Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Perayaan Menyambut Arwah, Obon Matsuri (お盆祭り) di Jepang
14 Januari 2021 20:14 WIB
Tulisan dari Farkha Nadya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal dengan keanekaragaman budayanya. Salah satunya adalah perayaan matsuri. Dalam budaya Jepang matsuri termasuk kebudayaan nonmaterial yang berwujud ritual yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini. Tujuan utama matsuri sendiri yaitu untuk menghormati dan berterimakasih kepada Kami (Tuhan). Di Jepang terdapat berbagai macam matsuri, salah satunya yang terkenal yaitu Bon atau Obon Matsuri. Obon Matsuri adalah salah satu matsuri yang besar di Jepang.
ADVERTISEMENT
Obon sendiri adalah tradisi yang dirayakan untuk mengenang arwah leluhur yang sudah meninggal. Secara tradisional obon matsuri dirayakan pada pertengahan bulan ketujuh menurut kalender lunar. Namun, pada saat ini kebanyakan obon matsuri dirayakan pada tanggal antara 13 dan 15 Juli, meskipun di beberapa daerah antara 13 Agustus dan 15. Perayaan ini dipercaya sudah ada di Jepang sejak sekitar abad ke-8, yang kemudian mulai populer sebagai festival pada abad ke-12 seiring dengan bertambahnya jumlah pengikut agama Buddha di Jepang.
Konon, Festival Obon atau Obon Matsuri berasal dari sebuah cerita dalam kitab suci Buddha. Dalam kitab tersebut diceritakan seorang murid menemukan ibunya tinggal di Realm of Hungry Ghosts. Tempat itu berisi arwah yang menderita kelaparan dan kehausan. Kemudian ia mendengar instruksi dari Sang Buddha untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi orang tuanya yang telah meninggal.
ADVERTISEMENT
Ia juga ditugasi untuk memberikan persembahan pada para bhiksu, setiap tanggal 15 di bulan ketujuh sebagai ungkapan syukur dan rasa hormat. Kabarnya, persembahan inilah yang nantinya akan membebaskan mereka dari siksaan kekal ketika meninggalkan dunia.
Selama Obon di Jepang, banyak perusahaan dan toko-toko tutup untuk liburan. Orang-orang yang bekerja jauh dari tempat asal mereka seringkali akan kembali ke tempat kelahiran dengan istri atau suami dan anak-anak mereka. Oleh karena itu, setiap perayaan Obon, arus lalu lintas dan transportasi, seperti bandara dan stasiun kereta api, menjadi lebih padat dari hari-hari biasanya. Obon matsuri menjadi hari libur musim panas yang dinanti-nanti banyak orang di Jepang. Obon sama artinya dengan liburan musim panas bagi orang Jepang yang tidak mengerti tradisi agama Buddha. Ini adalah salah satu ciri khas perayaan Obon, yaitu banyak yang akan pulang untuk merayakan Obon bersama keluarga besar mereka. Ciri khas lainnya adalah mengunjungi makam leluhur dan ditarikannya tarian Obon.
ADVERTISEMENT
Ritual perayaan Obon
Obon awalnya merupakan tradisi dari agama Budha yang memiliki tujuan untuk menghormati roh leluhur yang telah meninggal. Menurut kepercayannya, selama Obon roh leluhur kembali ke rumah mereka sebelumnya dan mengunjungi anak serta cucu yang masih hidup. Untuk menyambut mereka, keluarga yang merayakan akan menyalakan api (mukaebi), berdoa, menyediakan makanan di altar berisi persembahan untuk leluhur (butsudan), dan mengadakan tarian yang disebut Bon Odori.
1. Mukaebi (迎え火)
Pada hari pertama perayaan Obon, orang Jepang akan menyalakan api unggun kecil di depan rumah mereka yang biasa disebut mukaebi. Api unggun dibuat dari tangkai rami (ogara) yang ditumpuk dan dibakar. Asap dari pembakaran inilah yang dipercaya akan menjadi petunjuk untuk arwah nenek moyang agar bisa kembali ke rumahnya dengan selamat dan tidak tersesat. Selain itu, mereka juga akan mendekorasi butsudan dengan memorial kecil, buah-buahan, bunga dan permen. Di beberapa daerah di Jepang ada juga yang menyiapkan kuda yang terbuat dari mentimun dan sapi yang terbuat dari terong dengan tongkat kayu. Hal ini merupakan suatu simbol dari kepercayaan bahwa kuda akan membantu roh pulang sesegera mungkin, sementara sapi akan membawa mereka kembali ke surga perlahan-lahan segera setelah festival berakhir.
ADVERTISEMENT
2. Ohakamairi (お墓参り)
Hal lain yang dilakukan pada saat Obon yaitu mengunjungi makam atau biasa disebut ohakamairi. Ohakamairi sendiri merupakan ritual ziarah ke makam leluhur untuk membersihkan makam dengan mengelap dan menyirami dengan air, memberikan hiasan berupa bunga dan sesaji seperti dupa, serta berdoa untuk leluhur yang sudah meninggal.
3. Hoyo/Kuyo (法要・供養)
Pada saat hari kedua dan ketiga perayaan Obon, keluarga yang mengikuti tradisi akan mengundang seorang pendeta Buddha ke rumah mereka (atau mengunjungi kuil) untuk membacakan sutra (Tanagyō) bagi arwah leluhur dan melakukan upacara peringatan yang disebut hoyo atau kuyo. Setelah upacara selesai, mereka akan berkumpul dan melakukan acara makan bersama untuk mengenang para leluhur yang sudah meninggal. Makanan yang disajikan pada saat acara ini merupakan murni vegetarian, dan biasanya terdapat rebusan kacang, bayam dengan kecap dan wijen, atau mentimun asinan. Makanan yang disajikan ini disebut shojin ryori.
ADVERTISEMENT
4. Okuribi (送り火)
Pada hari terakhir, perayaan Obon akan dilakukan dengan mengantar arwah leluhur dengan cahaya atau disebut dengan okuribi. Ada berbagai macam jenis okuribi, seperti toronagashi dan shoronagashi. Di beberapa daerah di Jepang, ada yang merayakan Obon dengan tradisi toronagashi yang berupa pelarungan lampion yang terbuat dari washi di sungai sebagai lambang melepas arwah leluhur. Ada daerah yang juga melakukan tradisi serupa yakni tradisi shōrōnagashi yang menggunakan kapal kecil untuk memuat lampion sebelum dilarung di sungai. Satu festival api unggun paling terkenal sebagai bagian dari tradisi ini adalah Gozan Okuribi (atau Daimonji) di Kyoto, yang menarik ribuan pengunjung setiap tahun.
5. Bon Odori (盆踊り)
Bon Odori merupakan puncak dari perayaan Obon. Acara ini dilangsungkan sebagai penutup perayaan Obon. Bon odori sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu sebagai tindakan religius dan spiritual. Tarian ini umumnya berlangsung di sekitar yagura, panggung utama tempat seseorang menyanyikan lagu dan yang lainnya memainkan alat musik tradisional seperti drum taiko. Sambil diiringi musik dan lagu-lagu tradisional, para penari menari mengelilingi yagura tempat pengiring musik dan penyanyi berada. Pada umumnya, Bon-odori ditarikan bersama-sama tanpa mengenal jenis kelamin dan usia di lingkungan kuil agama Buddha atau Shinto.
ADVERTISEMENT
Dikisahkan bahwa gerakan pada tarian Bon meniru arwah leluhur yang menari gembira setelah lepas dari hukuman kejam di neraka. Setiap daerah memiliki gayanya sendiri dalam melakukan Bon odori ini sendiri. Yang paling terkenal adalah tarian Awa di Prefektur Tokushima. Bahkan di beberapa kompleks perumahan di Tokyo, anak-anak dan orang dewasa menari dengan lagu yang relatif baru. Pada hari terakhir Obon-matsuri, beberapa komunitas menyelenggarakan acara penuh warna dengan membuat gambar di atas lentera kertas, yang mengapung di sungai untuk membawa pergi roh-roh orang mati.
Sumber :
https://kumparan.com/kumparantravel/menyambut-leluhur-yang-telah-meninggal-lewat-festival-obon-di-jepang-27431110790552379 diakses pada 14 Januari 2021
https://learnjapanese123.com/5-facts-about-obon-fesitival/ diakses pada 13 Januari 2021
https://travel.tribunnews.com/amp/2018/09/01/obon-festival-orang-mati-jepang-yang-kental-akan-aturan-dan-keberadaan-arwah-nenek-moyang?page=all&_ga=2.52695272.1795705627.1610608061-253701539.1580364020 diakses pada 13 Januari 2021
https://www.ana.co.jp/ja/jp/japan-travel-planner/japanese-festival-omatsuri/0000001.html diakses pada 13 Januari 2021
ADVERTISEMENT
Risma Rismelati, Asri Soraya Afsari, Ayu Septiani. PENDAMPINGAN INVENTARISASI KEBUDAYAAN (KEPERCAYAAN) DALAM SIKLUS KEHIDUPAN MASYARAKAT TEMPURAN, KARAWANG SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PEMELIHARAAN KEKAAYAAN BUDAYA LOKAL. Bandung: Pustaka Unpad
Wiyatasari, Reny. 2018. Perayaan Obon (Obon-Matsuri) di Jepang. Semarang