Konten dari Pengguna

Gadget, Gaya Hidup, dan Kecemasan: Potret Sehari-hari Gen Z

Taqiyya Najma Zhafira
Mahasiswa Universitas Jember Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan prodi PG Paud
7 Mei 2025 13:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taqiyya Najma Zhafira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gadget kini bukan sekadar alat komunikasi bagi Gen Z generasi yang lahir di antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an melainkan bagian dari identitas mereka. Dari pagi buta hingga larut malam, handphone, laptop, hingga tablet menemani hampir semua aktivitas, mulai dari belajar, bekerja, bersosialisasi, hingga mencari hiburan. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter menjadi "ruang kedua" tempat mereka membentuk personal, berinteraksi, bahkan membangun karier.
dokumentasi pribadi 7 mei 2025
zoom-in-whitePerbesar
dokumentasi pribadi 7 mei 2025
Namun, ketergantungan ini membawa sisi lain yang tidak kalah besar, meningkatnya rasa cemas, tekanan sosial, dan perasaan terasing. Banyak Gen Z yang mengaku merasa ''lelah sosial'' akibat harus terus tampil sempurna di dunia maya. Belum lagi kecepatan informasi dan arus tren yang terus berubah, membuat mereka merasa harus selalu mengejar agar tidak tertinggal. Ironisnya, di tengah konektivitas yang tinggi, perasaan kesepian justru semakin menguat.
ADVERTISEMENT
Tekanan sosial yang nyata bagi banyak Gen Z, hidup di era digital berarti selalu berada di bawah sorotan. Setiap unggahan, komentar, hingga story yang dibagikan di media sosial seolah menjadi cermin yang harus diperoleh sedemikian rupa. Standar kecantikan, gaya hidup mewah, hingga pencapaian karier yang viral di media sosial menciptakan ekspektasi tidak realistis. Hal ini sering kali memicu rasa tidak percaya diri, perbandingan sosial, bahkan perasaan gagal meskipun kenyataannya tidak demikian.
Gadget dan media sosial memang membuka banyak peluang bagi Gen Z, mulai dari konektivitas tanpa batas hingga inovasi kreatif. Namun, di balik semua itu, penting untuk disadari bahwa menjaga kesehatan mental juga harus menjadi prioritas. Di era serba cepat ini, jeda sejenak dari layar bukan hanya pilihan, tetapi kebutuhan. Karena pada akhirnya, dunia nyata dengan segala keindahan dan tantangannya tetaplah tempat di mana kita benar-benar hidup.
ADVERTISEMENT