Mau Bahagia, Belilah dengan Uang

Taufiq maulana
Sains Asyik FGMI - lulusan Biology, Moscow State Pedagogical University, dan Population & Development, National Research University Higher School of Economics (Moscow),
Konten dari Pengguna
30 Juni 2021 19:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufiq maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
lustrasi: Uang dapat membeli kebahagian. Sumber: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
lustrasi: Uang dapat membeli kebahagian. Sumber: Pribadi
ADVERTISEMENT
Uang dapat membuat kita membeli segala kebahagiaan di hidup kita. Namun, bagaimana mengubah uang menjadi sesuatu yang dapat memberi kepuasan dan kebahagian?. Jika benar uang dapat melakukan semua itu, maka ada hubungan di antaranya. Jika memang ini benar, maka hubungan tersebut akan sangat kompleks melebihi hubungan romatisme rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Lebih dari beberapa dekade, ilmuwan ekonomi dan psikologi telah bekerja sama untuk mengetahui bagaimana uang dapat membeli kebahagiaan.
Mengapa lebih banyak uang yang kita punya, kita cenderung lebih “rakus” terhadap uang?. Apakah dengan membeli mobil mewah, kondominium atau handphone yang sedang trend akan membawa kebahagian dari pada kita membeli kenangan?.

Uang dalam pandangan mikroekonomi dan makroekonomi

Uang sangat dekat dengan pendapatan dan sangat berhubungan dengan faktor-faktor ekonomi, seperti pekerjaan, pengeluaran/biaya dan cara pandang.
Secara Makroekonomi, uang sangat berhubungan erat dengan cakupan yang lebih besar seperti GDP (Gross Domestic Product), tingkat pengangguran, inflasi, kesetaraan pendapatan, tingkat pertumbuhan ekonomi dan kebijakan ekonomi.
Easterlin Paradox (Easterlin, 1974) menyebutkan bahwa uang jika dikaitkan dengan faktor pertumbuhan ekonomi akan berakibat penurunan tingkat kebahagiaan. Secara garis besar, paradoks ini menjelaskan bahwa uang akan berbanding lurus dengan pendapatan namun seiring berjalannya waktu, manfaat uang akan menurun seiring naiknya pendapatan.
ADVERTISEMENT

Menghitung nilai kebahagiaan

Beberapa literatur mengatakan bahwa kebahagiaan merujuk kepada kesejahteraan (subjective well being). Berdasarkan Diener, Suh , Lucas dan Smith (1999, p.277) , social well-being adalah suatu fenomena yang luas di mana fenomena ini bisa mencangkup beberapa aspek di antaranya respons emosional manusia, tingkat kepuasan dan cara kita menilai tingkat kepuasan hidup.
Sejauh mana nilai uang dapat membeli kebahagiaan?. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Proceeding of the National Academy of Science of the United State of America, di mana penelitian ini mengambil sampel sebanyak 33.391 karyawan, menunjukkan bahwa uang dapat membeli kebahagian setelah mencapai jumlah kurang lebih $ 75.000,-/ tahun setara dengan Rp. 1.084.559.923,88 (1 USD =14.462.6426).

Jika uang tidak membuat senang, berarti kita salah mempergunakan

Uang membuat orang dapat hidup panjang dan sehat, menghalangi diri dari sesuatu yang membuat tidak nyaman dan tidak sehat, memberikan lebih banyak ruang dan waktu untuk menghabiskan dengan keluarga tercinta dan mengontrol semua aktivitas kehidupan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Jika diteliti, banyak orang kaya mempunyai apa yang menjadi impian semua orang, hidup enak dan berkecukupan, kesehatan yang mumpuni, semua tampak sempurna. Namun, apakah dengan semua kesempurnaan itu mereka merasa lebih senang daripada orang yang di bawah mereka? Jawabannya: tidak!

Inilah caranya uang bisa membuat kita bahagia

Banyak orang yang tidak mengetahui ilmu dasar tentang kebahagiaan – apa yang membuat bahagia – dan apa yang harus dilakukan. Alasan yang mendasar dikarenakan bahwa ternyata selama ini orang-orang tidak mempergunakan uang dengan benar dan bijaksana.
ADVERTISEMENT
Tujuh prinsip yang dapat di pegang untuk membuat kita bahagia dengan uang, yaitu:
ADVERTISEMENT

Benarkah negara kaya adalah negara yang bahagia?

Grafik hubungan uang dengan kebahagiaan. Sumber: https://www.visualcapitalist.com/relationship-money-happiness/
Jika kita mengambil kesimpulan bahwa biasanya negara-negara yang kaya akan memiliki garansi bahwa hidup mereka akan bahagia. Namun data dari penelitian di atas menunjukkan(data diambil dari nilai GDP dan nilai kebahagiaan disetiap negara). Sumber data diambil dari World Bank dan World Happiness Report 2017 menyebutkan hal yang bertolak belakang.
Untuk negara-negara Asia (yang berwana merah) seperti Thailand (indeks tingkat kepuasan hidup mencapai 7) adalah contoh negara yang bahagia di antara yang lainnya walaupun termasuk ke dalam negara miskin.Di sisi lain, Hongkong (indeks tingkat kepuasan hidup di bawah 3) yang merupakan negara kaya namun memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah.
Bagaimana dengan negara Indonesia?. Yep, Indonesia berada di indeks tingkat kepuasan hidup sebesar 5.5 berada di bawah negara tetangga kita, Malaysia.
ADVERTISEMENT
Dari semua ini, kita dapat menyimpulkan bahwa uang memang dapat memberikan kebahagiaan, namun kebahagian itu didapat dengan cara bagaimana kita menghabiskan uang kita dengan benar dan bijaksana.
Yuk, sekarang kita berpikir bukan hanya untuk diri kita namun orang-orang sekitar. Semoga kebahagian bukan hanya untuk diri kita namun kita sebar untuk orang lain.
Referensi:
Diener Ed, et all. 1999. Subjective Well-Being: Three Decades of Progress. Psychological Bulletin 125(2):276-302. DOI:10.1037/0033-2909.125.2.276.
Dunn, Gilbert & Wilson. 2011. f Money Doesn't Make You Happy, Then You Probably Aren't Spending It Right. Journal of Consumer Psychology 21(2):115-125. DOI:10.1016/j.jcps.2011.02.002
Killingsworth, M.A. 2020. Experienced well-being rises with income, even above $75,000 per year. https://doi.org/10.1073/pnas.2016976118
ADVERTISEMENT
https://datacatalog.worldbank.org/dataset/world-development-indicators
https://worldhappiness.report/ed/2017/
https://en.wikipedia.org/wiki/Easterlin_paradox
https://www.visualcapitalist.com/relationship-money-happiness/