Konten dari Pengguna

Dahsyatnya Pendidikan Non-Formal dan Informal

Syuraini
Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
8 Juni 2021 16:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apapun yang terjadi di muka bumi ini, manusia harus cerdas menyikapinya. Jangan sampai situasi yang tidak kondusif manusia tidak bisa hidup layak dan merana apalagi sampai putus asa. Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang sebelum seseorang tersebut berupaya untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dalam pendidikan, manusia tidak boleh berhenti belajar karena belajar tersebut sangat penting dalam menambah pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap seseorang.
Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah (pendidikan formal) akan tetapi di mana saja berada, pembelajaran dapat berlangsung (pendidikan non-formal). Apakah dalam kelompok pemuda, kelompok tani, kelompok ibu-ibu, kelompok arisan, kelompok remaja, dan anak-anak yang ada dalam masyarakat. Semua kelompok ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan maupun dalam pembentukan kepribadian, penanaman nilai-nilai karakter pada anak dan remaja sebagai penerus generasi bangsa.
Disaat virus corona merajalela di Indonesia pendidikan formal tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Tatap muka di sekolah tidak dapat dilakukan secara normal akan tetapi dengan cara new normal. Kondisi ini menyebabkan rumah menjadi alternatif tempat belajar (pendidikan informal) atau belajar berkelompok dalam masyarakat (pendidikan non-formal).
ADVERTISEMENT
Belajar dapat dilakukan secara individu. Belajar jenis ini dapat berlangsung dalam keluarga melalui pembiasaan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya. Dalam kondisi seperti ini orang tua dan semua anggota keluarga dapat menjadi pendidik. Sebagai lembaga pendidikan dalam keluarga harus dapat tercipta suasana saling belajar.
Orang tua tidak perlu malu jika harus belajar dengan anaknya. Terlebih lagi di era digital saat ini di mana anak milenial lebih terampil dan lebih menguasai teknologi sehingga anak-anak milenial dengan mudah dapat belajar melalui fasilitas internet sementara orang tua/orang dewasa masih belajar secara tradisional.
Orang tua tidak boleh hanya bersandar dan selalu mengharap uluran tangan dari anak, akan tetapi harus mempelajari digital tersebut melalui anak mereka atau dengan siapa saja. Begitu juga sebaliknya seorang anak harus mampu memanfaatkan kelebihan yang dimiliki orang tuanya. Jangan sampai anak tidak yakin dan tidak percaya pada kemampuan orang tua sendiri.
ADVERTISEMENT
Orang tua adalah pendidik dalam keluarga sekaligus penyelamat pendidikan formal disaat pandemi, sementara guru adalah pendidik di sekolah maka kedua-duanya harus saling bekerja sama bukan saja disaat pandemi akan tetapi untuk selamanya. Anak tidak boleh hanya percaya pada guru di sekolah sementara orang tua tidak didengar sama sekali (dicuekin) apalagi jika anak menganggap orang tua tidak mengerti sama sekali.
Belajar dapat juga dilakukan secara otodidak melalui media massa baik online maupun offline. Secara online belajar dapat dilakukan melalui internet dengan berbagai macam dan jenis program. Mbah google sudah sangat terkenal dengan berbagai macam kepintarannya. Youtube sudah menyuguhkan banyak video keterampilan yang dapat disimak dan diikuti dengan saksama. Secara offline semua orang bisa belajar dengan membaca koran, majalah dan buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit.
ADVERTISEMENT
Buku tersedia di banyak tempat mulai dari toko buku yang menjual berbagai macam jenisnya hingga perpustakaan yang tersedia di mana-mana seperti perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, rumah baca dan taman bacaan yang ada dalam masyarakat seperti perpustakaan mesjid dan Taman bacaan yang ada di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Begitu juga majalah, koran, jurnal, tabloid juga tersedia di perpustakaan.
Bila disimak secara serius banyak setting belajar yang tersedia di luar sekolah seperti belajar dalam kelompok belajar (kelompok tani, dasa wisma, PKK, kelompok pemuda), kursus (kursus bahasa asing, menjahit, komputer, kecantikan, memasak, kursus tenaga kerja), bimbingan belajar (SD, SLTP, SLTA, PT), life skill dan berbagai bentuk pelatihan yang diadakan oleh lembaga pemerintah dan swasta seperti Balai Latihan Kerja (BLK), Balai Latihan Industri dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Setting belajar seperti yang disebutkan terdahulu merupakan wadah/tempat belajar yang dapat diandalkan serta dapat dipertanggung jawabkan. Hasil yang diperoleh dapat diakui melalui program sertifikasi pada masing-masing jenis keterampilan dan diakui sama dengan pendidikan formal.
Demikianlah dahsyatnya pendidikan nonformal dan informal dapat mengatasi persoalan kehidupan sesuai kebutuhan yang dirasakan disaat kondisi apa pun pendidikan nonformal mampu mengatasi persoalan yang terjadi seperti melatih para penganggur untuk membuat keterampilan ekonomi produktif. Keterampilan ini dapat membantu mengatasi persoalan pekerja yang terdampak COVID-19 yang tidak bisa menghasilkan uang.
Gambar kegiatan membuat pot bunga dari sabut kelapa oleh pemuda yang terdampak covid yang diselenggarakan PKBM.
Oleh: Syur’aini
(Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UNP Padang)