Konten dari Pengguna

Sensus Pertanian 2023, Tarik Data untuk Menarik Minat Kawula Muda

tambara boyak
Seorang penuh ingin tahu tentang keilmuan psikologi dan budaya.
31 Mei 2023 6:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari tambara boyak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi petani gunakan cangkul. Foto: Dian Muliana/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani gunakan cangkul. Foto: Dian Muliana/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara maritim, namun juga dikenal sebagai negara agraris karena memang sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam. Sebagai negara agraris, Indonesia pun memiliki banyak sumber daya alam, baik di darat maupun perairan.
ADVERTISEMENT
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri.
Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian.
Dalam masyarakat agraris, tanah menjadi sangat penting karena merupakan lahan olahan. Dari zaman dahulu kala, Pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar penduduk.
Ilustrasi lahan pertanian. Foto: Dok. Kementan
Pertanian dipercaya menjadi tulang punggung bangsa, kegiatan mengolah lahan menyebar ke seluruh Nusantara. Pemanfaatan lahan untuk berladang dan berkebun (parlak, mmal, ngmal, kbwan, kebon. Gaga/ pegagan).
Hal tersebut juga terabadikan dalam Prasasti Kintamani, disebutkan bahwa budidaya lahan sudah dipraktikkan dan menjadi tonggak peradaban terutama peradaban yang ada di Bali.
ADVERTISEMENT
Selain di Bali, kehidupan ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa yang berada di Nusantara juga bergantung pada sektor agraris. Salah satu usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan sektor agraria telah dilakukan sejak masa Rakai Kayuwangi, Raja Mataram Kuno (Medang) yang menguasai pulau Jawa sekitar abad ke 8 Masehi.
Beras menjadi komoditi kerajaan dan merupakan kekuatan perdagangan di era tersebut. Aktivitas distribusi hasil pertanian pun ditunjang melalui Sungai Bengawan Solo dan sungai yang lain serta melalui kuasa kemaritiman yang dimiliki Kerajaan Mataram Kuno.
Buruh tani menanam padi di area persawahan Tamarunang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (16/6/2022). Foto: Arnas Padda/ANTARA FOTO
Seiring berkembangnya zaman, maka instrumen pertanian juga ikut berkembang. Adanya Sensus Pertanian merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data yang dilakukan melalui pencacahan seluruh petani, rumah tangga pertanian, dan perusahaan pertanian di wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik pertanian pada saat tertentu.
ADVERTISEMENT
Keberlangsungan sektor pertanian dalam jangka panjang juga membutuhkan perencanaan yang matang pula serta data yang akurat dan dapat dipercaya.
Sensus Pertanian berstandar Internasional mengacu kepada program FAO yang dikenal dengan: World Programme for the Census of Agriculture (WCA).
Tak hanya di Indonesia saja, sensus pertanian ini juga diadakan di seluruh dunia. Pada 2021 Sensus Pertanian di Inggris terbuka untuk semua pertanian komersial di Inggris. Sensus Pertanian di Inggris telah ada selama lebih dari 150 tahun.
Sensus Pertanian sangatlah penting bagi kehidupan banyak orang. Sensus Pertanian menyediakan sumber data pertanian yang seragam, komprehensif, dan tidak memihak untuk setiap wilayah di negara ini.
Petani beraktivitas di persawahan Desa Puca, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (8/1/2022) Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
Melalui Sensus Pertanian, produsen dapat menunjukkan nilai dan pentingnya pertanian kepada bangsa dan dapat mempengaruhi keputusan yang akan membentuk masa depan pertanian.
ADVERTISEMENT
Sensus memberi data yang dibutuhkan untuk mengetahui prioritas industri pertanian, membuat keputusan investasi yang tepat di bidang agraria, dan merancang kebijakan yang memenuhi kebutuhan para petani.
Sensus Pertanian dapat menjadi acuan untuk memantau perubahan dalam jangka panjang. Misalnya, perubahan lingkungan. Pun juga untuk mengidentifikasi tren dan masalah dengan lebih baik.
Data Sensus Pertanian digunakan oleh semua pihak yang melayani petani dan masyarakat pedesaan, pemerintah, agribisnis, asosiasi perdagangan, dan banyak lainnya.
Sensus Pertanian yang akan diadakan pada bulan Juni-Juli dapat membantu kita untuk mengetahui berbagai hal tentang pertanian meliputi:
1. Tenaga Kerja, meliputi jumlah petani utama, manajer, pekerja tetap dan pekerja lepas ditambah usia, jenis kelamin pemegang dan manajer utama, dan waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan pertanian.
ADVERTISEMENT
Data ini membangun profil tenaga kerja pertanian dan perubahannya dari waktu ke waktu. Volume tenaga kerja juga digunakan dalam perhitungan lain seperti statistik pendapatan pertanian.
2. Penggunaan lahan dan area tanaman, data area tanaman, baik yang subur maupun hortikultura, akan digunakan untuk memantau tren penanaman jangka panjang dan untuk menilai dampak praktik pertanian.
Data tersebut juga akan memungkinkan kami untuk menilai aktivitas pertanian, seperti bagaimana aktivitas dataran tinggi dibandingkan dengan dataran rendah di Inggris dan, jika digabungkan dengan data dari badan sertifikasi organik, membantu mengevaluasi pertanian organik di Inggris.
Area tanaman, digabungkan dengan data hasil panen, memberikan estimasi panen yang digunakan oleh industri serealia untuk memantau ketersediaan biji-bijian sepanjang tahun.
ADVERTISEMENT
3. Peternakan, data sensus akan membantu kita memantau perubahan populasi ternak dari waktu ke waktu. Distribusi ternak di seluruh negeri juga membantu menilai risiko penyakit hewan dan mengendalikan wabah.
Presiden Joko Widodo meninjau jalan rusak di Kampung Rama Nirwana, Seputih raman, Lampung Tengah, Lampung, Jumat (5/5/2023). Foto: Wahdi Septiawan/Antara Foto
Gegap gempitanya Sensus Pertanian yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, banyak juga masukan yang baik termasuk pernyataan Presiden tentang rentang waktu Sensus Pertanian 10 tahun sekali dipandang terlalu lama.
Mungkin 3-5 tahun sekali, disebabkan karena cepatnya perkembangan industri termasuk industri pertanian maka update data juga harus dilakukan secepat mungkin agar akurasi data lebih terkini sehingga membantu dalam pengambilan kebijakan di bidang pertanian terutama teknologi yang berkembang sangat pesat.
Dulu mungkin bertani cukup memakai cangkul, namun produktivitas akan mengalami stagnansi. Juga sistem irigasi yang terus berkembang, peralatan bercocok tanam pun semakin beragam untuk menunjang efektivitas produksi pertanian sehingga data yang up to date akan sangat membantu.
ADVERTISEMENT
Data agraria untuk sektor pertanian yang update tentu juga bisa untuk menarik kalangan muda yang ingin berkecimpung di bidang pertanian. Banyak alasan kenapa generasi terkini susah untuk menggeluti bidang pertanian.
Buruh tani menyiapkan benih padi sebelum ditanam di area persawahan Bontoramba, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (16/12/2021). Foto: Arnas Padda/ANTARA FOTO
71% petani Indonesia saat ini berusia 45 tahun ke atas, sementara yang di bawah umur 45 tahun hanya 29%. Bidang pekerjaan pertanian dirasa cukup pelik dilakukan karena membutuhkan modal yang besar dengan hasil usaha tani yang bisa dibilang spekulatif.
Jika hasil usaha tani bagus maka bisa menutupi modal yang bersumber dari utang di bank ataupun dari pinjaman keluarga. Namun jika gagal atau setengah gagal maka hasil pendapatan akan habis menutupi sewa lahan (jiwa lahan bukan milik sendiri), biaya pupuk, biaya pestisida yang mahal hingga biaya lainnya.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi adanya data dapat membantu untuk menganalisa segala permasalahan yang terjadi, dan semakin banyak kalangan tertarik untuk menjadi petani terutama para generasi terkini. Karena Perkembangan teknologi sektor pertanian yang cepat perlu diimbangi dengan regenerasi SDM pertanian yang cepat pula.