Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengaruh Eksistensi Kecerdasan Buatan (AI) Pada Kesehatan Mental Remaja
26 Desember 2024 14:30 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari TASYA AYU FALISA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keterkaitan gen Z terhadap AI tidak dapat dilepaskan, pasalnya kini semua bidang kehidupan dipengaruhi teknologi berbasis AI. Apa itu Teknologi AI? AI adalah singkatan dari Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan. Merupakan teknologi yang memungkinkan mesin atau komputer untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. AI berfungsi melalui algoritma dan model yang diprogram untuk mempelajari dari data dan membuat prediksi atau keputusan berdasarkan pola yang ditemukan. AI sendiri muncul pada revolusi industry Society 5.0 yang menekankan pada integrasi teknologi ke dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya mengenai kesehatan mental, menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan seorang individu yang menyadari kemampuannya sendiri dalam mengatasi tekanan kehidupan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Sehingga kesehatan mental memiliki nilai intrinsik dan instrumental, serta merupakan bagian integral dari kesejahteraan bagi setiap individu. Kesehatan mental merupakan hal sangat krusial terutama pada remaja gen Z.
Kesehatan mental pada remaja menjadi isu penting dalam masyarakat dewasa ini, mengingat angka gangguan mental remaja yang semakin meningkat. Dalam konteks tersebut, eksistensi kecerdasan buatan (AI) memiliki peran yang sangat krusial dalam menangani masalah kesehatan mental remaja. Dimana AI memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental remaja, terutama di kalangan Generasi Z. Dalam konteks ini, AI tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu, tetapi juga membentuk interaksi sosial dan akses terhadap informasi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental mereka.
ADVERTISEMENT
Pada dunia pendidikan sendiri juga sudah menggunakan tekonologi AI yang memiliki potensi luar biasa. Contohnya pada penggunaan aplikasi pembelajaran berbasis AI yang mampu menyesuaikan materi dengan kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing siswa. AI juga dapat membantu pengajar dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan personal. Namun, perlu diingat bahwa teknologi AI sangat membantu, interaksi langsung antara pengajar dan siswa tetap krusial dalam membangun hubungan dan memahami konteks pembelajaran secara lebih mendalam. AI tidak hanya mempengaruhi cara belajar dan bersosialisasi, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental remaja, karena terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar, terutama di media sosial, dan juga dapat menyebabkan perasaan terisolasi dan tekanan untuk selalu tampil sempurna. Hal tersebut disebabkan oleh algoritma AI yang menampilkan konten menarik secara terus-menerus yang dapat membuat remaja sulit lepas dari gadjet dan mengurangi waktu untuk melakukan aktivitas fisik serta interaksi sosial langsung yang penting bagi kehidupan sosial mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam era digital yang terus berkembang, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia. Dari aplikasi dalam bidang medis hingga interaksi sosial, teknologi ini menawarkan berbagai manfaat dan tantangan. Salah satu pertanyaan penting yang muncul adalah, apakah AI dapat memberikan dampak positif atau negatif terhadap kesehatan mental individu? Dalam esai ini, akan diuraikan bagaimana AI mempengaruhi kesehatan mental, baik secara positif maupun negatif, serta pentingnya pendekatan etis dalam penerapannya.
Di satu sisi, AI dapat berperan sebagai alat yang membantu dalam mendukung kesehatan mental. Misalnya, terdapat aplikasi yang menggunakan AI untuk memberikan terapi kognitif perilaku (CBT) secara online, yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Dalam konteks ini, AI berfungsi sebagai aksesibilitas yang lebih besar terhadap layanan kesehatan mental, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan mobilitas. Selain itu, AI dapat membantu dalam mendiagnosis kondisi mental melalui analisis data yang kompleks, seperti melacak pola perilaku pengguna atau menganalisis tingkat stres berdasarkan interaksi digital.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, ada potensi risiko yang perlu diperhatikan. Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat menyebabkan isolasi sosial, di mana individu lebih memilih berinteraksi dengan sistem AI daripada menjalin hubungan dengan manusia. Hal ini dapat memperburuk masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Selain itu, penggunaan AI dalam analisis data pribadi dapat menimbulkan masalah privasi yang dapat menambah tekanan mental. Misalnya, jika pengguna merasa bahwa data pribadi mereka dipantau oleh algoritma, hal ini dapat menimbulkan kecemasan dan ketidaknyamanan.
Selanjutnya, masalah etika juga muncul terkait penggunaan AI dalam sektor kesehatan mental. Pengembang harus mempertimbangkan bagaimana algoritma tersebut dibuat dan data apa yang digunakan. Jika data yang digunakan tidak representatif atau bias, maka hasil dan rekomendasi yang diberikan oleh sistem AI dapat menyesatkan, berpotensi merugikan pasien. Oleh karena itu, perlu adanya transparansi dalam proses pengembangan sistem AI yang berkaitan dengan kesehatan mental dan keterlibatan profesional mental dalam evaluasi sistem.
ADVERTISEMENT
Sebagai kesimpulan, pengaruh AI terhadap kesehatan mental adalah fenomena yang kompleks dan multidimensional. AI dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam menyediakan dukungan kesehatan mental, meningkatkan aksesibilitas, dan membantu diagnosis. Namun, kita juga harus waspada terhadap potensi risiko yang datang dengan penggunaannya, termasuk isolasi sosial dan isu privasi hingga munculnya isu diagnose. Untuk memaksimalkan manfaat AI dan meminimalkan risiko, penting untuk mengadopsi pendekatan yang etis dan melibatkan berbagai kepentingan, termasuk profesional di bidang kesehatan mental pada pengembangan dan implementasi teknologi tersebut. Dengan cara ini, kita dapat berharap bahwa AI akan memberikan kontribusi positif bagi kesehatan mental masyarakat secara keseluruhan, terutama pada generasi Z.