Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Istilah “Goblok” untuk Apa atau Bagaimana?
11 Desember 2024 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Tardi Setiabudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belum lama tiba-tiba viral kata “goblok” di media sosial dan lainnya. Padahal kita sering kali mendengar kata istilah "goblok", yang biasa diungkapkan dari seseorang kepada orang lain. Entah itu sebagai bentuk ejekan, kejengkelan, ataukah humor. Kata-kata itu begitu dekat dengan kita, padahal sebetulnya memiliki konotasi yang negatif walaupun sudah menjadi bagian tutur Bahasa di masyarakat. Namun, apa sebenarnya maknanya kata "goblok" di mata masyarakat? Apakah sekadar umpatan, ataukah cerminan dari sebuah sosial yang lebih dalam?
ADVERTISEMENT
Di balik kata "goblok" telah tersembunyi pandangan yang kompleks seperti tentang kecerdasan, kurang pintar, dan keputusan. Biasanya seseorang sering kali gagal memilih kata dan mengambil sebuah keputusan yang bijak secara tidak sadar, sehingga terjadi perilaku menghakimi dan tidak adil.
Misalnya, seseorang yang telah gagal dalam memahami sesuatu sering dicap "goblok" tanpa memahami faktor-faktor apa saja di balik ketidapahamannya itu: Padahal, mungkin kurangnya dukungan dari seseorang atau sedang menghadapi masalah pribadi. Umpatan ini telah mencerminkan betapa lemahnya empati sosial dalam memahami kompleksitas manusia.
Penggunaan kata "goblok" bisa bermaksud untuk pengendali kontrol sosial dalam konteks tertentu. Seseorang menggunakan kata itu dengan tujuan untuk menegur seseorang sebagai upaya tidak melenceng dari norma-norma yang ada. Namun, meski tujuannya baik sering kali efeknya menjadi berbalik. Alih-alih mendorong perubahan yang positif, justru malah melemahkan rasa percaya diri seseorang.
ADVERTISEMENT
Di forum diskusi misalnya, seseorang dicap "goblok" oleh temannya sendiri bisa merasakan dampak psikologis yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Sebuah kata yang mungkin terdengar sepele tetapi bisa merusak rasa percaya diri dan merintangi potensinya untuk berkembang.
Di ranah publik, kata "goblok" juga kerap digunakan untuk menggambarkan kebijakan atau tindakan pemerintah yang dianggap bodoh atau tidak logis. Ketika rakyat merasa tak didengarkan atau diberatkan dengan keputusan yang tak masuk akal, ini dijadikan salah satu cara untuk mengungkapkan kekecewaan. Kritik yang tajam dan disertai argumen rasional jelas lebih kuat daripada hanya melontarkan kata-kata kasar. Tetapi, ketika "goblok" digunakan tanpa dasar yang jelas, itu bukan lagi kritik yang membangun, melainkan sekadar serangan verbal yang merusak wibawa diskursus publik.
ADVERTISEMENT
Daripada terbiasa dengan kebiasaan mengatai seseorang atau kebijakan dengan kata "goblok", lebih baik terus mencoba bijak dalam menilai. Selain itu, berusaha lebih memahami, bukan sekadar menghakimi. Kritik yang disampaikan dengan data dan perspektif lebih luas jauh lebih bernilai daripada tanpa dasar.
Selain itu, penting juga untuk menyadari bahwa kecerdasan bukan satu-satunya ukuran nilai seseorang. Di luar IQ, ada banyak bentuk kecerdasan lain yang tidak kalah penting: kreativitas, empati, dan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi tantangan hidup.
Mungkin kata "goblok" tidak akan hilang begitu saja dari percakapan kita. Namun, alangkah baiknya jika diganti menggunakan kata lebih bijaksana supaya tidak menjadi alat untuk merendahkan orang lain.