Konten dari Pengguna

Sabar Merupakan Ilmu Tertinggi, Belum Tentu Semua Orang Bisa

Tantan Hadian
Praktiisi Pendidikan, Alumnus S3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung, Tinggal di Kota Moci
19 September 2022 11:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tantan Hadian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Kesalahan Mendidik Anak di Rumah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Kesalahan Mendidik Anak di Rumah
ADVERTISEMENT
Rasa kesal, banyak dirasakan oleh orang tua dalam mendidik anak-anak di rumah. Pendidikan di rumah sebenarnya pendidikan yang paling efektif, jika dibandingkan dengan pendidikan di luar.
ADVERTISEMENT
Namun, karena ketidakmampuan orang tua dalam strategi mendidik anak-anaknya, orang tua tidak sabar dalam mendidik anak-anak mereka. Aksi kekerasan orang tua terhadap anaknya, baik verbal maupun non verbal sering terjadi.
Kekerasan dalam mendidik anak bukan hanya di rumah saja, namun juga sering terjadi di sekolah, di pesantren dan tempat-tempat pendidikan lainnya. Sebagaimana sering kita dengar akhir-akhir ini, kekerasan sangat banyak diberitakan, baik dalam media televisi, maupun media-media lainnya.
Tujuan pendidikan yang sesungguhnya akhirnya menjadi terabaikan, terpasung oleh karakter-karakter pendidik yang minim terhadap ilmu pedagogi. Minimnya ilmu pedagogi inilah yang merupakan salah satu penyebab dari terjadinya kekerasan dalam pendidikan.
Gunakanlah alat potong yang sesuai untuk memotong suatu bahan. Janganlah gunakan pisau buah untuk memotong sebongkah kayu, namun gunakanlah gergaji untuk memotongnya! Kepiawaian kita dalam memilih dan menggunakan alat potong sangat diperlukan, sehingga tujuan kita memotong tersebut akan efektif dan efisien.
ADVERTISEMENT
Begitulah kita dalam mendidik anak-anak kita, baik kita sebagai orang tua dirumah atau berprofesi sebagai seorang guru. Anak-anak kita memang sangat unik, mereka tidak bisa diperlakukan dengan sama dalam mendidiknya.
Output dari pendidikan kita saat ini dapat kita rasakan dan saksikan bersama. Namun, diakui atau tidak, itulah produk pendidikan kita masa lampau, baik pendidikan di keluarga maupun pendidikan formal di sekolah. Maraknya kasus-kasus yang tidak terpuji menggambarkan gagalnya pendidikan yang sudah dilakukan.
Kasus yang masih hangat terjadi adalah kasus salah satu oknum ASN di Sinjai yang menendang motor seorang pengendara motor wanita sampai terjatuh, karena hanya alasan yang klasik di jalan. Sikap tersebut merupakan sikap yang memalukan bagi seorang pejabat, dan penulis yakin oknum PNS tersebut tidak mampu mengendalikan dirinya ketika ada yang sesuatu yang yang tidak sesuai dengan kehendak hatinya.
ADVERTISEMENT
Kasus lain, masih kasus pemukulan dan pencekikan seorang perempuan di SPBU oleh oknum anggota DPRD Palembang. Sikap arogansi oknum wakil rakyat yang terhormat tersebut berakhir pada jatuhnya kehormatan yang bersangkutan di mata masyarakat.
Sikap marah adalah sikap yang ditunjukkan oleh seseorang karena ketidakmampuannya mengendalikan diri dari suatu keadaan. Pengendalian diri terhadap rasa marah merupakan ilmu tertinggi, yang harus kita ajarkan kepada anak-anak generasi setelah kita.
Siapapun kita, orang tua, anak, guru, pegawai, pimpinan, masyarakat biasa, dituntut untuk bertindak dengan nalar yang jernih dan sikap sabar. Tanpa bernalar yang jernih dan bersikap sabar maka semua tindakan kita akan berujung pada sebuah penyesalan dan malapetaka.
Kasus Sambo, mengingatkan kita pada suatu pepatah orang sunda, “kabeureuyanmah moal ku tulang munding anu gede, tapi kabeureuyanmah ku cucuk peda anu leutik”, (Celaka itu bukan oleh hal yang besar, tapi bisa jadi oleh masalah yang kecil). Rasa marah, emosi tidak terkendali dan menganggap enteng permasalahan, maka keluarga idaman, karir yang ditata dari awal, harta yang sudah dikumpulkan, martabat, menjadi lenyap begitu saja.
ADVERTISEMENT
Kasus demi kasus seperti yang dicontohkan di atas adalah sebagai pelajaran bagi kita, bahwa sikap arogansi kemarahan akan berakhir pada kehinaan, siapapun itu.
Dalam Alqur’an Allah SWT menyebut lebih dari 70 kali kata sabar. Salah satunya tercantum dalam QS Albaqarah ayat 153, Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat, Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” Dalam ayat tersebut sangat jelas, kita dituntut untuk bersikap sabar karena pertolongan Allah akan bersama orang-orang yang sabar.
Begitupun dalam hadits nabi yang diriwayat oleh Imam Bukhori, "Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran."
ADVERTISEMENT
Penulis menyebutkan bahwa sabar adalah ilmu tertinggi dari semua puncak ilmu yang ada. Sabar selalu diiringi oleh nalar yang waras, sabar selalu diiringi oleh ketenangan, sabar menyatukan manusia dengan sang kholiknya. Jika kita bersama sang kholik, maka kemenangan itu akan berada pada diri kita.
Sabar menjadi pengendali dari semua strategi yang akan kita jalankan. Tanpa sabar semua strategi yang akan dijalankan akan kacau balau dan berantakan. Sehebat apapun strategi, tanpa sabar sebagai pengendali, tidak akan berjalan dengan baik.
Percuma orang berilmu tapi emosian, percuma orang punya jabatan tinggi kalau kerjaannya marah-marah, percuma orang sudah berumur kalau ketenangan tidak ada pada dirinya. Maka yang terjadi hanyalah tinggal kenistaan, kehinaan dan kecelakaan yang akan menimpa pada dirinya. Sikap tidak sabaran tidak membuat orang menjadi terhormat, namun bahkan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, kesabaran tetap harus berada pada jalurnya. Jangan sampai kita menyalahartikan kesabaran. Kesabaran diartikan ketahanan, seorang yang sabar akan tahan terhadap godaan dan cobaan, akan tahan terhadap tantangan dan rintangan, tidak mengeluh dan selalu semangat menghadapi masa depan.
Orang yang sabar akan tenang menghadapi semua keadaan, memiliki strategi yang matang, dan memiliki ketahanmalangan yang tinggi.
Semoga kita digolongkan pada orang-orang yang selalu menjaga kesabarannya, aamiin.