Keberagaman Bahasa di Dunia karena Prevalensi Penyakit

Taufiq maulana
Sains Asyik FGMI - lulusan Biology, Moscow State Pedagogical University, dan Population & Development, National Research University Higher School of Economics (Moscow),
Konten dari Pengguna
9 April 2021 7:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufiq maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Insting berbahasa adalah salah satu kelebihan manusia dibanding dengan makhluk lain. Berbagai bahasa berkembang dan menjadi identitas suatu negara namun tak hanya itu beberapa bahasa terkikis juga oleh waktu dan menghilang.
ADVERTISEMENT
Dengan beragamnya bahasa di dunia, namun mengapa kita hanya berbicara satu bahasa? Mengapa hal ini terjadi, hal apa yang menjadi aturan tentang diferensiasi dan keragaman bahasa di dunia dalam evolusi manusia?
Ilustrasi bahasa di dunia. Sumber: www.freepik.com
Pernah terbayang tidak, mengapa kita hanya berbicara hanya satu bahasa sedangkan di dunia sangat beragam bahasa yang ada? Selain itu, mengapa di dalam satu negara, dua orang dapat berbicara berbeda satu sama lainnya (the Greenberg Language Diversity Index). Hal ini sampai sekarang masih menjadi tanda tanya besar tentang bagaimana keberagaman bahasa yang ada di dunia.

Glimpse about the origin of language

Bahasa adalah sesuatu hal yang sukses dalam sejarah evolusi manusia. Fungsi bahasa sendiri menjadi suatu nilai adaptasi yang tinggi dan berevolusi dalam waktu yang sangat lama. Dalam proses evolusi tersebut, terbentuklah fungsi bahasa dalam peran sosial dan tingkah laku manusia.
ADVERTISEMENT
Jika kita melihat kebelakang, pada zaman periode neolitikum di mana manusia masih hidup dalam berkelompok dan proses berburu untuk hidup, komunikasi di dalam dan luar grup mereka masih menggunakan vokalisasi emosional dan gerakan tubuh (sematic gestures).
Evolusi berjalan dalam proses komunikasi bahasa. Penyesuaian artikulasi bahasa merupakan adaptasi strategis dalam evolusi manusia dan proses adaptasi ini berjalan dengan adanya beberapa risiko dan biaya.
Risiko dan biaya? Loh kok bisa? Dalam hal ini bahasa lahir dalam proses adaptasi evolusi dan dengan “harga” yang sangat mahal. Di antaranya proses ini memakan banyak energi untuk otak kita berkembang, berubahnya volume otak manusia, berubahnya posisi larynx yang dapat memfasilitasi terbentuknya suatu artikulasi bahasa dan proses transmisi penyakit (proteksi imunitas kelompok atau grup) juga berkontribusi.
ADVERTISEMENT

Proses evolusi keberagaman bahasa

Sebanyak 7.139 bahasa yang ada di dunia saat ini dan 40% dari total bahasa yang ada sekarang terancam punah dikarenakan setiap hari kita berbicara bahasa yang baru dan melupakan bahasa yang lama. Namun hanya 23 jenis bahasa yang berkembang saat ini.
Keberagaman bahasa di dunia. Sumber: https://www.ethnologue.com/guides/how-many-languages
Hal yang menarik bahwa fungsi keberagaman bahasa yang berkembang di dunia saat ini adalah sebagai identitas dan pengenalan kultur setiap negara dan suatu tingkah laku dalam proses pertahanan kekebalan terhadap suatu penyakit (immunity defensive).
Keberagaman bahasa sebagai fungsi dari immunity defensive? Maksudnya? Memang jika dipikirkan akan jauh dari nalar kita, namun sangat menarik sekali jika kita mengetahuinya.
Dalam hal ini, manusia mempunyai dua proses mekanisme pertahanan penyakit yaitu pertahanan tubuh klasik (classical biochemicals) di mana melibatkan berbagai proses mekanisme biokimia, selular dan berbagai macam proses di dalam tubuh. Mekanisme yang kedua adalah sistem kekebalan perilaku (behavioral immune system), sistem pertahanan tubuh yang melibatkan psikologis dan tingkah laku manusia dalam menghindari penyebaran virus atau penyakit
ADVERTISEMENT
Setelah proses evolusi yang sangat panjang, bahasa mengalami peningkatan yang cepat. Proses ini juga mengalami segmentasi atau pengelompokan individu-individu satu dengan lainnya. Proses pencapaian pengenalan satu sama lainnya atau yang disebut dunbar’s number terhadap kesamaan bahasa yang digunakan membentuk proses terbentuknya lapisan penghalang (buffer) antar individu.

Makhluk sosial dan Bahasa

Manusia adalah makhluk sosial yang memang sangat membutuhkan orang lain. Walaupun begitu manusia juga membutuhkan ruang untuk memiliki waktu sendiri di dalam sebuah grup atau komunitas.
Salah satu kelebihan manusia sebagai individu adalah kemampuan mengidentifikasi orang lain. Proses ini juga berfungsi sebagai penangkal terhadap orang lain, khususnya dalam hal penyebaran bakteri, virus atau penyakit lainnya dikarenakan adanya kemungkinan penyebaran penyakit.
ADVERTISEMENT
Bahasa dalam hal ini bukan saja hanya kata bahasa dalam terminologi, namun bahasa adalah sebagai pembeda dan identifikasi kata “kita” & “mereka” dan tak dipungkiri sampai sekarang hal ini berlangsung.
Asal usul bahasa di dunia. Sumber: https://www.ethnologue.com/
Kita sudah mengetahui bahwa otak kita berkembang dalam proses evolusi. Hal ini membantu kita untuk mengembangkan kemampuan dalam hal pengenalan satu dengan yang lainnya yang disebut pareidolia
Dalam hal bahasa, proses evolusi juga berperan penting. Pernah tidak mendengar orang lain berbicara namun otak kita merespons bahwa “bahasa yang mereka gunakan sama dengan bahasa yang grup atau kelompok saya”. Dalam hal ini keragaman bahasa dapat membantu menyelesaikan masalah dalam hal kelangsungan hidup manusia (human survival).

Bahasa dan prevalensi penyakit (sejarah prevalensi penyakit)

Mengapa keberagaman bahasa dikaitkan dengan prevalensi penyakit?. Apa yang dimaksud dengan prevalensi penyakit ini?. Prevalensi dalam hal ini adalah proporsi dari suatu populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini karakter yang dimaksud adalah berhubungan dengan penyakit atau faktor risiko.
Table indeks GILD dan sejarah prevalensi penyakit. Sumber:Paulo Finuras
Hubungan ini dapat dibuktikan dengan penelitian secara empiris. Data yang digunakan berupa indeks keragaman linguistik Greenberg (Greenberg Index of Linguistic Diversity/GILD), index Hofstede (individualisme) dan sejarah prevalensi penyakit oleh Damian dan Schaller.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah nilai individualisme (semakin tinggi nilai indeks kolektivisme) suatu negara semakin besar keragaman bahasa dan juga keragaman bahasa suatu bangsa tidak dipengaruhi oleh isolasi geografi di antara komunitas namun lebih dipengaruhi oleh jumlah populasi penduduk yang menempati area tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia?

Keberagaman bahasa diseluruh dunia. Sumber: https://www.ethnologue.com/
Indonesia menempati posisi kedua dari 10 negara terhadap keberagaman bahasa yang ada. Dengan populasi sebanyak 270.6 juta jiwa dibandingkan 711 keragaman bahasa yang ada, membuat Indonesia kaya akan bahasa.
Jika dikaitkan dengan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah negara yang kolektivis masyarakatnya (menurut indeks Hofstede), tak heran Indonesia menempati posisi kedua untuk keragaman bahasanya.
Untuk indeks GILD terhadap sejarah prevalensi penyakit menunjukkan hubungan yang positif, ini membuktikan bahwa dalam satu wilayah atau pulau terdapat beberapa atau banyak keragaman bahasa yang dimiliki (Indonesia, Indeks GILD: +0.81, Indeks sejarah prevalensi penyakit: +0.57).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa peranan ekologi sangat berpengaruh terhadap keberagaman bahasa yang ada di suatu negara. Dalam hal ini, termasuk proses transmisi suatu penyakit, dapat dijadikan kunci tentang mengapa manusia di dunia berbicara berbeda-beda.
Kepadatan penduduk suatu wilayah juga menjadi faktor keberagaman bahasa, semakin dekat komunitas atau penduduk, semakin beragam bahasa yang ada.
Data statistik (%) bahasa yang hilang di dunia. Sumber: https://www.ethnologue.com/guides/how-many-languages-endangered
Yang harus diperhatikan adalah walaupun kita sebagai bangsa Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan tingkat keberagaman bahasanya, namun perlu di ingat bahwa semakin tinggi keberagaman,semakin banyak bahasa yang akan terlupakan (sebanyak 62%). Maka dari itu kita harus melestarikan bahasa kita sebagai identitas diri dan negara. Bangga berbahasa Indonesia.
Referensi
Damian,R.M, and Marck Schaller. 2010. Historical prevalence of infectious disease within 230 geopolitical regions: A tool for investigating origin of culture. Journal of Cross-Cultural Psychology, 41 (1) 99-108.
ADVERTISEMENT
David Harmon and Jonathan Loh. 2010. The index of linguistic diversity: A nee quantitative measure of trends in the status of the world’s language.
Nicholas Evan and Stephen C Levinson. 2009. The myth of language universals: language diversity and importance of cognitive science. Behavioral and brain science, 32(5):429-48. DOI:10.1017/S0140525X0999094X
Schaller, M and Murray, D. 2009. Historical prevalence of infectious diseases within 230 geopolitical regions: Journal of cross-cultural psychology, 41(1) 99-108
https://www.ethnologue.com/guides/how-many-languages)
https://en.wikipedia.org/wiki/Dunbar%27s_number
https://en.wikipedia.org/wiki/Pareidolia
https://www.ethnologue.com/