Hari Buku Nasional: Dari Taman Baca untuk Taman Baca

tasya kania
Mahasiswi Jurnalistik Fikom Unpad
Konten dari Pengguna
17 Mei 2021 7:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari tasya kania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Taman Baca Masyarakat Widya Anatar (Sumber foto/Widya Anatar)
zoom-in-whitePerbesar
Foto Taman Baca Masyarakat Widya Anatar (Sumber foto/Widya Anatar)
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Buku Nasional jatuh pada tanggal 17 Mei setiap tahunnya. Di balik perayaan tersebut terselip harapan dalam bungkus peringatan untuk meningkatkan status literasi Indonesia terutama dalam minat baca masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tentunya ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia bahkan bisa dilakukan dari lingkup terkecil masyarakat seperti yang dilakukan Indira, perempuan asal Klaten yang berhasil menciptakan ruang literasi berbentuk taman baca masyarakat (TBM) yang diberi nama Widya Anatar.
Minimnya akses ke buku menjadi alasan utama ia membangun TBM, “Karena di sekitar sini sangat minim akses baca. Dulu aku pernah berpikir kalau minat baca masyarakat rendah, tapi setelah TBM ini berdiri aku sadar kalau bukan minatnya yang rendah, tapi akses bacanya yang tidak ada.”
TBM yang terletak di Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom ini akhirnya disahkan pada 15 Januari 2021.
Sudah berjalan empat bulan TBM tersebut diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat desa dan banyak dari orang tua yang melepas anak-anaknya untuk pergi ke TBM Widya Anatar untuk menambah literasi sekaligus mengisi waktu di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui juga jika pembangunan dan pengelolaan TBM Widya Anatar dilakukan oleh Indira seorang diri, dan dirinya tidak habis akal ketika proposal yang ia kirimkan ke penerbit buku terkait pembangunan taman baca hanya 5 dari 30 proposal yang berhasil disetujui penerbit. Ia pun membuka donasi buku di sosial media agar rak-rak di taman baca bisa penuh dengan buku berkualitas nan beragam.
Jauh dari ekspektasi dirinya, ternyata hasil donasi buku selama delapan bulan sudah mencapai 3039 eksemplar buku. Mengutip dari Indira juga jika sudah ada 100 manusia baik yang menjadi donatur buku.
Tidak disangka bermula dari thread donasi di Twitter kini rak buku di Widya Anatar sudah terjejer lebih dari 1000 buku. “Kira-kira ada sekitar 1700-1800. Iya, semua dari donasi buku yang aku buka di sosmed.”
ADVERTISEMENT
Ketika rak-rak buku di Widya Anatar sudah terasa sesak dan tidak kuat menampung lagi, Indira mencoba membentuk misi lain untuk membantu taman baca di berbagai daerah dengan cara menyumbangkan donasi buku yang ia terima.
“Jadi, awalnya kan bukunya datang kebanyakan, tadinya aku punya pilihan untuk stop donasi dari Twitter, tapi aku pikir karena itu sudah telanjur booming, sudah telanjur ke mana-mana. Takutnya aku stop berkah, makannya aku biarin aja. Terus setelah numpuk gitu aku mikir kenapa ya aku ngga nyalurin aja ke TBM lain,” ungkapnya.
Dengan banyaknya donasi buku yang ia terima sempat terpikir untuk membuat cabang Widya Anatar. Akan tetapi, menurutnya jika membuka cabang maka manfaatnya hanya berputar di dua tempat saja. Maka dari itu Indira memilih menyalurkan bukunya ke tempat lain agar manfaatnya bisa menyebar lebih luas.
ADVERTISEMENT
Dimulai dari situ Indira mencoba untuk menghubungi setiap taman baca untuk menawarkan bantuan donasi buku. “Semua TBM yang aku kasih itu kebanyakan nggak open donasi di sosmed. Jadi, aku yang nyari mereka (TBM).”
Hingga artikel ini ditulis, sebanyak 1.135 buku donasi Widya Anatar sudah berlari ke TBM yang ada di Klaten, Yogyakarta, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Blora, Jepara, Depok, Tuban, hingga Kalimantan Selatan.