Philippa Foot: Filsuf Moral yang Mengubah Etika Kontemporer

TALITHA HAPPY SYAKIRAH
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
18 Juni 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari TALITHA HAPPY SYAKIRAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Filsafat memiliki beragam filsuf serta pemikiran-pemikiran brilian lainnya yang bervariasi. Salah satunya dalam Etika dan Moral, terdapat filsuf wanita yang bernama Philippa Foot. Philippa Foot merupakan seorang perempuan yang berkontribusi dalam pandangan etika dan moral di abad 20 hingga sekarang. Karya-karya yang dijadikan sebagai acuan juga referensi dalam melanjutkan pemikirannya memberi pengaruh besar dalam dunia ini.
ADVERTISEMENT
Biografi dan Latar Belakang
Philippa Foot, lahir pada 3 Oktober 1920 di Owston Ferry, Inggris, adalah salah satu filsuf moral terkemuka abad ke-20. nama lahirnya adalah Philippa Ruth Bosanquet. Dia berasal dari keluarga terkemuka; kakeknya, Uskup Samuel Wilberforce, adalah seorang pendukung utama penghapusan perbudakan di Inggris, sementara ibunya adalah putri presiden Harvard University, A. Lawrence Lowell (Zalta, 2018). Foot menempuh pendidikan di Somerville College, Oxford, di mana dia meraih gelar dalam bidang filsafat, politik, dan ekonomi. Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia bekerja di Bletchley Park selama Perang Dunia II, membantu memecahkan kode-kode Jerman. Setelah perang, dia kembali ke Oxford dan memulai karier akademiknya (Zalta, 2018).
Karier dan Kontribusi Akademik
Foot adalah salah satu pendiri etika kebijakan kontemporer, yang menekankan karakter dan kebajikan dalam memahami moralitas daripada hanya fokus pada aturan atau konsekuensi tindakan. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah makalahnya “Moral beliefs” (1958), di mana dia berargumen bahwa penilaian moral harus dilihat sebagai ekspresi dari sikap rasional terhadap perilaku manusia. Karya-karya Foot banyak berfokus pada kritik terhadap etika utilitarian dan deontologi. Dia berpendapat bahwa kedua pendekatan ini gagal menangkap sifat moral yang kompleks dari manusia. Dalam bukunya yang berjudul “Virtues and Vices” (1978), Foot mengemukakan pandangannya baha kebajikan seperti keberanian, kejujuran, dan kebijaksanaan harus menjadi pusat dari teori etika. Menurutnya, kebajikan-kebajikan ini tidak hanya bermanfaat bagi individu tetapi juga esensial untuk kehidupan yang baik secara keseluruhan. (Foot, 1978).
ADVERTISEMENT
Dilema Trolley dan Pengaruhnya
Salah satu kontribusi Foot yang paling terkenal dalam filsafat moral adalah “dilemma trolley”. Dilema ini pertama kali diperkenalkan alam makalahnya yang berjudul “The Problem of Abortion and the Doctrine of the Double Effect” (1967). Dalam dilema ini, seseorang harus memutuskan apakah akan mengalihkan sebuah troli yang tidak terkendali sehingga membunuh satu orang tetapi menyelamatkan lima orang lainnya. Dilema ini digunakan untuk mengeksplorasi konsep-konsep seperti niat dan akibat dalam tindakan moral. Dilemma trolley telah menjadi topik yang sangat berpengaruh dalam filsafat moral dan psikologi moral, digunakan untuk menguji intuisi moral dan prinsip-prinsip etika. Banyak filsuf dan psikolog telah menggunakan dilema ini untuk mempelajari bagaimana orang membuat keputusan moral dan bagaimana berbagai prinsip etika dapat diterapkan dalam situasi praktis (Thomson, 1985).
ADVERTISEMENT
Kritik terhadap Etika Utilitarian dan Deontologi
Foot secara konsisten mengkritik utilitarian dan deontologi. Dalam karyanya “Utilitarianism and the Virtues” (1985), dia berpendapat bahwa utilitarianisme gagal untuk menghargai pentingnya motif dan karakter moral. Menurutnya, utilitarianisme terlalu fokus pada hasil akhir dari tindakan dan mengabaikan nilai intrinsik dari kebajikan. Di sisi lain, dia juga mengkritik deontologi Kantian yang dianggapnya terlalu kaku dan tidak realistis dalam aplikasinya pada kehidupan nyata. Foot berargumen bahwa teori etika harus mampu mencerminkan kompleksitas dan nuansa kehidupan manusia, dan oleh karena itu, etika kebajikan yang berfokus pada karakter dan kebiasaan moral adalah pendekatan yang lebih memadai (Foot, 1985).
Pengembangan Teori Etika Kebajikan
Pada tahun 001, Foot menerbitkan bukunya yang berjudul “Natural Goodness”. Dalam buku ini, dia mengembangkan teori etika kebajikannya dengan menggunakan konsep-konsep dari biologi dan teori evolusi. Foot berpendapat bahwa kebajikan manusia dapat dipahami dengan cara yang sama seperti fungsi-fungsi biologis lainnya, seperti makan dan reproduksi. Dengan demikian, tindakan moral yang aik adalah tindakan yang sesuai dengan sifat manusia dan mendukung kehidupan manusia yang baik (Foot, 2001). Foot mengemukakan bahwa kebajikan adalah atribut yang membantu manusia untuk hidup dalam harmoni dengan kodrat mereka sendiri. Konsep “goodness” menurutnya dapat ditemukan dalam fungsi alami manusia, dimana moralitas dipandang sebagai bagian integral dari kehidupan manusia yang baik. Ini adalah pandangan yang sangat berbeda dari teori etika lainnya yang lebih fokus padda hukum mralatau hasil dari tindakan.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Filosofis dan Kontemporer
Pengaruh Philippa Foot melampaui batas-batas akademis. Karyanya telah menginspirasi diskusi luas tentang etika dalam berbagai bidang, termasuk hukum, psikologi, dan studi kebijakan publik. Konsep etika kebajikan yang ia kembangkan telah mempengaruhi cara pandang terhadap isu-isu seperti keadilan, hak asasi manusia, dan tanggung jawab sosial. Dilemma trolley, misalnya, digunakan dalam pelatihan profesional di bidang kesehatan, hukum, dan militer untuk mengeksplorasi dan mendiskusikan dilema etis yang kompleks. Studi empiris dalam psikologi moral juga menggunakan dilema ini untuk memahami bagaimana orang membuat keputusan moral, memperlihatkan bagaimana intuisi moral beroperasi dalam situasi yang berbeda (Greene, 2014).
Karya Akhir dan Warisan
Philippa Foot tetap aktif dalam dunia akademis hingga akhir hayatnya. Karya-karyanya terus dibaca dan dipelajari oleh mahasiswa filsafat dan peneliti di seluruh dunia. Pada tahun 2004, ia menerbitkan sebuah koleksi esai yang berjudul “Moral Dilemmas”, yang menyatukan berbagai tulisan tentang topik-topik seperti kebajikan, moralitas, dan dilema etika (Foot, 2004). Philippa Foot meninggal pada 3 Oktober 2010 di Oxford, Inggris, pada usia 90 tahun. Warisannya dalam filsafat moral terus hidup melalui pengaruhnya pada etika kebajikan dan dilema trolley, yang terus menjadi topik diskusi dan penelitian intensif dalam filsafat dan psikologi moral.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Foot, P. (1978). Virtues and Vices and Other Essays in Moral Philosophy. University of California Press.
Foot, P. (1985). Utilitarianism and the Virtues. In S. Scheffler (Ed.), Consequentialism and Its Critics (pp. 224-241). Oxford University Press.
Foot, P. (2001). Natural Goodness. Oxford University Press.
Foot, P. (2004). Moral Dilemmas. Oxford University Press.
Greene, J. D. (2014). Moral Tribes: Emotion, Reason, and the Gap Between Us and Them. Penguin Books.
Thomson, J. J. (1985). The Trolley Problem. The Yale Law Journal, 94(6), 1395-1415. doi:10.2307/796133
Zalta, E. N. (Ed.). (2018, August 17). Philippa Foot. Stanford Encyclopedia of Philosophy. https://plato.stanford.edu/entries/philippa-foot/
(Photo by Steve Pyke/Getty Images)