Melupakan atau Merelakan?

Konten dari Pengguna
25 Mei 2018 21:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tamara Anastasia Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sepasang kekasih. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Sepasang kekasih. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kalau kata Dilan “rindu itu berat”, aku setuju. Tapi nggak tahu kalau kalian?
ADVERTISEMENT
Rindu, satu kata dengan penuh makna. Kembali mengingat apa yang pernah dilakukan bersama dengan seseorang yang tentunya dulu berharga bagi kita.
lho, kok dulu?
Jelas, kalau masih bersama rasanya kata rindu itu tidak terlalu bermakna, toh dia masih jadi milik kita. setuju? kalau enggak setuju ya gapapa, setiap orang punya pendapat masing-masing.
Nggak tahu kenapa tiba-tiba ingin menulis, mungkin faktor ‘rindu’ itu. Kalau kamu bosan, skip aja ya nggak usah dibaca. Aku cuman ingin bercerita. Dan pas banget cuaca di sekitar Tanggerang memang sedang gerimis bercampur dengan hembusan angin yang cukup kuat. Menambah mood bercerita jadi tambah kuat.
Kita langsung ke inti cerita saja, biar nggak usah berlama-lama ya?
ADVERTISEMENT
Okay, jadi mana lebih penting, melupakan atau merelakan?
Sebelum dijawab, aku beri penjelasan sedikit, definisi melupakan menurut aku adalah waktu di mana kita besusah payah untuk tidak mengingat apa yang pernah kita lakukan. Dan merelakan adalah waktu di mana melupakan bukan lagi masalah besar untuk kita lakukan. ngerti? kalau kamu ngerti, mungkin kamu juga sedang merindukan seseorang. layaknya aku.
Ilustrasi jam. (Foto: Flickr/Werner Thorenz Fotografie)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jam. (Foto: Flickr/Werner Thorenz Fotografie)
Jadi menurutku, melupakan itu sebenarnya tidak susah. Kamu hanya perlu mencari kesibukan agar tidak mengingat-ingat apa yang dulu pernah menyakiti mu. Tapi merelakan? itu sulit. Terlebih jika kamu sudah menghabiskan waktu cukup lama dengan seseorang yang berharga itu.
Tapi rupanya, bukan hanya merelakan yang sulit untuk dilakukan, tapi membiasakan diri dengan suasana dan keadaan yang baru juga ternyata tidak mudah.
ADVERTISEMENT
Contoh, setiap hari kamu makan nasi, terus tiba-tiba pemerintah membuat aturan baru bahwa nasi tidak boleh lagi dikonsumsi karena bisa menambah tingkat obesitas di Indonesia, lalu produksi nasi di seluruh kota yang ada di Indonesia dihentikan, dan kamu harus makan kentang rebus setiap hari.
Ya, perumpamaan yang jelek, tapi kamu ngerti maksudku kan?
Merelakan dan membiasakan diri saja belum berhasil, eh muncul satu permasalahan lagi, yaitu melihat seseorang yang dulu bahagia sama kita, ternyata sudah bahagia sama orang lain. Bahkan dalam waktu yang singkat.
Pasangan bergandengan tangan (Foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan bergandengan tangan (Foto: Getty Images)
Iri? ya, aku juga.
Bagaimana seseorang bisa dengan mudah membiasakan diri dengan kehidupan barunya, tanpa mengingat tentang kita?
Jawabanya mudah.
ADVERTISEMENT
Karena mereka sudah belajar untuk merelakan.
Kenyataan yang mungkin menyakitkan tapi benar apa adanya.
Sebenarnya kita tidak perlu berusaha untuk melupakan semua kenangan yang pernah kita lakukan bersama orang tersebut, tapi yang terpenting, bagaimana kamu menyikapi kenangan tersebut. Kenangan bukan untuk dilupakan, tapi jadikan kenangan sebagai sebuah pembelajaran. Dan belajar untuk merelakan, itu yang perlu kamu lakukan. Dan begitu juga aku.
Jadi, jika kamu sudah menemukan kunci jawaban dari pertanyaan ‘bagaimana caranya merelakan seseorang yang berharga dalam hidup kita?’ aku minta kuncinya ya? Tapi kalau kamu nggak ada, ya gapapa. Kita berusaha bersama-sama.
Tapi hal terpenting yang perlu kamu ingat adalah, bayangkan,sekarang saja kamu bisa jatuh cinta sepenuh hati dengan orang yang salah. Bagaimana nanti kamu jatuh cinta dengan orang yang benar?
ADVERTISEMENT
Tanggerang, 25 Mei 2018
-R