Konten dari Pengguna

Tulisan sebagai Sarana Dakwah dan Penyembuh

Tardi Setiabudi
Tardi Setiabudi Dosen Universitas Setia Budhi Rangkasbitung
15 Februari 2022 13:39 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tardi Setiabudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pribadi (Foto: Tardi Setiabudi)
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pribadi (Foto: Tardi Setiabudi)
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang penulis yang produktif merupakan salah satu impian seseorang, selain menghasilkan karya yang bisa dibaca banyak orang, juga dapat menghasilkan uang. Namun tentu saja tulisan yang dihasilkan haruslah tulisan yang baik supaya bermanfaat bagi banyak orang, bukan tulisan yang akan berdampak negatif terhadap para pembaca di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Namun seperti apakah tulisan yang baik itu? bisa dimulai dengan tulisan yang berkarakter motivasi, perjalanan, fenomena, pengalaman sendiri, dan banyak lagi. Semua itu bisa menjadi cerita yang menarik ketika orang membacanya, kalau seorang penulis mampu merangkai sesuai selera pembaca.
Dengan demikian, pembaca pun semakin penasaran dari isi dan akan terus berlanjut untuk menyelesaikan bacaannya sampai akhir. Berbeda kalau bacaan yang kurang menarik, terkadang hanya dibaca setengah dan langsung ditutup karena adanya rasa jenuh. Memang perlu usaha dan proses yang panjang dalam menguasai cara menulis sesuai selera pembaca yang berbeda-beda.
Perlu diketahui bersama, bahwa tulisan yang dibuat dan dipublikasikan oleh seseorang baik di media online, dan cetak merupakan salah satu sarana dakwah bagi para pembaca secara umum.
ADVERTISEMENT
Sarana dakwah bukan saja berupa ceramah yang biasa didengar langsung oleh kita, baik di televisi atau di tempat umum. Yang jadi pertanyaan siapakah penulis itu?
Tentu saja ketika orang menulis apa pun jenisnya, baik pendek atau panjang dan dibaca oleh masyarakat luas ia adalah sebagai penulis tanpa dibedakan status atau legalitasnya.
Mari kita telaah sedikit. Banyak orang yang membuat buku, ada yang berupa fiksi dan non fiksi. Buku fiksi, biasanya seperti cerita atau karangan yang tidak nyata tapi bisa membuat pembaca tersentuh hatinya ketika membacanya. Sedangkan buku non fiksi, buku yang isinya hasil penelitian, novel cerita nyata, fenomenologi yang menggambarkan sesuai fakta atau tidak mengarang cerita.
Ilustrasi menulis surat. Foto: Shutter Stock
Bila buku tersebut sudah tersebar luas ke berbagai daerah, bahkan ke luar daerah tentu saja banyak yang membaca bukan satu atau dua orang, bahkan puluhan, ratusan, dan ribuan orang.
ADVERTISEMENT
Misal, yang tersebar adalah buku berkarakter memotivasi orang lain dalam kebaikan. Maka secara tidak langsung bahwa buku yang dibuat penulis adalah bagian dari dakwah bagi pembaca dalam membantu orang-orang yang sedang mempunyai masalah dan yang lainnya.
Tidak sedikit para pendakwah di tempat umum atau guru yang mengajar di sekolah tidak lepas menggunakan materi yang bersumber dari buku atau media elektronik yang pernah dibacanya.
Mereka meyakini bahwa sumber yang diambil baik untuk dijadikan edukasi dan sebagainya. Dan tentu saja buku-buku atau tulisannya lainnya yang dibuat penulis sudah banyak membantu dalam menyebarkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain serta masyarakat luas.
Ada yang menarik dari buku yang saya baca, yaitu buku karangan dari Cahyadi Takariawan yang berjudul “Menulis Dengan Hati”. Saya menganggap buku tersebut sebagai bagian dari dakwah untuk memotivasi pembaca bagaimana seseorang dapat keluar dari masalah atau juga menyembuhkan dari depresi dengan cara menulis.
ADVERTISEMENT
Bila seseorang tengah mengalami depresi, bisakah sembuh dengan menulis? Joanne Kathleen Rowling berpendapat sangat mungkin, dan ia telah membuktikannya. Setelah menjalani kehidupan pernikahan yang tidak membahagiakan ia memilih untuk berpisah dari suaminya.
Ia harus memulai hidup baru tanpa suami dengan seorang anak berusia dua tahun, dan tidak memiliki pekerjaan. Ia juga tidak memiliki kedekatan dengan ayah, sedangkan sang ibu sudah meninggal dunia. Akhirnya Joanne memilih mengisolasi diri di sebuah flat kecil dan menulis tentang pengalaman hidupnya. Kini JK. Rowling bukan saja sembuh, namun menjadi penulis terkaya di dunia.
Ilustrasi menulis surat. Foto: Shutter Stock
Selain itu ada juga tokoh nasional Indonesia yang terkenal dan tentu semua orang tahu yaitu Prof. Habibie. Pada saat itu, Prof. Habibie tidak berkenan untuk dirawat di rumah sakit, beliau diminta untuk menuliskan semua hal yang dirasakan tentang Ainun, istri tercinta.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, Habibie sempat mengalami depresi saat sang istri tercinta meninggal dunia. Ternyata dengan menuliskan segala sesuatu tentang Ainun, Pak Habibie menjadi sembuh, segar dan bugar kembali.
Menulis adalah katarsis, yang bisa melepaskan ketegangan jiwa. Dengan menulis, emosi yang terhambat bisa muncul ke permukaan. Seseorang bisa melupakan ledakan emosi dengan cara yang positif serta konstruktif lewat tulisan. Sudah banyak hasil studi menunjukkan sisi terapi dari aktivitas menulis bahkan dengan sengaja dibuat program terapi menulis.
Hasil studi dari Karen Baikie, seorang clinicial psychologist dari University of New South Wales dan hasil studi peneliti dari Universitas Texas, James Pennbaker menunjukkan bahwa di antara manfaat menulis adalah bagian dari terapi kejiwaan.
Menurut Karen Baikie, menulis tidak ada batasan usia, menuliskan peristiwa-peristiwa traumatis, penuh tekanan, serta peristiwa yang penuh emosi bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental.
ADVERTISEMENT
Dalam studinya, Baikie meminta partisipan menulis tiga sampai lima peristiwa yang penuh tekanan selama 15-20 menit. Hasi studi menunjukkan, mereka yang menuliskan hal tersebut mengalami perbaikan kesehatan fisik dan mental secara signifikan.
Menurut Baikie, dalam jangka panjang terapi menulis bisa mengurangi kadar stress, meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, memperbaiki fungsi paru-paru, fungsi lever, mempersingkat waktu perawatan di rumah sakit, meningkatkan mood, serta mengurangi gejala-gejala trauma.
Menurut peneliti dari Universitas Texas, James Pannebaker, bisa memperkuat sel-sel kekebalan tubuh yang dikenal dengan T-lybphocytes. Pannebeker meyakini, menuliskan peristiwa-peristiwa yang penuh tekanan akan membantu Anda memahaminya. Dengan begitu akan membantu mengurangi dampak penyebab stres terhadap kesehatan fisik Anda.
Selain itu, menulis adalah aktivitas mengasah otak kiri yang berkaitan dengan analisis dan rasional. Saat melatih otak kiri, otak kanan akan bebas mencipta, mengintuisi, dan merasakan. Menulis bisa menyingkirkan hambatan mental dan memungkinkan seseorang menggunakan semua daya otak untuk memahami diri sendiri, orang lain, serta dunia sekitar dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Bukankah hasil studi dari para peneliti tersebut baik dalam buku atau lainnya menjadi sumber bagi para pembaca! Itulah mengapa tulisan sebagai salah satu sarana dakwah, karena dapat menyebarkan kebaikan dan manfaat bagi pembaca atau masyarakat luas seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Penulis akan menyebarkan lewat tulisannya kepada pembaca, pembaca akan mengutip dan menyebarkan kembali baik dalam ceramah langsung atau dituliskan kembali, dan seterusnya tidak akan pernah terputus.
Ada juga yang menarik menurut saya; Tulisan yang sudah tersebar luas hingga ke berbagai daerah karena adanya pesanan dari pembaca, penulis menganggap atau merasakan bahwa dirinya sudah pernah mengelilingi daerah-daerah atau pulau-pulau, misalkan di Indonesia yang belum pernah ia kunjungi.
ADVERTISEMENT
Namun perlu diketahui juga, tulisan yang sudah menjadi bacaan sekecil apa pun harus dipertanggungjawabkan kebenarannya oleh penulis sendiri, baik selama penulis hidup di dunia atau sudah di akhirat. Karena tulisan yang sudah dibaca seseorang akan melekat menjadi sebuah ilmu yang kemudian akan diturunkan kembali kepada orang lain atau ke masyarakat luas.
Maka di situlah perlu kehati-hatian dalam menulis yang akan disebarluaskan. Menulis bukan saja untuk kepentingan pribadi, mendapatkan keuntungan finansial, popularitas, dan yang lainnya. Tulisan merupakan salah satu sarana dakwah untuk memberikan manfaat bagi orang banyak.
Bila penulis sudah tidak ada, ilmunya akan selalu digunakan terutama oleh pembaca. Seperti penulis pada zaman yunani kuno yaitu Plato, Aristoteles, dan masih banyak lagi. Ia adalah seorang filsuf yang terkenal namun sudah tidak ada, tetapi karya-karyanya sampai sekarang masih banyak digunakan oleh berbagai kalangan.
ADVERTISEMENT