Konten dari Pengguna

Perilaku Menyimpang Remaja dan Kebutuhan Dasar Manusia

Tantan Hadian
Praktiisi Pendidikan, Alumnus S3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung, Tinggal di Kota Moci
9 Maret 2023 11:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tantan Hadian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi Tawuran (Foto: antara, kumparan.com)
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi Tawuran (Foto: antara, kumparan.com)
ADVERTISEMENT
Kejadian-kejadian tiap hari terjadi di sekitar kita yang dilakukan oleh remaja usia sekolah SLTP dan SLTA sering meresahkan warga, guru di sekolah dan sudah pasti orang tuanya di rumah. Kejadian tawuran antar anak sekolah, geng motor, pemakaian narkoba, bullying, dan banyak lagi penyimpangan perilaku yang dilakukan anak-anak remaja perlu mendapat perhatian dan kajian.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini terjadi pembunuhan anak Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sukabumi yang dilakukan oleh 3 orang anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan menggunakan celurit. Pelaku tersebut dengan sengaja bergerombol mencari siapa saja yang akan jadi korban, dan kebetulan terdapat sekelompok anak SD yang akan pulang ke rumah, dan saat itulah kejadian yang mengenaskan tersebut terjadi.
Kejadian lain yang masih viral sampai hari ini adalah kasus penganiayaan David siswa SMA oleh Mario Dandy “sang jagoan” yang menyebabkan ia, dan bapaknya harus berurusan dengan hukum, serta mengakibatkan para pejabat pajak dibuatnya ketar-ketir dengan diauditnya kekayaan mereka yang tergolong “aneh” dan sengaja dipamerkan kepada khalayak ramai.
Ilustrasi tawuran. Foto: Akhmad Dody Firmansyah/Shutterstock
Dua kejadian itu terjadi pada remaja, di mana masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa yang ditandai dengan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. Pada masa transisi ini sering terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku yang bersifat mengganggu, dan melanggar norma-norma atau etika yang berlaku.
ADVERTISEMENT
Tindakan-tindakan seperti berbicara kasar, membolos dari sekolah, tidak mau ikut peraturan sekolah, dan melawan pada guru dan orang tua sudah menjadi pemandangan biasa terjadi pada tingkah laku para remaja kita.
Namun hal ini kalau dibiarkan dan hati nurani anak tersebut tidak tersentuh akan berakibat pada perilaku-perilaku kriminal seperti memukul orang, melakukan pemalakan/perampokan, penganiayaan/pembunuhan, pemakai dan pengedar obat-obatan serta perilaku-perilaku menyimpang lainnya.
Ketimpangan sosial di lingkungan sekitar dapat memicu tindakan-tindakan penyimpangan di atas, apalagi jika remaja kita kurang pembinaan pendidikan keagamaan, baik oleh orang tua, sekolah maupun lingkungan sekitarnya.
Ilustrasi tawuran. Foto: Akhmad Dody Firmansyah/Shutterstock
Ketimpangan-ketimpangan yang dimaksud adalah ketimpangan yang terjadi di keluarga, di sekolah dan di masyarakat. Ketimpangan di keluarga terjadi kalau terbentuknya ketidakharmonisan di keluarga, anak sering di beda-bedakan perlakuannya atau dibanding-bandingkan dengan kakak, adik, atau temannya dan orang tua yang tidak memberikan contoh yang baik bagi anaknya.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan di sekolah terjadi atas perlakuan teman dan guru di sekolah, bagaimana guru dan temannya membedakan seorang yang kaya dan miskin, dan yang pintar atau bodoh, atau tidak peduli dengan keadaan yang terjadi pada dirinya.
Di masyarakat ketimpangan sosial terjadi si kaya makin kaya dan si miskin semakin miskin, yang kaya sering angkuh dan sengaja pamer hartanya, dan simiskin tidak tau diri dan iri serta ingin mengikuti gaya si kaya, walaupun pada akhirnya tidak kesampaian juga. Jurang pemisah ini semakin kentara, dan akhirnya menjadi bibit dari penyimpangan bagi perilaku-perilaku remaja.
Perilaku penyimpangan remaja tersebut adalah sebagai salah satu bentuk penyimpangan negatif yang harus disikapi oleh orang dewasa, baik di rumah, di sekolah ataupun di masyarakat. Pemenuhan kebutuhan dasar mereka merasa tidak terpenuhi, dan terus akan merasa tidak terpenuhi walaupun sudah pada puncak kebutuhan tertinggi yang oleh Maslow disebut dengan aktualisasi diri.
Ilustrasi perkelahian pelajar. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Menurut Maslow dengan teori hierarki kebutuhannya membagi tahapan-tahapan kebutuhan dasar manusia menjadi 5 tahap kebutuhan yaitu fisiologis, keamanan dan kasih sayang, sosial dan afiliasi, serta harga diri dan aktualisasi diri.
ADVERTISEMENT

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan tingkat pertama, terdiri atas makan, minum, pernapasan, tidur, seks dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan Keamanan

Kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan tingkat kedua yang harus dipenuhi setelah kebutuhan tingkat pertama dipenuhi dan dipuaskan. Kebutuhan akan keamanan ini meliputi kestabilan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut dan ancaman.

3. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan tingkat ketiga yaitu meliputi kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, pada saat ini individu akan merasa sangat kesepian dan terisolasi dari pergaulan dan membutuhkan teman dan perhatian dari seseorang.

4. Kebutuhan Harga Diri

Kebutuhan harga diri ini merupakan kebutuhan tahap ke-empat yang meliputi kebutuhan terhadap kekuasaan, berprestasi, pemenuhan diri, kekuatan, dan kemampuan untuk memberi keyakinan, dan kehidupan serta kebebasan. Selain itu juga pada tahap kebutuhan ke-empat ini adalah kebutuhan yang berkaitan dengan nama baik, status, keberhasilan, pengakuan, perhatian, dan penghargaan.
ADVERTISEMENT

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri ini merupakan kebutuhan tingkat kelima yang merupakan kebutuhan manusia paling tinggi. Masing-masing individu ingin mewujudkan diri sebagai seorang yang mempunyai kemampuan yang unik. Kebutuhan ini ada hanya setelah empat kebutuhan sebelumnya dicapai secara memuaskan.
Si miskin yang miskin dengan ajaran agama akan berusaha melampaui kebutuhan fisiologisnya dengan cara apa pun, meminta dan merengek pada orang tuanya, mungkin ia mencuri, meminta paksa sama temannya atau bahkan bisa diperalat oleh orang dewasa untuk melakukan jual beli obat terlarang.
Ilustrasi perkelahian pelajar. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Contoh kasus pembunuhan anak SD oleh anak SMP di Sukabumi bisa dijadikan peringatan keras bagi kita untuk melihat kasus ini secara utuh, apa motif mereka melakukan hal keji tersebut, padahal mereka tidak kenal dengan korban.
ADVERTISEMENT
Banyak kasus yang terjadi karena pemilihan ketua dari suatu geng/kelompok, seseorang yang akan dijadikan ketua harus berani untuk membacok siapa saja, atau kalau di sekolah harus berani melawan guru,berani dikeluarkan dari sekolah atau harus berani memalak dan memukul temannya di sekolahnya.
Hal tersebut bukan hanya kebutuhan fisiologis lagi tapi sudah merambah pada kebutuhan lain, bisa saja dia diancam oleh kelompoknya untuk berbuat aniaya pada orang lain, sehingga ia dalam keadaan tertekan dan keamanannya terancam oleh kelompoknya.
Atau hal itu terjadi juga karena kebutuhan sosial, ia tidak punya teman di sekolahnya, dan bergabung dengan kelompok yang membawanya berkarakter tidak baik, atau kebutuhan pengakuan bahwa dirinya berani dan layak untuk dijadikan ketua geng versi kelompoknya, atau itu mungkin menjadi ajang aktualisasi dirinya yang salah kaprah.
Penampilan tersangka Mario Dandy, anak pejabat DJP Kemenkeu, yang menganiaya korban pria berinisial D (17) di kawasan Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta, Rabu (22/2/2023). Foto: Luthfia Miranda Putri/Antara
Berbeda dengan kasus Mario Dandy, ia sudah melampaui kebutuhan fisiologisnya, kebutuhan keamanannya, sosialnya, namun dia butuh pengakuan diri dari yang lain sehingga sering pamer harta bapaknya, memperlihatkan pada pacarnya bahwa ia bisa berbuat sekehendak hatinya untuk menganiaya orang yang menurutnya akan merebut pacarnya.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya tidak ada si kaya dan tidak ada si miskin, dalam ajang pencarian jati diri pada masa remaja ini. Yang paling utama adalah pendidikan keluarga dengan ajaran agama yang kuat, bekerja sama dengan sekolah untuk mendidik karakter anak supaya muncul karakter baik dan membudaya dalam kehidupan sehari-harinya baik di rumah, di sekolah dan di masyarakat.