Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Tidak Efektif Sanksi Protokol Kesehatan
3 Agustus 2021 9:44 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Tardi Setiabudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita tahu salah satu Protokol Kesehatan yang diwajibkan Pemerintah di masa Pandemi adalah menggunakan masker. Namun sebelumnya, pakar kesehatan sempat membuat “bingung” masyarakat yang dalam pernyataannya di salah satu televisi. "Menggunakan masker di masa Pandemi hanya untuk orang yang terkena COVID-19 saja, tidak harus bagi orang yang sehat, seperti itulah kira-kira.
ADVERTISEMENT
***
Setiap kali saya pergi ke luar daerah, sering melihat razia Protokol kesehatan yang dilakukan oleh satgas COVID-19. Semua kendaraan-diberhentikan oleh petugas pada saat melewati jalur tersebut, untuk memastikan menggunakan Protokol Kesehatan.
Apanya yang dirazia pada saat itu? Adalah penggunaan maskernya, tanpa melihat merek apa dan kualitas yang direkomendasi oleh pemegang otoritas, yang terpenting sudah mematuhinya. Beruntungnya razia tersebut tidak termasuk dengan mencuci tangan. Kalau itu dilakukan bisa repot.
Betapa pentingnya menggunakan masker di saat Pandemi, yaitu untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. Bila itu selalu dilakukan secara konsisten oleh masyarakat, berarti kita sedang melawan COVID-19 agar lenyap dari muka bumi ini. Oleh sebab itu, ke mana pun dan di mana pun kita, dalam suasana seperti ini jangan menyepelekan penggunaan masker yang dianjurkan oleh Pemerintah.
Beberapa waktu yang lalu, saya melihat sebuah video di grup WhatsApp yang disebarkan oleh teman. Dalam video tersebut, ada beberapa orang yang tertangkap oleh petugas karena tidak menggunakan masker dan diberi sanksi. Sanksinya adalah membersihkan pinggir jalan dan yang lain-lain. Saya kira bagus, merupakan satu bentuk edukasi yang serius bagi masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Saya melihat, pelanggar tersebut patuh sekali ketika diberikan sanksi oleh petugas, mungkin sedikit galak dan tegas. Pelanggar Protokol Kesehatan pun kepalanya sedikit menunduk ke bawah saat diberikan ketegasan lisan oleh petugas. Seperti anak sekolah diberi hukuman oleh gurunya, karena kesiangan atau sudah bertengkar dengan temannya. Kalau di zaman saya.
Sedikit cerita, ketika saya sedang asyik ngobrol dengan teman-teman di gang kampung, tiba-tiba ada seorang datang seperti petugas pencegahan COVID-19, kami pun cepat menggunakan masker. Sialnya, salah satu teman saya tidak membawa masker, muncullah kepanikan. Beruntungnya ada masker bekas seseorang langsung dipakai.
Memang konyol apa yang dilakukan oleh salah satu teman saya. Memaksakan kehendaknya demi menghindari sanksi dari petugas. Memang semua merasa nyaman tidak menggunakan masker daripada menggunakan terasa ringan dibawa berbincang-bincang. Tetapi salah tetap salah artinya sudah melanggar, dan padahal masker bekas mungkin sangat berisiko dari pada kena sanksi.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, apakah sanksi Protokol Kesehatan efektif?
Pandangan saya tidak. Sanksi yang diberikan oleh petugas kepada masyarakat yang melanggar tidak berdampak efek jera. Kesadaran dan kepatuhannya hanya digunakan pada saat ada razia dan bepergian saja. Pada akhirnya, di luar itu masker dilipat dan dimasukkan ke kantong baju atau ke celana.
Yang lebih konyol lagi, sanksi Protokol Kesehatan seperti hiburan masyarakat yang melihatnya. Misalnya, orang yang diberi sanksi oleh petugas diam-diam direkam dalam bentuk video oleh seseorang yang melihatnya. Karena informasi dan teknologi sangat cepat, tersebarlah ke media sosial. Apa komentarnya “lucu-lucu ya sanksinya”. Entahlah apakah petugas sudah kebingungan menerapkan bentuk sanksi, ataukah ragu-ragu menerapkan lebih dari itu.
Ada salah satu teman saya sikapnya sedikit masa bodo, tapi sebenarnya patuh Protokol Kesehatan. “Lah lihat tuh, penonton sepak bola euro 2020 yang baru selesai tayang di televisi. Ribuan orang berkerumun tanpa menggunakan masker.Yang lebih parahnya lagi malah berpeluk-pelukan, kita ini seperti orang-orang yang dibodohi oleh isu-isu corona”. Kira-kira seperti itulah dia mengatakan.
ADVERTISEMENT
Dengan sekejap, saya tidak bisa berkata apa-apa, memang tidak salah yang dilihat teman saya. Ada keanehan dalam menyikapi COVID-19 yang sudah men-teror semua Negara. Dalam sepak bola euro kemarin, banyak penonton tidak menggunakan Protokol Kesehatan.
Sudah Jelas, WHO menganjurkan semua Negara masyarakatnya harus menggunakan Protokol Kesehatan, salah satunya menggunakan masker. Tetapi apa yang diperlihatkan euro agak aneh. Sehingga menimbulkan kesan, bahwa orang luar Negeri sudah tidak percaya lagi dengan COVID-19, walaupun penontonnya sudah di swab atau antigen.
Dari kasus-kasus yang sering saya jumpai, masyarakat masih banyak rendah kesadaran dalam menggunakan masker. Entahlah, apakah sudah jenuh dengan Pandemi yang terlalu lama, ataukah ada alasan-alasan yang lain.
***
Dengan kondisi saat ini, Pemerintah harus lebih berinovasi memberikan sanksi-sanksi yang berbentuk efek “jera”. Kalau sanksi hanya menjadi hiburan masyarakat di media sosial, sama halnya memproduksi sebuah konten lelucon. Apalagi di zaman sekarang, sudah banyak aplikasi yang bisa memodifikasi video menjadi aneh-aneh walaupun tidak semua, namun faktanya begitu.
ADVERTISEMENT
Saya sering melihat video pendek di media sosial, saat para pejabat Negara sedang berpidato atau memberikan informasi kepada publik. Apa yang terjadi! Video tersebut banyak yang sudah tidak utuh lagi, yang dimodifikasi sedikit nyeleneh, agar orang yang melihatnya bisa tertawa dan berkomentar. Ini sudah fakta, fokusnya sudah berbeda dan keluar jalur-jalur informasi.
Saya menulis ini memang tidak menyodorkan solusi kepada pemegang otoritas. Setidaknya saya berusaha menyodorkan hal-hal yang sudah terlihat di lapangan saat ini. Yaitu perihal sanksi-sanksi yang tidak efektif.