Wanita Indonesia dan 'The Glass Ceiling'

Taufiq maulana
Sains Asyik FGMI - lulusan Biology, Moscow State Pedagogical University, dan Population & Development, National Research University Higher School of Economics (Moscow),
Konten dari Pengguna
5 April 2021 17:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufiq maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi "The Glass Ceiling". Sumber foto: https://www.babbelforbusiness.com/blogs/en/how-women-can-break-the-glass-ceiling
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "The Glass Ceiling". Sumber foto: https://www.babbelforbusiness.com/blogs/en/how-women-can-break-the-glass-ceiling
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Era sekarang bukan menjadi hal yang tabu bahwa wanita dapat menempati posisi-posisi teratas dan stategis dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini kesetaraan gender terlihat bagus di permukaan, baik wanita dan pria mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang terlebih dalam dunia kerja. Namun bagi wanita dalam proses pencapaiannya, sering terdapat diskriminasi. "The Glass Ceiling" adalah suatu analogi yang dapat menggambarkan bagaimana diskirmasi yang terjadi pada wanita di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Apakah mereka mengetahui adanya analogi ini? atau sekarang justru para wanita karier Indonesia sedang merasakan efek "The Glass Ceiling" di tempat mereka bekerja?.

"The Glass Ceiling"

Suatu konsep yang berkembang pada tahun 1980-an, di mana konsep ini menggambarkan invisble barrier yang mengadang para wanita untuk menepati posisi teratas dari suatu hirearki perusahaan atau lembaga.
Mereka, para wanita karier ini melihat dengan jelas ke arah mana mereka akan menancapkan diri mereka di dalam suatu perusahaan, namun mereka tidak dapat mencapainya dikarenakan adanya hambatan yang menghalangi mereka.
Data statistik global menunjukan bahwa wanita sangat susah menempati posisi teratas. Sumber: ILO, 2019
Umumnya masyarakat melihat bahwa posisi startegis atau top management ini hanya didominasi oleh kaum pria. Efek dari "The Glass Ceiling" ini umumnya menimpa para wanita dan kaum minoritas baik di perusahaan swasta atau negeri di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Biasanya, sangat umum terjadi di Eropa bahwa kasus "The Glass Ceiling" ini terjadi di perusahaan swasta dibandingkan perusahaan negeri, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, fenomena ini banyak terjadi di perusahaan negeri seperti pegawai negeri sipil (PNS).
Peta persebaran posisi wanita di suatu perusahaan. Sumber : ILOSTAT,2019

Mengapa Wanita?

Wanita sangat berbeda dengan pria jika dilihat dari sifat, bakat, dan tingkah laku. Berdasarkan tiga faktor ini, fenomena "The Glass Ceiling" ini menimpa kaum wanita.
Beberapa hal di bawah ini dapat menjadi gambaran bagaimana fenomena ini menimpa para wanita, diantaranya yaitu:
1. Sifat wanita
Dalam perspektif ini, wanita dilihat dari perbedaan sifat yang paling menonjol dibandingkan pria, yaitu mereka lebih membutuhkan hubungan dengan orang lain dan lebih memilih bidang pekerjaan tertentu seperti pekerjan di bidang sosial. Sedangkan pria, lebih dikenal dengan sifat individualisnya, mencari kekuatan diri, pemimpin sejati.
ADVERTISEMENT
Bisa dikatakan bahwa wanita lebih ke arah kegiatan “girly”, bermain secara lambat, ingin terlihat lebih menarik, sedangkan kebalikannya pria dinilai sebagai seseorang yang dapat bermain di lapangan (mengakibatkan kotor), berjuang untuk memimpin.
2. Pilihan karier dan tingkah laku
Wanita selalu memilih pekerjaan dengan tingkat risiko yang kecil sehingga seperti bermain “safety” dan tidak heran selalu menempati posisi bawah suatu perusahaan. Biasanya para wanita ini tidak memiliki rencana yang pasti akan pekerjaan mereka.
Sedangkan pria, mempunyai sesuatu keinginan kuat untuk mengejar kesuksesan dalam bekerja karena stigma yang ada “pria adalah pekerja keras dan akan menjadi kepala rumah tangga”.
Mereka telah merencanakan jauh-jauh hari perkerjaan mereka, akan dibawa ke mana pekerjaan ini, dan bagaimana tujuan akhir yang akan mereka capai.
ADVERTISEMENT
3. Perbedaan nilai hidup
Biasanya sangat berbeda nilai-nilai kehidupan yang ada pada diri wanita dibandingkan dengan pria, dan wanita tidak ingin mengikuti cara hidup pria.
Wanita, mereka mencoba fokus dan menyelesaikan pekerjaan dengan standar yang tinggi, lebih teliti terhadap hal-hal kecil. Secara umum, wanita mempunyai cara sendiri tentang bagaimana mengevaluasi apa arti sukses dalam pekerjaan mereka.
Kebanyakan wanita melihat sukses itu adalah bagian dari hidup pribadi dan keseimbangan hidup seperti antara pekerjaan dan keluarga.
Dalam hal ini, wanita lebih melihat kriteria internal terhadap kesuksesan dibandingkan dengan kriteria eksternal yang diinginkan perusahaan pada umumnya. Implikasi ini berakibat adanya perbedaan motivasi dan penghargaan di perusahaan antara wanita dan pria.
4. Wanita dan politik perusahaan
ADVERTISEMENT
Salah satu area yang dilihat sangat berbeda di suatu perusahaan antara wanita dan pria adalah cara pandang mereka terhadap “politik perusahaan”, di mana wanita lebih menjauhkan diri, tidak ingin terlibat, acuh, dan mengabaikan hal ini.
Politik organisasi adalah sesuatu kegiatan kolaborasi, saling mempengaruhi satu sama lain dan saling mengerti (mengerti mengapa teman kerja melakukan hal ini; dari mana dan bagaimana cara pandang mereka), sehingga akan terwujud suatu kata sepakat atau win win solution.

Sistem sosial di masyarakat

Data statistik yang menyatakan bahwa stereotip “think manager, think male”. Sumber: ILOSTAT
Kita juga tidak bisa meninggalkan bahwa adanya peran sistem sosial dalam fenomena "The Glass Ceiling". Kita mengetahui bahwa ada beberapa wanita berada di posisi strategis suatu perusahaan atau negara. Peran pria (patriarchy) atau faktor turun-menurun bisa jadi merupakan alasan para wanita ini menempati posisi-posisi teratas.
ADVERTISEMENT
Adanya stereotip di masyarakat yang berkembang bahwa pria memainkan peranan penting bagi karier beberapa wanita. Kita harus menerima stereotip “think manager, think male”.
Unsur kepemimpinan sangat erat dideskripsikan sebagai “rasional, orientasi manajemen, pria, technocratic, kuantitatif, cost driven, hirearki, jangka pendek, pragmatis dan materialistis”.

Efek "The Glass Ceiling" bagi wanita

Jika dilihat dengan seksama ada beberapa efek yang dapat ditimbulkan dari fenomena ini, diantranya yaitu dari segi kesenjangan upah, pemisahan jenis pekerjaan, dan penghalang proses promosi.
1. Kesenjangan upah
Kesenjangan upah atau diferensiasi upah antara wanita dan pria merupakan top issue dalam jika membahas efek "The Glass Ceiling". Situasi ini terjadi jika, para wanita bekerja dengan proporsi yang sama berat beban kerjanya, namun tetap mendapat upah lebih rendah daripada pria.
ADVERTISEMENT
Penelitian menunjukan ada perbedaan upah yang terjadi di negara Swedia akibat perbedaan gender pada jajaran top management.
Diferensiasi upay antara manajer dan total pekerja dikarenakan adanya gap gender. Manager: 21% : 15% total pekerja. Sumber ILOSTAT
2. Pemisahan jenis pekerjaan
Hal ini berkaitan bahwa adanya pekerjaan yang berbeda bagi wanita dan pria. Biasanya pada jenis pekerjaan yang dikerjakan atau didominasi oleh pria lebih besar mendapatkan upah dibandingkan pekerjaan yang didominasi oleh wanita. Issue ini sangat berkaitan erat dengan kesenjangan upah. Tak heran jika wanita akan terus berada di posisi rendah dalam hal pekerjaan.
Pemisahaan jenis pekerjaan. Sumber: ILOSTAT
Pemisahan jenis pekerjaan ini juga sangat berkaitan dengan kekhususan gender pekerjaan. Di Moscow sendiri, lebih dari 90% pekerjaan sebagai pengendara tramvai (sejenis bis namun dengan aliran listrik) didominasi oleh wanita. Hal ini akan membentuk stigma negatif bahwa wanita Moscow tidak bisa menempati posisi tinggi di suatu perusahaan.
Sebagai Ikustrasi: Wanita Rusia bekerja sebagai supir alat transportasi tramvai. Sumber foto: https://pikabu.ru/story/devushki_i_obyidennost_voditeli_tramvaya_4580648
3. Penghalang proses promosi
ADVERTISEMENT
Adanya kesulitan para wanita karier dalam mendapatkan promosi ke posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan para pria. Penelitian menyatakan bahwa terdapat diskriminasi antara wanita dan pria dalam hal proses promosi.
Mereka menyimpulkan bahwa para pria mempunyai kesempatan yang besar jika dibandingkan dengan para wanita dalam hal promosi pekerjaan.
Ketiga hal di atas akan membentuk suatu gambaran yang jelas tentang efek dari "The Glass Ceiling" bahwa penghalang promosi akan menyebabkan pemisahan jenis pekerjaan anatara wanita dan pria dan juga akan berkontribusi adanya kesenjangan upah yang diterima.
ilustrasi pixabay.com

Apa yang harus kita perbuat?

1. Bertanya kepada mereka (wanita)
Adanya diskusi dengan para wanita akan membantu mengindentifikasi kultur yang ada di suatu perusahaan, apakah perusahaan tersebut mendukung para adanya kesetaraan gender atau terlihat adanya bias.
ADVERTISEMENT
Persepsi sering membahayakan kita akan sesuatu, belum tentu hal tersebut benar ataupun salah. Komunikasi adalah kunci dalam hal ini, selain komunikasi, dapat juga dilakukan survei kecil kepada para pekerja baik wanita dan pria.
2. Mendukung hubungan wanita
Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada para wanita di suatu perusahaan untuk menjalankan suatu proyek pekerjaan dimana targetnya juga para wanita.
Di lain kesempatan juga bisa mengikutsertakan mereka dalam pengambilan keputusan. Hal ini akan menambah kepercayaan dan memperkuat hubungan.
3. Mentoring sesama
Ini dapat dilakukan oleh para wanita yang sudah berada di posisi atas untuk memberikan mentoring kepada sesama wanita di dalam perusahaan tersebut. Sehingga mereka tidak hanya mengetahu kondisi di atas namun juga di bawah.
ADVERTISEMENT
4. Ada role model
Memberikan suatu contoh atau panutan akan adanya wanita di posisi teratas perusahan akan menjadi panutan bagi para wanita di posisi bawah untuk mengikutinya.

Wanita perlu tahu!

Perubahan tidak akan terjadi jika tidak diikuti dengan perubahan diri. Kita tidak harus menunggu apa yang menjadi perubahan untuk diri kita di perusahaan, namun denga adanya “modal” diri kita perusahaan tidak akan menutup mata terhadap karier kita.
1. Motivasi yang kuat
Wanita pertama-tama harus mengetahui diri sendiri, apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan diri dan motivasi pribadi. Mereka harus mengetahui apa arti sukes bagi mereka secara pribadi. Apakah mereka menginginkan suatu penghargaan tinggi, status, pengakuan diri atas keahlian yang mereka punya.
ADVERTISEMENT
2. Work-life balance
Selain bekerja di suatu perusahaan, wanita juga mempunyai kewajiban di rumah entah itu sebagai istri atau ibu dari anak-anak mereka. Komunikasi dengan orang-orang di kantor akan membuat keterbukaan dan pengertian akan tugas dan tanggung jawab.
3. Update CV
Memperbaharui CV (curriculum vitae) tidak ada salahnya. Hal ini diperlukan jika ada kesempatan yang secara tiba-tiba datang di depan mata. Persiapan ini juga membutuhkan waktu untuk membuat siapa diri kita di atas kertas.
4. Panutan dan mentor
Tidak ada salahnya wanita mempunyai panutan sebagai booster dalam berkarier. Dengan adanya panutan yang tepat, bisa menjadi pemacu diri untuk lebih berrubah ke arah yang lebih baik. Baik dalam hal pekerjaan dan hidup sebagai seorang wanita.
ADVERTISEMENT
5. Perbanyak hubungan kerja
Perbanyak hubungan kerja bukan hanya dengan teman sesama kerja wanita namun dengan semua orang, terutama dengan orang-orang di posisi teratas merupakan hal yang dapat dilakukan untuk merubah efek "The Glass Ceiling".
6. Meningkatkan nilai diri
Hanya diri kamu yang tahu nilai apa yang harus ditambahkan kepada diri sendiri dan terutama kepada perusahan tempat kamu bekerja. Harus diingat bahwa nilai-nilai ini harus relevan dan terlihat oleh banyak orang di lingkungan kantor.
Untuk para wanita di luar sana, sekaranglah saatnya untuk melihat masa depan dan merubah mindset sehingga efek dari "The Glass Ceiling" di lingkungan kerja tidak akan ada. Masa depan ada di tangan anda, perjalanan karier anda yang panjang harus dimulai dengan satu dangkah kecil.
ADVERTISEMENT
Referensi
International Labour Organization. 2019. The business case for change.Women in Business and Management.
Margaret Yap and Alison M. Konrad.2009. Gender and Racial Differentials in Promotions: Is There a Sticky Floor, a Mid-Level Bottleneck, or a Glass Ceiling?. DOI: 10.7202/038875ar
Rashad Yazdanifard & Azarina Zainal Abidin.2011. Women in the workforce: The "Glass Ceiling". Are they being discriminated?. conference: 2011 International Conference on Management Science and e-Business Engineering (ICMSBE 2011)At: Jeju Island, South Korea
https://www.babbelforbusiness.com/blogs/en/how-women-can-break-the-glass-ceiling