Dari Tan Malaka untuk Republik Indonesia

Tan Malaka
Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2017 16:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tan Malaka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Quote Tan Malaka (Foto: Canva)
zoom-in-whitePerbesar
Quote Tan Malaka (Foto: Canva)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengapa ia harus dikubur dalam memori dan dikutuksumpahi tanpa kita mengakrabkan diri dengan sejarah negeri sendiri? Mengapa kita tak hendak belajar lebih jauh? Mengapa kita seperti melupakan sosok Tan Malaka?
ADVERTISEMENT
Literatur sejarah di bangku sekolah mengenalkan kita terhadap dua proklamator bangsa, yaitu Ir. Sukarno dan Mohammad Hatta, sebagai pionir gagasan Indonesia Merdeka. Namun, nama Tan Malaka, yang lahir dengan nama asli Sutan Ibrahim, luput dari teks sejarah pendidikan tingkat dasar hingga tingkat menengah atas.
Padahal, berbicara gagasan Indonesia, tulisan Moh. Hatta “Indonesia Merdeka” ditulis pada tahun 1928, serta tulisan Soekarno “Indonesia Menggugat” ditulis pada tahun 1933. Yang masyarakat belum tahu, Tan Malaka telah lebih dahulu menulis buku “Menuju Republik Indonesia” pada tahun 1925, tiga atau delapan tahun sebelum duo proklamator menuangkan pemikirannya tentang Indonesia.
Saat kedua besar tokoh sejarah itu sibuk memikirkan persatuan, buku Tan Malaka ini telah berisi pemikirannya tentang bentuk Republik Indonesia pasca Hindia-Belanda kelak.
ADVERTISEMENT
Ya, dua puluh tahun sebelum Indonesia diproklamasikan, kemerdekaan itu telah tergambar di kepalanya.
Tan Malaka bertarung sendirian untuk memerdekakan Indonesia, dari mulai menulis banyak buku, membentuk kesatuan aksi massa, mengajar rakyat marjinal, lantang bersuara di atas mimbar kongres internasional, bertempur senjata langsung dengan Belanda, hingga ia harus mencecap jeruji besi berkali-kali, diburu oleh interpol, dan dikejar-kejar polisi internasional.
Tan Malaka Muda (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Tan Malaka Muda (Foto: Istimewa)
Bergabung dengan partai berhaluan kiri membuat Tan Malaka begitu dekat dengan para buruh. Perjuangan Tan Malaka pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP, dan aksi-aksi pemogokan, disertai berlembar pamflet sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
ADVERTISEMENT
Sepanjang hidupnya, ia berhasil menelurkan 28 buku (Madilog, Gerpolek, Dari Pendjara ke Pendajara, Massa Actie), yang isinya antara lain adalah untuk mengubah pola berpikir masyarakat Indonesia, menghancurkan ketidakadilan, dan melawan opresi dari para pemilik modal yang sewenang-wenang. Namun, jasanya terhadap Indonesia harus dibayar dengan peluru tentara reppublik Indonesia, 21 Februari 1949.
Tan Malaka boleh tewas dengan sembrono di tangan aparat, tetapi haruskah masyarakat Indonesia dengan sembrono menggebuk paksa sosoknya dalam noktah sejarah?