foto: Youtube Dalang Seno).
ADVERTISEMENT
Ketika libur tahun baru kelas dua SMA, ada satu momen yang membuat pandangan saya berubah terhadap seni wayang kulit. Pada saat itu kakek saya meminta saya untuk mencarikan sebuah video pertunjukkan wayang kulit di gawai yang sedang saya mainkan. Waktu itu jujur saja saya agak merasa tidak nyaman dan seperti ogah-ogahan untuk menuruti permintaannya. Akan tetapi, karena saya paham dan menjunjung tinggi kesopanan terhadap orang tua atau istilah lainnya dalam bahasa jawa itu “unggah-ungguh” ya, jadi saya tetap menuruti permintaan beliau. Setelah mencari beberapa video, dipilihlah satu video wayang kulit yang dibawakan oleh dalang bernama Alm. Ki Seno Nugroho.
ADVERTISEMENT
Entah kenapa saya yang awalnya ogah-ogahan untuk menuruti permintaan kakek, ketika itu saya malah ikut asik menonton dan merasa penasaran dengan video pertunjukan wayang tersebut. Bagaimana sang dalang membawakan lakon yang sedang diceritakan, bagaimana ia dapat mengubah bentuk suaranya sesuai tokoh yang dimainkan, dan tak lupa juga pembawaannya yang sangat bisa dipahami oleh anak muda seperti saya. Mulai dari sana saya seperti terhipnotis dan mulai sering menonton pertunjukkan wayang kulit.
Wayang sendiri sudah hadir di Indonesia pada 1.500 tahun sebelum Masehi. Pada masa itu, wayang diperkirakan hanya terbuat dari rerumputan yang diikat sehingga bentuknya masih sangat sederhana. Wayang dimainkan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang dan dalam upacara-upacara adat Jawa.
ADVERTISEMENT
Perkembangan wayang terus terjadi, lakon-lakon yang dimainkan pun kian berkembang. Dalam pewayangan Jawa, yang terkenal adalah kisah Punakawan, yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong. Adapun masuknya agama Hindu di Indonesia pun telah menambah khasanah kisah-kisah yang dimainkan dalam pertunjukan wayang. Kisah Mahabarata dan Ramayana merupakan dua contoh kisah yang menjadi favorit pada zaman Hindu Buddha di masa itu.
Alm. Ki Seno Nugroho yang sedang mementaskan wayang kulit. (Foto: Youtube Dalang Seno)
Kemudian pada masa masuknya Islam di Indonesia, dikenal salah satu tokoh yang menggunakan wayang sebagai media untuk dakwahnya. Tokoh tersebut adalah Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan walisongo yang terkenal di Nusantara kala itu. Sunan Kalijaga berpikir bahwa dengan menggunakan media wayang yang saat itu tengah populer di tanah jawa dapat menarik perhatian orang-orang untuk masuk ke dalam agama Islam.
ADVERTISEMENT
Saat ini Seni Wayang Kulit pun tidak serta merta luntur karena digerus arus zaman yang semakin modern, banyak media yang dipakai oleh para dalang untuk mementaskan pertunjukkan wayangnya. Jika dulu wayang hanya ditampilkan ketika ada suatu acara atau upacara adat, maka sekarang wayang dapat dipentaskan pada hari-hari biasa di tempat atau pendopo milik sang dalang. Kemudian pementasan wayang tersebut disiarkan melalui media streaming online seperti youtube atau instagram.
Apabila di aliran atau genre musik dangdut koplo ada penyanyi Happy Asmara atau Yeni Inka yang saat ini banyak digemari oleh anak muda Indonesia, maka pada seni wayang kulit ada dalang-dalang muda yang mampu membius kalangan remaja untuk kembali menonton pertunjukkan wayang kulit. Salah satu contohnya adalah Alm. Ki Seno Nugroho, Ki Kiswan Dwinawaeka, dan Ki Geter Pramuji Widodo.
ADVERTISEMENT
Walaupun mereka bertiga memiliki pembawaan yang berbeda, namun cara mereka menarik perhatian kalangan muda untuk menonton wayang dapat dikatakan mirip. Guyonan dan lawakan yang seringkali dilemparkan ketika membawakan pertunjukkan mampu mengocok perut para penontonnya. Saat ini para dalang juga tidak kehabisan ide untuk membawakan cerita apa yang akan dibawakan ketika pertunjukkan yang akan datang, seringkali para dalang membuat lakon atau kisah pewayangan buatannya sendiri untuk dipentaskan.
Lakon Pandu Swargo yang menampilkan dua tokoh Buto yang memiliki bobot sangat berat. (Foto: Youtube Dalang Seno)
Kisah atau lakon tersebut sejatinya adalah bentuk fleksibilitas dan penyesuaian terhadap zaman yang saat ini cepat berkembang. Lakon yang dibuat pun seringkali memuat cerita lucu, sedih, dan bahkan beberapa lakon juga dibuat sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah. Walaupun lakon tersebut adalah buatan sendiri, akan tetapi para dalang tidak membuat lakon yang terlalu jauh dari pakemnya atau jauh dari kisah yang sudah ada, hal itu dilakukan untuk menghargai para leluhur yang telah tiada.
ADVERTISEMENT
Walaupun wayang telah menyesuaikan dirinya dengan zaman, akan tetapi seni wayang kulit tidak serta merta meninggalkan manfaatnya. Banyak hal yang dapat dipetik dari menonton wayang, contohnya dari kisah para pandawa. Bagaimana seorang pemimpin memperlakukan rakyatnya. Kemudian dari lakon Ramayana, mengapa sebuah cinta harus diperjuangkan sampai mati. Atau mungkin dari lakon Lahire Wisanggeni yang dapat kita ambil manfaatnya bagaimana sebuah kebenaran harus ditegakkan dan sikap seorang pemimpin yang harus bijak mendengarkan suara rakyatnya.
Saat menonton wayang kulit pun kita disuguhkan bagaimana dialog antartokoh wayang yang memiliki berbagai bentuk sifat dan karakter, namun tidak melupakan sopan santun ketika bertemu tokoh yang lebih tua. Misalnya dialog antara Abimanyu dan Arjuna ayah dari Abimanyu. Ketika Abimanyu bertemu Arjuna, Ia pasti selalu mengutamakan sopan santun atau unggah-ungguh. Hal tersebut haruslah ditiru bagi kalangan muda khususnya remaja, agar selalu mengutamakan sopan santun dan adab ketika bertemu orang yang lebih tua.
ADVERTISEMENT
Itu semua adalah sedikit dari apa yang dapat dibahas tentang seni wayang kulit, bagaimana sejarahnya, perkembangannya, lalu bagaimana seni wayang kulit dapat bertahan dalam gejolak zaman yang semakin dinamis ini. Dan tak lupa juga manfaat yang didapat dari menonton pertunjukkan seni wayang kulit. Semua itu dibahas secara singkat dalam artikel ini, agar kita semua dapat mengerti dan bangga akan seni wayang kulit yang kita miliki ini.