Anies Baswedan Memenangkan Perubahan

Tamsil Linrung
Senator DPD RI, Pendiri Jaringan Sekolah Insan Cendekia Madani (ICM)
Konten dari Pengguna
13 Maret 2023 10:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tamsil Linrung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Anies Baswedan telah menorehkan rekam jejak yang bisa dibaca dan dinilai secara terbuka. Anies jadi figur utama dalam Pilpres tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Kita sering mendengar ungkapan bahwa politik adalah seni mengelola persepsi. Semakin baik pengelolaannya, semakin besar potensi dukungan rakyat. Jelang pemilihan umum, akrobat politik mengelola persepsi berkelindan. Tradisi ini relatif baru dikenal dalam praktik politik di Indonesia yang memang masih berupaya membangun fondasi demokrasi. Terutama melalui pemilu dan pilpres.
Sejak Pemilihan Umum (Pemilu) 2014, kita merasakan dinamika politik nasional gaduh oleh pertarungan popularitas. Sejak 2014, mengelola persepsi rasanya bukan lagi seni berpolitik, namun telah menjadi industri seiring menjamurnya konsultan politik, lembaga survei, atau buzzer politik.
Demi memenangkan kontestasi, citra dipoles dengan berbagai cara. Termasuk ditempuh dengan manuver irasional. Kepemipinan dicirikan secara fisik. Dari tampilan busana, kerutan kulit di wajah bahkan warna rambut.
ADVERTISEMENT
Indikator-indikator itu, tentu saja tidak dikenal dalam teori kepemimpinan manapun. Cuma ada dipanggung sandiwara politik negeri antah berantah. Namun publik akhirnya tepedaya karena terus dijejali citra dan pariwara oleh konsultan pemasaran politik.
Akibatnya, panggung kepemimpinan diambil alih oleh orang-orang yang paling pandai berdandan. Lalu diyakini dan ditradisikan oleh yang lain. Kepemimpinan politik bukan dititipkan kepada figur yang kompeten. Tapi direbut oleh siapa yang paling pandai menghipnotis publik.
Dinamika politik membentuk budaya demokrasi yang merusak wajah Indonesia hingga tidak lagi terlihat elok. Pencitraan meminggirkan rasionalitas pemilih. Kita menyaksikan, panggung politik jelang Pemilu bising oleh jual beli wajah yang didandani. Bukan adu gagasan.
Upaya mengoreksi tradisi politik destruktif yang menggerogoti bangsa tersebut terdengar sayup-sayup di tengah hegemoni informasi tak berimbang. Terlebih elit politik yang mestinya berdiri di mimbar yang mencerahkan, malah ikut menabuh gendang. Menjadi pendengung isu bersentimen ras dan stereotipe yang miskin argumen.
ADVERTISEMENT
Mau tak mau, kita harus melakukan perubahan. Oleh karena itu, keberadaan kita hari ini adalah tepat. Kebersamaan kita dalam momentum ini adalah benar. Berada di barisan Anies Baswedan adalah pilihan terbaik mengubah keadaan. Figur inilah satu-satunya bakal calon presiden yang mengusung gagasan perubahan. Tak sulit menilai Anies. Karena sosok Anies telah menorehkan rekam jejak yang bisa dibaca dan dinilai secara terbuka. Integritasnya bahkan bisa ditelusuri sejak Anies masih di bangku sekolah.
Deklarasi simpul relawan BroNies – Posko Pilihan Rakyat adalah pernyataan sikap dan perwujudan komitmen politik mengejar satu tujuan mulia. Memenangkan perubahan untuk martabat bangsa yang diusung Anies. Agar gagasan-gagasannya mengalir ke seantero bumi pertiwi. Agar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tercipta, demokrasi tegak, ekonomi terdistribusi untuk semua dan masyarakat guyub.
ADVERTISEMENT
Artinya, rekonstruksi Indonesia untuk kesejahteraan rakyat sebagaimana tema dalam launching BroNies hari ini adalah sebuah keniscayaan.
Bangsa ini perlu merekonstruksi banyak hal. Sembilan tahun belakangan, Indonesia seperti kehilangan arah. Pelemahan dan kerusakan sendi-sendi kebangsaan terjadi di hampir semua bidang. Di sektor politik tata kelola demokrasi morat marit, kehidupan sosial tegang, ekonomi timpang, hukum tumpul, kebudayaan dan jati diri bangsa luntur, dan berbagai problematika yang membuat kita urut dada.
Pengelolaan anggaran negara tak membuahkan kesejahteraan yang merata. Sebaliknya, ketimpangan tambah curam. Yang kaya semakin kaya, yang miskin kian terpuruk. APBN dicekik cicilan bunga dan pokok hutang. Rakyat ditimpa risiko tata kelola negara yang serampangan. Pajak malah dikerek naik di tengah sulitnya rakyat mengais rupiah.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, duit pajak bocor oleh pegawai yang institusinya dititipi amanah mengelola uang negara. Pajak digunakan untuk mengongkosi gaya hidup hedonis pejabat pajak yang difestivalisasi di etalase media sosialnya. Sementara antar-kementerian terlihat sulit berkoordinasi.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan menduga ada kejahatan pencucian uang Rp300 Triliun di Kementerian Keuangan. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengklaim telah menyerahkan 200 berkas individul dugaan itu kepada Kementerian Keuangan sepanjang 2009-2023. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tidak mengetahui angka tersebut. Sayangnya, perbedaan pendapat antar-kementerian atas perkara super jumbo itu belum ditengahi presiden secara tegas.
Peristiwa itu hanya menyuplik perkara terbaru yang masih hangat dibicarakan dari deretan perkara yang menyeruak di hadapan publik selama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bila disajikan satu-per satu, diskusi kita tak akan pernah menemui ujung, saking banyaknya persoalan bangsa.
ADVERTISEMENT
Di antara problematika itu adalah soal hukum tebang pilih, pembangunan infrastruktur tidak tepat sasaran, import pangan tak berkesudahan, penguasaan china terhadap sejumlah sumber daya alam Indonesia, program-program yang mandek semisal food estate di Kalimantan, “obral” tanah negara demi investasi Ibukota Negara baru, dan lain sebagainya.
Tentu, Anies bukan malaikat yang bisa menyelesaikan semua soal dalam sekejap. Namun, dengan segudang portofolio dan pengalamannya di pemerintahan, akademik, dan dunia aktivis, kita percaya Anies dapat mengangkat bangsa ini dari keterpurukannya.
Kepercayaan ini bukan tanpa dasar. Perubahan positif yang terjadi di Jakarta adalah bukti kongkrit kemampuan Anies sebagai pemimpin. Ia tak hanya menawarkan ide, tetapi membuktikan dirinya mampu mengeksekusi ide itu secara terstruktur dalam konsep yang padu antara gagasan, narasi dan karya. Bukan sekadar kerja, kerja dan kerja.
ADVERTISEMENT
Tentu, setiap orang punya gagasannya sendiri. Tetapi, gagasan tanpa karya hanyalah permainan kata-kata belaka, seperti halnya visi dan misi tanpa realisasi. Dalam bahasa Anies, visi dan misi adalah imajinasi tentang masa depan yang harus ditopang oleh rekam jejak. Artinya, untuk mengetahui kecakapan eksekusi seorang calon pemimpin, lihatlah karya dalam rekam jejaknya.
Rekam jejak Anies tak hanya gemilang di Jakarta atau di dalam negeri saja. Di pentas global, Anies adalah pemimpin yang diterima dunia internasional. Majalah Foreign Policy terbitan Amerika Serikat menempatkan Anies sebagai salah satu dari 100 Tokoh Intelektual Publik Dunia. Sementara World Economic Forum (WEF) menyebut Anies sebagai satu dari Pemimpin Muda Dunia Global.
Anies bahkan dinobatkan sebagai '20 Pemimpin Masa Depan Dunia' oleh Majalah Foresight terbitan Jepang. Sementara itu, International Policy Studies (IIPS) Jepang menganugerahi Anies penghargaan Nakasone Yasuhiro Awards. Sedangkan Lembaga Royal Islamic Strategic Studies Centre yang bermarkas di Yordania turut menyebut Baswedan sebagai '500 Muslim Paling Berpengaruh di dunia.
ADVERTISEMENT
Fakta-fakta itu saya sajikan bukan untuk memuji Anies setinggi langit. Fakta itu saya paparkan ulang agar kita yang berkumpul dan mengikrarkan diri berdiri di barisan Anies pada hari ini berangkat dari keyakinan yang sama. Keyakinan itu penting karena tugas kita memenangkan Anies pada Pemilu 2024 bukan perkara mudah. Dipastikan, jalan panjang perjuangan akan mendaki, berliku, penuh duri yang mengganggu.
Pasalnya, lawan politik Anies bukan hanya mereka yang menjadi kompetitor di perhelatan Pemilu 2024, tetapi juga oligarki. Oligarki ingin agar kandidat yang muncul adalah kawan-kawan mereka juga.
Aroma sinis terhadap Anies menyeruak dari berbagai ruang. Pergerakan upaya menjegal Gubernur DKI 2017-2022 ini untuk memimpin Indonesia terus dilakukan. Lawan politik Anies adalah oknum nakal yang coba memainkan instrumen kekuasaan dan mendesain intrumen hukum secara tidak fair. Tempo pernah mengabarkan dugaan pemaksaan kasus Formula E dari penyelidikan menjadi penyidikan di institusi Komisi Pemberantasan Korupsi.
ADVERTISEMENT
Lawan politik Anies juga adalah mereka yang menghendaki presiden tiga periode atau perpanjangan masa jabatan presiden yang jelas-jelas merupakan makar dan kudeta kostitusi. Lawan politik Anies adalah mereka yang tidak ingin Indonesia bangkit dan berubah menjadi lebih baik. Lawan politik Anies adalah mereka yang menginginkan rakyat tetap terbelakang secara sosial dan ekonomi. Lawan politik Anies adalah mereka yang melawan cita-cita republik.
Jadi, sekali lagi, perjalanan ini tidaklah mudah, namun harus kita perjuangkan demi harkat, martabat, dan masa depan bangsa yang lebih baik.
***Tamsil Linrung, Sambutan Launching BroNies - Posko Pilihan Rakyat