Konten dari Pengguna

Tradisi Suku Sasak Menjadi Atraksi Utama Desa Wisata Sasak Ende

Tanaya Kenyo
Mahasiswa S1 Pariwisata UGM 2023
5 Desember 2023 12:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tanaya Kenyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gapura Desa Wisata Sasak Ende. Gambar: Tanaya Kenyo
zoom-in-whitePerbesar
Gapura Desa Wisata Sasak Ende. Gambar: Tanaya Kenyo
Desa Wisata Sasak Ende adalah destinasi wisata yang dapat dijadikan edukasi budaya Suku Sasak yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Letak desa ini dekat dengan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, tepatnya di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, dan juga berada di tepi jalur Bandara Internasional Lombok. Karena letak desa ini yang berada di sebelah barat jalan bypass dan hanya berjarak sekitar 20 menit dari Sirkuit Mandalika, desa wisata ini masuk ke dalam list tujuh destinasi wisata di sekitar Mandalika yang harus dikunjungi (menurut Traveloka: 7 destinasi wisata di sekitas mandalika yang harus dikunjungi).
Gambar: Lombok Original Tour and Travel. [https://www.lombokoriginal.com/2021/04/10/desa-sasak-ende-lombok/]
Desa ini terdiri dari 29 rumah dan dihuni oleh 125 warga yang merupakan suku sasak asli, mereka memiliki atraksi wisata yang sangat menarik mencakup alam, budaya, dan hasil ciptaan manusia. Ketika masuk ke dalamnya, akan disambut dengan sekumpulan anak-anak suku Sasak yang tinggal di desa tersebut. Mereka mengucapkan salam dan bernyanyi selamat datang bersama-sama. Sambil berkeliling, wisatawan dijelaskan tentang budaya dan adat istiadat dari suku sasak sendiri. Pemandu dari desa ini menjelaskan dengan cara mudah sehingga para wisatawan dapat mudah mengerti mengenai kebudayaan mereka. Di awal tour ini kita dapat melihat beberapa wanita sedang menenun kain songket, bagi mereka keterampilan menenun adalah sebuah tradisi, bahkan beberapa wanita tidak diperbolehkan menikah jika belum bisa menenun.
ADVERTISEMENT
Rumah yang mereka tinggali hanya memiliki satu ruang tidur saja di dalamnya, dengan tinggi sekitar tiga sampai empat meter saja, memiliki dinding yang hanya dibuat menggunakan anyaman kayu dan tidak ada satupun jendela di rumah tersebut, pintu dari rumah adat mereka sangat rendah, dengan maksud agar setiap orang yang akan bertamu atau memasuki rumah mereka dapat menunduk, dalam artian yang dimaksud adalah menjunjung tinggi kesopanan dan kesantunan dalam bertamu, rumah yang mereka gunakan sebagai tempat tinggal bernama rumah Bale.
Gambar: Tribun Lombok. [https://lombok.tribunnews.com/2023/01/12/kenapa-lantai-rumah-adat-desa-ende-lombok-dilumuri-kotoran-sapi]
Hal yang paling menarik dari rumah Desa Sasak Ende ini adalah mereka menggunakan kotoran sapi untuk memoles lantainya menjadi lapisan paling atas, bagi mereka kotoran sapi ini dapat memperkuat lantai agar tidak mudah pecah ketika musim kemarau. Namun, rumah adat Sasak tidak menimbulkan bau tidak sedap yang menyengat ketika lumuran kotoran sapi sudah mengering.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan yang menarik dari suku di desa ini adalah budaya Merariq, yaitu dimana laki-laki harus menculik gadis sebelum melakukan pernikahan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesungguhan sang lelaki untuk menikahi gadis yang ia inginkan, Ketika sang lelaki telah berhasil menculik gadisnya, dilanjutkan dengan memberitahu kepada keluarga sang gadis bahwa sang lelaki sudah berhasil menculik anak gadisnya. Sang pemandu menceritakan tradisi ini pada saat para wisatawan berkeliling melihat sekeliling desa.
Selanjutnya ketika kita sudah sampai di daerah atas desa tersebut, terdapat sebuah lapang yang biasa digunakan untuk mempertunjukkan sebuah kesenian yaitu Tari Peresean, tari ini merupakan tradisi seni adu ketangkasan antar dua lelaki. Masing-masing petarung dibekali dengan sebuah rotan panjang dan tameng yang bernama ende dan juga seorang wasit. Cara bermainnya hanya pemain yang berhasil melukai lawannya akan menang, namun tidak boleh memukul bagian perut kebawah, permainan ini dilakukan sebanyak tiga ronde. Pada ronde kedua, pertunjukan bertarung ini dimainkan oleh tiga orang anak kecil dengan peran yang sama, mereka menunjukkan bahwa budaya yang mereka miliki akan terlestarikan dengan baik sebab anak-anak yang berada disana sudah diajari budaya dan adat istiadat mereka sedari kecil.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya dapat menyaksikan, para wisatawan juga dapat bermain simulasi pertarungan itu, para pemuda suku sasak akan mengajak tiga orang dari rombongan wisatawan untuk mencoba kesenian yang telah mereka lakukan sebelumnya. Dari sini kita dapat melihat interaksi yang baik antara penduduk di desa tersebut dengan wisatawan.
Rombongan wisatawan berfoto setelah menyaksikan Tari Peresean. Gambar: Tanaya Kenyo
Pada akhir perjalanan di desa ini pengunjung akan dibawa menuju sebuah rumah yang berisi pernak-pernik buatan warga desa, mulai dari kain songket yang ditenun, kerajinan tangan, hingga kopi beras sasak.
Berkunjung ke desa ini merupakan suatu keputusan yang sangat bagus, atraksi wisata yang banyak dan budaya yang ditawarkan, hingga keramahan dari warga yang berada di desa Sasak ende ini memenuhi ekspektasi wisatawan yang datang. Kebersihan adalah wajah dari desa ini, tidak adanya sampah berserakan dan penyediaan tempat sampah di beberapa tempat sudah cukup untuk wisatawan. Pelayanan yang warga lokal berikan kepada wisatawan sudah sangat bagus dengan statusnya yang masih dikelola secara swadaya. Pertunjukan kesenian yang mereka berikan membuat wisatawan menganggap mereka menghargai kebudayaan dan tradisi kesenian yang mereka miliki dan tidak hanya menjadikan kampung mereka sebagai objek foto.
ADVERTISEMENT