Konten dari Pengguna

Tantangan dan Solusi Calon Guru Dalam Menerapkan Model NHT Pada Anak Kelas 1

Talia Salsabila
Mahasiswa PGSD UNSRI
5 Oktober 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Talia Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penerapan Model Pembelajaran NHT Oleh Calon Guru
zoom-in-whitePerbesar
Penerapan Model Pembelajaran NHT Oleh Calon Guru
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Calon guru adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan atau pelatihan untuk menjadi guru, contohnya seperti mahasiswa. Calon guru akan mempelajari berbagai teori pendidikan, metode pengajaran dan keterampilan pedagogis yang akan membekalinya untuk diterapkan ketika menjadi seorang guru. Calon guru biasanya belum memiliki pengalaman yang cukup dalam pembelajaran secara nyata jika dibandingkan dari guru yang telah menjalani profesinya. Calon guru dibentuk untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap siswa yang harus dibekalinya dari karakter, pengetahuan dan keterampilan demi kemajuan generasi bangsa. Karena itu, seorang guru maupun calon guru akan memberikan yang terbaik untuk siswanya terutama pada saat berlangsungnya pembelajaran. Namun, ketika teori yang telah membekali calon guru, ternyata adanya tantangan untuk diimplementasikan.
ADVERTISEMENT
Salah satu model pembelajaran yang juga bisa menjadi tantangan untuk diterapkan yaitu model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu pendekatan inovatif dalam pembelajaran kooperatif yang berfokus pada kolaborasi antar siswa untuk menyelesaikan masalah secara kelompok. Meskipun model ini sangat efektif dalam mendorong partisipasi dan pemahaman siswa, bagi calon guru yang masih dalam tahap belajar dan latihan, menerapkan NHT pada siswa kelas 1 SD bisa menjadi tantangan yang tidak sederhana. Saya merasakan tantangan ini ketika saya sedang melakukan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP), karena saat itu merupakan pertama kali saya melakukan interaksi langsung dengan siswa di sekolah dasar. Saat sedang menempuh pendidikan saya tertarik untuk mengimplementasikan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Maka dari itu, ketika saya mempunyai kesempatan untuk mengimplementasikan model tersebut pada saat PLP, saya memilih kelas rendah untuk diterapkan dengan model Numbered Heads Together (NHT) khususnya kelas 1 dengan kemampuan yang saya miliki. Pemilihan kelas dan model yang saya terapkan ini juga sebagai bentuk untuk memenuhi tugas Mata Kuliah.
ADVERTISEMENT
Siswa kelas 1 SD umumnya masih berada dalam tahap perkembangan kognitif dan sosial yang sangat dini. Mereka belum sepenuhnya mengembangkan kemampuan bekerja sama atau memahami konsep-konsep abstrak secara mendalam. Hal ini menjadi salah satu tantangan utama dalam penerapan model NHT. Selain itu, rentang perhatian anak-anak usia ini sangat pendek, sehingga menjaga fokus dan keterlibatan mereka dalam kegiatan kelompok memerlukan strategi khusus.
Tantangan Utama yang Dihadapi Calon Guru
1. Perbedaan Kemampuan Sosial
Anak-anak kelas 1 SD memiliki tingkat perkembangan sosial yang beragam. Ada yang sudah cukup matang dalam bekerja sama, tetapi banyak pula yang masih cenderung egosentris. Calon guru dituntut untuk mampu membangun lingkungan yang mendukung keterlibatan setiap siswa, baik yang cenderung aktif maupun yang pasif. Kesulitan dalam mendorong anak-anak untuk bekerja sama dalam kelompok tanpa dominasi oleh beberapa siswa juga menjadi isu penting.
ADVERTISEMENT
2. Kemampuan Membaca dan Menulis yang Terbatas
Siswa kelas 1 baru memulai pembelajaran membaca dan menulis. Sebagian besar mungkin masih kesulitan memahami instruksi tertulis atau bahkan kata-kata yang sederhana. Dalam model NHT, di mana setiap siswa diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi, keterbatasan literasi ini bisa menjadi hambatan. Calon guru perlu mencari cara untuk menyederhanakan instruksi dan memfasilitasi diskusi dengan cara yang mudah dipahami oleh semua siswa.
3. Perbedaan Kemampuan Kognitif dan Daya Ingat Siswa
Pada kelas 1 SD, kemampuan siswa dalam memahami materi sangat beragam. Ada yang sudah cepat menangkap konsep, sementara yang lain membutuhkan lebih banyak waktu dan bantuan. Karena itu, Calon guru perlu membuat strategi untuk memastikan bahwa seluruh siswa dalam kelompok terlibat, tanpa ada yang merasa tertinggal atau didominasi oleh anggota kelompok yang lebih cepat memahami materi. Ini memerlukan penyesuaian dan modifikasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan tiap-tiap anak.
ADVERTISEMENT
4. Rentang Perhatian yang Pendek
Anak-anak usia dini memiliki rentang perhatian yang pendek. Dalam pembelajaran NHT yang memerlukan diskusi kelompok, menjaga fokus mereka menjadi tugas yang tidak mudah. Calon guru harus kreatif dalam mengatur waktu aktivitas agar tidak terlalu panjang sehingga siswa tidak merasa bosan atau kehilangan minat.
5. Kebutuhan Akan Penyesuaian Pembelajaran
Penerapan model NHT memerlukan pengelolaan kelas yang baik, termasuk pembagian kelompok yang tepat. Calon guru harus peka dalam melihat komposisi kelompok agar setiap anak mendapatkan peran yang sesuai dengan kemampuannya. Penyesuaian materi dan kegiatan pembelajaran juga penting agar model ini tidak membebani siswa yang mungkin memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan teman-temannya.
6. Penggunaan Media dan Sumber Daya
ADVERTISEMENT
Media pembelajaran yang menarik dan interaktif sangat diperlukan untuk membantu siswa memahami konsep dan instruksi dalam NHT. Namun, calon guru sering kali terbatas oleh ketersediaan media dan sarana pendukung yang ada di sekolah. Kreativitas dan kemampuan calon guru dalam menciptakan atau memanfaatkan sumber daya yang ada menjadi kunci sukses dalam mengatasi tantangan ini.
Solusi untuk Mengatasi Tantangan
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, calon guru perlu mengembangkan strategi khusus yang dapat memfasilitasi kebutuhan perkembangan anak. Beberapa solusi yang bisa diterapkan antara lain:
• Menggunakan Media Visual dan Interaktif: Penggunaan alat bantu visual, seperti gambar, kartu, atau boneka, dapat membantu menjelaskan instruksi dan memperjelas konsep yang ingin diajarkan.
• Aktivitas yang Singkat dan Menarik: Memecah aktivitas menjadi sesi-sesi pendek yang lebih bervariasi akan membantu menjaga minat dan fokus siswa.
ADVERTISEMENT
• Penerapan Permainan dalam Kelompok: Menyisipkan unsur permainan dalam model NHT dapat membuat siswa lebih bersemangat dalam berpartisipasi.
• Pendampingan dalam Diskusi: Calon guru perlu lebih sering turun ke kelompok-kelompok kecil untuk memfasilitasi diskusi dan memastikan setiap siswa berkontribusi.
Memodifikasi Kegiatan NHT: Menyesuaikan model NHT agar lebih sesuai dengan usia siswa, seperti memperpendek durasi diskusi atau membuat instruksi yang lebih sederhana. Aktivitas diskusi juga dapat dipadukan dengan permainan atau aktivitas fisik agar lebih menarik bagi siswa.
Kesimpulan
Menerapkan model pembelajaran NHT pada siswa kelas 1 SD memang tidak mudah, terutama bagi calon guru yang masih dalam tahap pembelajaran. Namun, dengan pendekatan yang tepat, tantangan ini dapat diatasi. Melalui pemahaman yang mendalam tentang karakteristik perkembangan anak usia dini, penyesuaian metode pengajaran, serta kreativitas dalam menggunakan media pembelajaran, model NHT dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Tantangan ini juga menjadi kesempatan bagi calon guru untuk terus berkembang dan berinovasi dalam proses pengajaran mereka, sehingga mereka lebih siap menghadapi dunia pendidikan yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Talia Salsabila, Mahasiswa PGSD UNSRI
Dwi Cahaya Nurani, Dosen PGSD UNSRI