Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Banjir Pada Lahan Pertanian: Mengancam Ketahanan Pangan
15 September 2023 17:37 WIB
Tulisan dari Tabita Devi Kurniawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun ini, Indonesia sering kali dihadapkan dengan bencana banjir yang menimbulkan banyak sekali kerugian bagi masyarakat, salah satunya pada bidang pertanian. Padahal, Indonesia menjadi salah satu negara produsen bahan pangan utama di dunia, khususnya pada sektor padi. Sektor pertanian telah menjadi kekuatan dalam menentukan ketahanan pangan serta pertumbuhan ekonomi bangsa. Lalu bagaimana dampak dari banjir pada lahan pertanian dan pengaruhnya terhadap ketahanan pangan?
ADVERTISEMENT
1. Banjir dan Pertanian di Indonesia
Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada pada 6°LU-11°LS dan 95° BT-141°BT. Dengan posisi tersebut, mengakibatkan wilayah Indonesia memiliki iklim muson tropis. Iklim tropis membuat kondisi fisik (tanah, udara, suhu) di Indonesia cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
Dibalik anugerah tersebut, iklim tropis cenderung mengalami perubahan cuaca, suhu, serta arah angin yang cukup ekstrem. Didukung dengan kondisi alam yang saat ini telah mengalami perubahan akibat perubahan iklim, menyebabkan Indonesia rawan mengalami beragam bencana alam , salah satunya adalah banjir.
Banjir merupakan peristiwa tergenangnya daratan akibat volume air yang berlebihan. Banjir berpengaruh besar terhadap aktivitas masyarakat Indonesia, termasuk pertanian. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada semester awal tahun 2023, lebih dari 113 ribu hektar lahan pertanian yang tersebar di 22 provinsi terdampak banjir.
ADVERTISEMENT
Pada musim banjir, lahan pertanian akan terendam air dalam waktu yang cukup lama. Air dapat merusak tumbuhan yang mengakibatkan gagal panen. Selain itu, petani juga harus berhadapan dengan penyakit serta hama, khususnya keong mas yang hidup di daerah rawa atau sawah. Hal ini mengharuskan petani menunda waktu tanam sampai banjir surut.
Bencana ini juga mengakibatkan pengurangan jumlah lahan pertanian. Banjir rob telah merendam lahan pertanian khususnya di daerah pesisir utara Jawa. Sehingga lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi.
2. Kerugian Ekonomi dan Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan adalah kesanggupan negara dalam memastikan ketersediaan bahan pangan dan kemudahan masyarakat dalam mendapatkan pangan dengan stabil. Disinilah peran penting sektor pertanian dibutuhkan.
Namun, apabila banjir pada lahan pertanian terus terjadi, petani akan mengalami gagal panen. Gagal panen dapat mengakibatkan penurunan pasokan bahan pangan di Indonesia. Jika pasokan bahan pangan hanya sedikit , sedangkan permintaan dan kebutuhan masyarakat yang terus tinggi, hal ini akan menyebabkan naiknya harga pangan di pasar dan ancaman bagi ketahanan pangan.
ADVERTISEMENT
Menurut data Bank Dunia tahun 2022, kurang lebih 34% penduduk Indonesia tergolong dalam kelompok miskin dan rentan. Ketika terjadi kenaikan harga bahan pangan, penduduk dengan penghasilan rendah akan sulit mendapatkan pangan yang sesuai dengan pendapatan mereka. Sehingga kesejahteraan masyarakat menurun bahkan berpotensi mengalami kelaparan dan malnutrisi.
Kenaikan harga pangan juga akan merugikan petani sebagai produsen dan para pedagang. Apabila harga pangan terus naik, daya beli masyarakat akan ikut berkurang. Akibatnya petani dan pedagang akan merugi.
3. Upaya Mitigasi dan Adaptasi Banjir Pada Lahan Pertanian
Pemerintah Indonesia telah merencanakan serta melaksanakan berbagai upaya untuk mengurangi dampak banjir guna menjaga ketersediaan bahan pangan di Indonesia. Seperti yang dilakukan Kementerian Pertanian , yaitu dengan memetakan daerah rawan banjir serta membuat sistem peringatan dini melalui pemantauan informasi BMKG, melakukan perbaikan jaringan irigasi, serta menggunakan varietas benih padi tahan genangan.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, penyebab banjir di wilayah Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu adalah faktor pengairan. Ketika terjadi hujan, terdapat air limpasan yang mengalir dari desa daerah hulu ke daerah hilir. Hal ini didukung dengan kondisi drainase yang tidak berfungsi dengan normal.
Air hujan yang mengalir cenderung membawa tanah dan berakhir mengendap di saluran air. Pengendapan ini dapat memperlambat laju air bahkan mengurangi daya tampung air, sehingga memicu terjadi luapan. Oleh karena itu, program rehabilitasi jaringan sungai yang dilakukan pemerintah bersama petani seperti pengerukan, pembersihan, dan pelebaran saluran air dapat mengurangi banjir yang terjadi.
Selain itu, penggunaan bibit varietas toleran rendaman merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap banjir yang tepat dilakukan, khususnya pada wilayah dengan kerawanan tinggi. Menurut penelitian pada Jurnal Tanah Lingkungan , varietas benih padi yang ditanam petani saat ini hanya memiliki toleransi rendaman selama 4-7 hari saja. Dengan program penanaman varietas bibit toleran rendaman seperti Ciherang atau Inpara 3, benih dapat tahan terhadap rendaman air selama 10-14 hari. Akan tetapi, kenyataannya penggunaan varietas bibit tahan rendaman air ini masih belum banyak dikenal petani.
ADVERTISEMENT
Banjir pada lahan pertanian dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Sebagai negara agraris, pertanian menjadi kekuatan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Oleh sebab itu, mitigasi, adaptasi, serta kebijakan terhadap banjir perlu dilakukan untuk menjaga ketersediaan bahan pangan di negara ini. Upaya pemerintah dalam membangun infrastruktur serta penetapan kebijakan yang tepat perlu didukung petani serta masyarakat untuk menghadapi tantangan banjir di lahan pertanian pada masa depan.