Konten dari Pengguna

Rahasia Menghemat Biaya Listrik dengan PLTS Atap

Tajuddin Ahmad Rafi
Mahasiswa aktif Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Peserta Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya Kementerian ESDM.
11 September 2021 5:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tajuddin Ahmad Rafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sistem PLTS Atap (sumber: unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Sistem PLTS Atap (sumber: unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Panel surya kini mulai menarik minat dunia internasional, sebab menawarkan kebebasan atau kemerdekaan energi. Bisa disebut merdeka karena sebagai individu, kita sendirilah yang memegang tanggung jawab akan produksi energi listrik kita sendiri. Salah satu metode yang ditawarkan ialah panel surya atap, di mana metode ini menawarkan fleksibilitas, membutuhkan lahan yang sedikit (pada atap), dan mampu memberikan penghematan dalam konsumsi listrik dari PLN.
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas lebih jauh, kita perlu mengenal komponen-komponen esensial dalam pembangkitan listrik bertenaga surya. Misalnya pada sistem PLTS Atap, terdapat beberapa komponen yang umum ditemui, yakni PV Junction, Inverter, KWh meter, serta Panel Surya itu sendiri. Komponen utama nya tentu ialah sebuah panel surya yang memanfaatkan radiasi matahari dalam produksi energi listrik.
Selain itu, ada PV (photovoltaic) Junction Box atau kotak sambung panel surya. PV Junction Box adalah wadah pada modul di mana PV terhubung secara elektrik. Fungsi utamanya ialah menampung semua listrik pada panel surya dan melindunginya dari lingkungan. Selain itu alat ini juga berfungsi untuk menghubungkan panel surya ke seluruh sistem kelistrikan.
Komponen berikutnya yaitu inverter, inverter adalah bagian penting dari suatu sistem panel surya. Karena inverter mengkonversi listrik yang semula dari panel surya berupa output arus searah (DC) menjadi output (AC) yang berada pada frekuensi utilitas, sehingga hasil listriknya dapat langsung digunakan oleh peralatan rumah tangga atau dihubungkan ke jaringan listrik. Inverter sendiri umumnya memiliki beberapa jenis yakni inverter pusat, inverter rangkaian, inverter mikro, dan yang terakhir ialah inverter pengoptimal daya. Nantinya, pemilihan inverter mampu dengan spesifik disesuaikan dengan kebutuhan, lokasi instalasi panel surya, pertimbangan ekonomi dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya ada komponen KWh meter atau yang umum dikenal sebagai meteran listrik. Kilo Watt Hour (KWh) meter adalah alat untuk mengukur energi aktif yang yang menghitung jumlah kerja listrik (watt per jam) dalam waktu tertentu. Untuk panel surya atap, umumnya masih tersambung dengan jaringan listrik PLN. Dengan begitu dibutuhkan KWh meter khusus untuk ekspor dan impor listrik. Di mana dengan KWh meter khusus ini, pemilik PLTS atap dimungkinkan untuk melakukan kegiatan ekspor listrik ke dalam jaringan PLN.
Lebih detail perihal ekspor listrik, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018. Di mana tertulis bahwa "Energi listrik pelanggan PLTS atap yang diekspor dihitung berdasarkan nilai KWh ekspor yang tercatat pada meter KWh ekspor-impor dikali 65%". Skema ini dikenal dengan istilah net-metering system, di mana jika listrik kita berlebih maka akan dijual kepada PLN dengan harga jual 65% harga beli, dan apabila jumlah energi listrik yang diekspor nantinya lebih besar dari yang diimpor pada bulan berjalan, kelebihan itu akan diakumulasikan dan diperhitungkan sebagai pengurangan tagihan listrik pelanggan bulan berikutnya. Menarik bukan?
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana penggunaannya dalam sehari-hari? Mengutip dari penjelasan yang diberikan oleh Bapak Ir. Sofwan Farisyi, MM. pada program Studi Independen “Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya” yang diadakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada hari Kamis, 2 September yang lalu, disampaikan bahwa selama pengalamannya dalam menggunakan PLTS atap untuk rumah pribadi, ia mampu menghemat listrik sampai 30%, di mana mampu mengurangi pengeluaran biaya listrik hingga sekitar 2 juta tiap bulannya.
Selain itu, ada juga pertimbangan lingkungan, di mana permasalahan lingkungan juga semakin serius. Hal ini senada dengan penggunaan energi kita, di mana hingga kini pembangkitan listrik Indonesia masih di dominasi oleh bahan bakar batubara. Mengutip dari laman kementerian ESDM, pada tahun 2020, bauran energi yang bersumber dari batubara berada di angka 38,04%, terbesar di antara energi lainnya. Mengingat Indonesia juga dikejar oleh waktu untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) nasional sebesar 23% pada tahun 2025 (Kebijakan Energi Nasional pada Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014). Penggunaan PLTS atap mampu menjadi jawaban untuk tantangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Tentunya urgensi dalam mencapai target bauran EBT tersebut tidak bisa hanya dicapai oleh usaha pemerintah saja, masyarakat perlu proaktif dalam menyukseskan target tersebut. Oleh karenanya PLTS merupakan alternatif bagi masyarakat dalam berkomitmen untuk menggunakan energi yang bersih dan berorientasi pada kelestarian alam. Tak hanya menyelamatkan alam, kita juga mampu melakukan penghematan ekonomi dalam biaya listrik bulanan seperti yang dijelaskan di atas. Jadi bagaimana? Apakah kamu siap menghemat biaya listrik dengan PLTS atap?