Konten dari Pengguna

Sampah Kota Yogyakarta Menumpuk: Kendala dan Solusinya

Tarissa Noviyanti Az Zahra
Saya merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Yogyakarta!
30 April 2025 20:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tarissa Noviyanti Az Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

Permasalahan Sampah

Seringkali kita dapat melihat berita-berita di televisi atau media sosial mengenai dampak masalah sampah. Mulai dari pencemaran lingkungan, banjir, hingga penyakit menular. Beraneka ragam jenis sampah setiap harinya, mulai dari organik, anorganik, dll. Hal ini terjadi karena masyarakat terbiasa menganggap remeh mengenai kesadaran pengelolaan sampah.
Masyarakat sering kali membuang sampah di jalan, sungai, bahkan tempat wisata. Mereka menganggap bahwa sampah mereka akan dibersihkan oleh pihak kebersihan setempat, sehingga mereka merasa bebas untuk membuang sampah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik melalui ceritabaikindonesia.id pada tanggal 7/1/2025 timbulan sampah nasional Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun.
Hal ini merupakan alarm peringatan terhadap pemerintah untuk segera mengatasi masalah, agar tidak menimbulkan masalah besar di kemudian hari. Pemerintah diharapkan segera merespon dan merancang program yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Sumber: Unsplash - Tumpukan sampah.

Kendala Sampah di Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta, kota yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena dikenal sebagai kota pelajar dan pariwisata. Hal ini menandakan bahwa populasi yang ada di Kota Yogyakarta semakin bertambah. Dibalik itu Kota Yogyakarta memiliki isu sampah yang masih menjadi tantangan seperti kota-kota besar lainnya.
ADVERTISEMENT
Permasalahan penumpukan sampah di Kota Yogyakarta telah menjadi isu yang mendesak dan kompleks. Kota Yogyakarta menghadapi tantangan besar dalam mengelola volume sampah yang terus meningkat. Berita yang dilangsir dalam laman jogjaprov.go.id pada tanggal 09/11/2024 data menunjukkan bahwa produksi sampah harian di kota ini mencapai sekitar 200 ton per hari. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang dirancang untuk menampung 650 ton sampah per hari, namun sering menerima volume sampah yang melebihi kapasitas.
Penutupan TPA Piyungan berdampak besar pada aspek sosial, masyarakat membuang sampah mereka di pinggir jalan dan menjadi sebuah konflik antar warga. Penumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik menimbulkan berbagai dampak negatif, termasuk penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat paparan limbah sampah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada 2024 timbulan sampah di Kota Yogyakarta tercatat 191.61 ton berasal dari sampah rumah tangga, sampah pasar 27.35 ton, sampah perniagaan 55.09 ton, dan sampah fasilitas publik 8.33 ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampah di Kota Yogyakarta sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga dengan total 191.61 ton bahwa konsumsi rumah tangga dan aktivitas sehari-hari menjadi penyumbang utama sampah.

Solusi Mengatasi Sampah

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta sudah selayaknya untuk menanggapi serius permasalahan ini. Untuk mengatasi permasalahan sampah Pemkot Yogyakarta telah mengimplementasikan berbagai strategi. Pertama, pengoptimalan depo sampah dan penyisiran sampah di jalan sebagai upaya penanganan sampah yang menumpuk. Depo sampah tersebut mengutamakan pengelolaan sampah melalui Reduce, Reuse, dan Recycle (3R). Selain itu, upaya desentralisasi penanganan sampah juga dilakukan melalui pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS).
ADVERTISEMENT
Kedua, partisipasi aktif dari masyarakat diperlukan untuk mengatasi permasalahan sampah. Salah satu partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah pada Padukuhan Sumberan, Kec. Kasihan, Kab. Bantul yang telah melakukan pengelolaan sampah organik sisa sampah rumah tangga menggunakan komposter tumpuk berbantuan galon dan ember cat bekas. Kompos yang dihasilkan digunakan sebagai sumber mikroba perombak untuk pengomposan bahan seperti kotoran kandang ternak atau dedaunan.
Ketiga, pemerintah memulai untuk memberikan edukasi mengenai pemilahan sampah di tingkat rumah tangga yang menjadi kunci dalam mengurangi volume sampah. Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama dengan pakar pengelolaan sampah Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Wiratni, S.T., M.T., Ph.D., IPM terkait pengelolaan sampah. Wiyatmi menyatakan bahwa pentingnya teknik composting yang dilakukan untuk sampah sapuan daun yang dapat diolah menjadi pupuk kompos. Tujuannya agar masyarakat tahu pengelolaan teknik composting dan sampah organik yang berasal dari rumah tangga tidak keluar dari rumah. Teknik tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat Giwangan, Kota Yogyakarta yang membangun 10 biopori yang terisi dengan sampah organik. Setiap biopori dapat menghasilkan 15–20 kg kompos, sehingga dengan 10 biopori dapat dihasilkan 150–200 kg kompos.
ADVERTISEMENT
Keempat, penting bagi lembaga pendidikan untuk mengedukasi siswa mengenai pengelolaan sampah yang efektif. Langkah ini bertujuan menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola sampah. Di Kota Yogyakarta, berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga SMA/SMK/MA telah menginisiasi Gerakan Sekolah Bersih. Program ini tidak hanya dilaksanakan di lingkungan sekolah, tetapi mencakup area hingga 200 meter di sekitarnya. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan pengelolaan sampah.
Salah satu contoh implementasi program ini adalah SMPN 5 Yogyakarta telah membentuk Zero Trash Community (Zetra) Pawitikra untuk mengelola sampah secara rutin. Sekolah ini melakukan pemilahan sampah dan menggunakan mesin incinerator berteknologi carbonizer yang ramah lingkungan dan tidak menghasilkan emisi berbahaya seperti dioxsin, furan, dan sulfur dioksida. Sampah organik dikelola oleh pihak sekolah, selanjutnya sampah anorganik disetor ke bank sampah, dan sampah residu diolah menggunakan mesin incinerator berkapasitas sekitar 70 kg yang hasilnya menyusut menjadi sekitar 10% berupa briket arang untuk bahan bakar.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah solusi yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa komitmen pemerintah dalam mencari solusi berkelanjutan untuk permasalahan sampah di Yogyakarta. Kota Yogyakarta menegaskan posisinya sebagai kota pelajar dan pariwisata yang nyaman serta peduli lingkungan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan membuka peluang besar bagi kota ini untuk mengelola sampah secara lebih efektif.
Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas dan efisiensi pengelolaan sampah, sementara masyarakat harus lebih sadar dan bertanggung jawab dalam mengelola sampahnya. Dengan kerjasama yang sinergis, diharapkan Kota Yogyakarta dapat mengatasi permasalahan sampah dan mempertahankan reputasinya sebagai kota yang bersih, nyaman, dan berbudaya.