Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Fuckboy dalam sebuah kasta hirarki kebutuhan.
8 Juni 2020 20:43 WIB
Tulisan dari tambara boyak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Lalu apa hypermaskulinitas itu sendiri? Pun dengan misogyny? Nampak sebuah istilah asing namun sering kita lihat sendiri banyak perilaku yang menggambarkan kedua istilah yang mungkin baru kita dengar. Bagi media, praktik konsumsi daging hewan tampil sebagai materi yang mudah diolah untuk membangun identitas laki-laki, yang dalam pustaka akademik diacu sebagai maskulinitas hegemonik. Laki-laki dengan maskulintas hegemonik memiliki ciri-ciri seperti dominan, tegas, agresif, karakteristik kejantanan yang heteronormative sehingga ia menjadi sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan mayoritas audiens. Hipermaskulinitas sendiri digambarkan sebagai pandangan laki-laki terhadap wanita dan seks, yang melibatkan ketangguhan, kekerasan, bahaya, dan sikap berperasaan secara bersamaan. Sedangkan untuk misogyny adalah kebencian atau tidak suka terhadap wanita atau anak perempuan. misogyny dapat diwujudkan dalam berbagai cara, termasuk diskriminasi seksual, fitnah perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan objektifikasi seksual perempuan. Aristoteles berpendapat bahwa perempuan adalah kelainan yang alami atau ketidaksempurnaan dari laki-laki.
ADVERTISEMENT
Namun, fuckboy sendiri adalah sebuah kasta. Tidak semua remaja laki-laki bisa menjadi fuckboy dalam perjalanan percintaannya. Itu bagus karena memang sebaiknya sebagai insan kita haruslah menjadi seorang yang setia. Fuckboy dalam pandangan psikologi sosial bisa dikategorikan sebagai sebuah aktualisasi diri itu sendiri. Namun dalam mencapai motivasi tersebut sudah barang tentu harus mencapai beberapa tahap dalam hirarki kebutuhan. Seperti kata Abraham maslow, Aktualisasi diri adalah Keinginan seseorang untuk menggunakan semua kemampuan dirinya untuk mencapai apapun yang mereka mau dan bisa dilakukan. aktualisasi diri sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku asal usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Dalam tatarannya, hirarki kebutuhan ini terbagi dalam 5 tahapan. Mulai dari yang paling bontot adalah kebutuhan fisik, kebutuhan dasar, kebutuhan yang berhubungan dengan fisiologis. Asal semua kebutuhan tersebut terpenuhi sudah cukup, tipe mas-mas biasa adalah tipe yang cocok pada tataran dasar. Mas-mas biasa sering tidak memikirkan apa itu yang dinamakan percintaan asal semua terpenuhi sudah cukup. Pasangan cukup satu saja, tidak perlu pasangan yang bertipe wah namun bisa saling menjaga dan setia.
Untuk tataran kedua sering disebut safety needs, meliputi kebutuhan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam. Disini kita bisa menempatkan seorang goodboy atau anak baik-baik idaman para calon mertua dan sangat bermain aman dalam melakukan apapun, termasuk percintaan. Tidak neko-neko meski memiliki tipe pasangan yang harus sesuai dengan kepribadiannya.
ADVERTISEMENT
Lalu ditengah piramida ada social needs, meliputi kebutuhan terhadap persahabatan, berkeluarga, berkelompok, dan interaksi. Cowo-cowo softboy berada pada tataran ini. Softboy sendiri dikategorikan sebagai pria yang berusaha mendekati wanita dengan meningkatkan kedekatan emosional agar bisa melakukan hubungan intim. Softboy dikenal sebagai sosok yang akan mencoba mendekati wanita dengan menunjukkan sisi sensitifnya dalam jangka waktu tertentu sebelum kemudian mengajak wanita untuk berhubungan intim dengannya. Softboy akan cenderung meminta Anda untuk terbuka secara emosional di awal-awal perkenalan dan sangat manipulative untuk mendapatkan tujuan sesungguhnya.
Menuju puncak ada hirarki bernama esteem, meliputi kebutuhan harga diri, status, martabat, kehormatan, dan penghargaan dari pihak lain. Tipe badboy berada ditataran ini. Para peneliti di New Mexico State University mencari jawaban atas pertanyaan ini dengan memberi tes karakter pada 200 orang mahasiswa untuk melihat seberapa tinggi sifat “bad boys” atau “dark triad” yang ada pada diri mereka. Seseorang termasuk bad boy ketika memiliki karakter seperti dominan, terlihat berasal dari keturunan dan memiiki sumber daya yang unggul. Bad boy memiliki harga diri, status, martabat dan kehormatan yang tinggi terhadap dirinya. Tipe ini sangat banyak yang mengagumi karena maskulinitas yang ditunjukan, juga bahkan para bad boy ini sangat setia karena sifat badboy hanya untuk mempertegas bahwa bad boy mempunyai harga diri yang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Pada titik tertinggi, fuckboy adalah aktualisasi diri yang meliputi meliputi kebutuhan memenuhi keberadaan diri dengan memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri. Fuckboy dibuktikan dengan ketergantungan yang tinggi pada praktik sosial untuk menggambarkan sifatnya dan jelas memiliki daya pikat karena begitu banyak wanita terus jatuh cinta padanya. fuckboy adalah laki-laki yang memberikan pesan genit dan hanya kesenangan sesaat. Fuckboy tidak memperlakukanmu dengan hormat atau penuh komitmen, dia hanya menjadikanmu sebagai objek yang menarik untuk ditaklukkan. Dan mudah saja bagi para fuckboy ini menaklukkan hati para wanita, bahkan tanpa modal apapun. Fuckboy akan menampilkan sisi hypermaskulinitasnya sehingga dengan mudah para wanita takluk. Pun dengan pengalaman pasti seorang fuckboy sudah malang melintang di dunia percintaan hingga pesonanya mampu menipu banyak orang.
ADVERTISEMENT
Tapi apakah sesempurna itu pesonanya? Stereotip fuckboy yang tangguh dan kuat secara fisik tak selamanya menguntungkan. Kadang sikap tangguh dan kuat ini tak mampu mengelola stres, depresi dan kesehatan mental dengan baik. Carlos Santos dari Arizona State University pernah melakukan penelitian soal perkembangan dan kesehatan emosi anak lelaki. Ketika anak lelaki tumbuh menjadi remaja dan dewasa, sebagian besar dari mereka ingin memiliki kualitas stereotip lelaki seperti memiliki ketangguhan emosi dan fisik, dibandingkan punya kualitas feminin seperti keterbukaan dan komunikasi emosi. Ternyata hal ini punya korelasi langsung dengan stres dan depresi serta perburukan kesehatan mental. Ketika seorang laki-laki mencapai usia di mana ia merasa terdapat tekanan besar menjadi tabah dan mandiri, tingkat bunuh diri di kalangan lelaki di AS meningkat empat kali lipat dibandingkan wanita. Ada kemungkinan tekanan menjadi lelaki ada hubungannya dengan bullying yang terjadi di antara pria. Tingkat bullying di antara pria itu bisa berkurang jika cinta, koneksi, intimasi dan kasih sayang dibiarkan tumbuh dalam relasi antara pria seperti ketika mereka masih kecil. Maka semakin sering lelaki dibiarkan merasakan empati, menggunakan ketrampilan emosi dan mengekspresikan keinginan untuk hubungan dekat, mereka akan semakin sehat dan bahagia luar dalam.
ADVERTISEMENT