Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Merasakan Kecemasan yang Berlebih Saat Lebaran? Bisa Jadi Itu Holiday Blues
25 April 2023 8:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari tambara boyak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak kapan liburan yang dulunya ditunggu-tunggu waktu kecil kemudian menjadi pemicu kecemasan dan kegelisahan? Kenapa mereka merasa pertanyaan-pertanyaan template seperti ‘kapan lulus?’ atau ‘kapan nikah?’ adalah basa-basi yang pantas untuk ditanyakan?
ADVERTISEMENT
Padahal kan kalau menanyakan tentang lulus atau penghasilan kerja, itu seperti membanding-bandingkan dan juga memberikan tekanan yang tidak perlu.
Apakah orang benar-benar merasakan lebih banyak merasakan kecemasan saat berlebaran?
Terlepas dari afiliasi keagamaan seseorang, berlebaran seharusnya menimbulkan perasaan hangat, gembira, dan memiliki. Namun bagi sebagian orang, berlebaran justru bisa menimbulkan perasaan kesepian, stres dan kecemasan.
Kecemasan akibat tekanan sosial yang muncul dalam pertemuan keluarga di hari raya ini umum terjadi dalam masyarakat Indonesia, ujarnya. Dalam beberapa situasi, terjadi serangan kecemasan yang diikuti respons kondisi fisik yang mengganggu seperti keringat dingin, jantung berdebar lebih kencang, sakit perut tanpa sebab medis, sakit kepala, dan lainnya.
Pada situasi kumpul dengan keluarga saat Lebaran, pertanyaan-pertanyaan yang membuat kita merasa terpojokkan ini memang dapat memicu kecemasan ini. Situasi semacam ini pasti tidak nyaman dan ketika menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Holiday blues adalah fenomena nyata, tetapi kemungkinan besar memiliki efek yang berbeda dari yang dikira. Meskipun datanya terbatas, ada beberapa bukti tentang penyebab dan akibat dari perasaan cemas saat libur lebaran.
Menghabiskan waktu dengan anggota keluarga begitu sulit, merasakan tekanan ketika sedang berkumpul bersama keluarga dan bahkan dapat membuat orang merasa sedih dan marah.
Ada perbedaan antara perasaan sedih dalam berlebaran, yang seringkali bersifat sementara dan hilang begitu musim berakhir, dan kondisi yang lebih serius seperti depresi, gangguan afektif musiman, dan gangguan kecemasan.
Dan bagi mereka yang sudah memiliki masalah psikologis, tekanan dalam berlebaran bisa memperburuk keadaan. Bahkan "bersenang-senang" bisa membuat pikiran dan tubuh stres, terutama jika kesenangan itu melibatkan kurang tidur atau mengkonsumsi makanan tradisi selama lebaran.
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang bisa merasa bahagia dan gembira sepanjang waktu, bahkan jika kita merasa tertekan untuk mengalaminya.
Ada beberapa hal yang bisa kita semua lakukan untuk membantu melawan kecemasan saat berlebaran. Pastikan ekspektasi berlebaran realistis—hindari pengeluaran diri dan anggaran secara berlebihan.
Jika anggota keluarga atau teman dekat sudah tidak ada lagi, mungkin dapat menggunakan cara untuk mengenali orang tersebut dan memulai tradisi baru. Cobalah untuk mempertahankan beberapa rutinitas normal. Perhatikan perasaan yang dirasakan.
Holiday blues yang berlama-lama dapat menandakan depresi pada diri anda. Depresi terjadi ketika perasaan sedih atau putus asa yang ekstrem bertahan setidaknya selama dua minggu atau lebih dan ketika mereka mengganggu aktivitas hidup sehari-hari seperti bekerja atau bahkan makan dan tidur. Individu yang depresi cenderung merasa tidak berdaya, putus asa untuk mengubah situasi mereka.
ADVERTISEMENT
Jika tanda dan gejala ini atau lainnya terus berlanjut setelah musim liburan, individu mungkin perlu mencari konseling profesional.