Konten dari Pengguna

Berbincang tentang 'Dompet Digital', Yuk!

Tata Martadinata
Profesional di Lembaga Standar GPN - ASPI
8 Agustus 2019 18:39 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tata Martadinata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Belanja cashless Foto: Pixabay/Alexas_Fotos
zoom-in-whitePerbesar
Belanja cashless Foto: Pixabay/Alexas_Fotos
ADVERTISEMENT
Perkenalkan, saya Tata Martadinata, seorang profesional di Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia. Hampir belasan tahun saya berkecimpung mengurusi pembayaran nontunai seperti kartu kredit dan kartu debit.
ADVERTISEMENT
Saya juga sempat turut serta mengembangkan uang elektronik cip berbasis server. Saya pun dipercaya Bank Indonesia (BI). Pada 2017, saya mulai bergabung bersama ASPI.
Dengan pengalaman ini, ada baiknya kita mengobrol tentang cashless. Yuk..
Faktanya, dunia perbankan beriringan dengan perkembangan teknologi. Di mana semuanya sudah serba digitalisasi. Hal ini memang sesuai dengan pepatah modern yang mengatakan “Jika tak ingin tergerus zaman, kita harus mengikuti zaman”. Sebab, dengan didukung teknologi yang mutakhir, semua orang bisa mendapatkan sesuatunya dengan mudah dan cepat. Mungkin istilah "Dunia dalam genggaman" tak berlebihan menggambarkan kondisi saat ini. Bagaimana tidak, hanya lewat telepon pintar kita bisa mendapatkan sesuatunya dengan mudah dan cepat.
ADVERTISEMENT
Salah satu kemudahan yang saat ini saya rasakan adalah soal layanan transaksi. Di era teknologi, saya melihat cara transaksi masyarakat di indonesia mulai berubah mengikuti perkembangan zaman. Dari yang awalnya tunai kini berubah menjadi nontunai alias cashless.
Bahkan bisa saya katakan, saat ini banyak masyarakat yang punya akses untuk pembayaran nontunai. Hal itu dibuktikan dengan survei Consumer Payment Attitudes yang dirilis VISA, di mana orang Indonesia sudah merasa happy ketika tidak membawa uang tunai, 76 persen orang Indonesia tidak masalah jika tak membawa uang tunai selama satu hari, angka tersebut tentu saja paling tinggi dibandingkan negara-negara ASIA lainnya.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup nontunai sudah menjadi pilihan masyarakat Indonesia. Jika dulu saya melihat masyarakat membawa uang tunai atau kartu yang banyak di dompetnya, kini hanya cukup dengan satu ponsel saja masyarakat sudah bisa melakukan transaksi seperti berbelanja di e-commerce, bayar transportasi umum, pembayaran tagihan, bahkan bisa untuk membeli makanan.
Maka tak heran, OVO, GoPay, DANA menjadi sesuatu yang tak asing di telinga masyarakat. Jika dulu ketika saya berjalan-jalan di mal, hampir bisa dilihat semua gerai menawarkan promo perbankan, tapi kini justru promo cashback yang ditawarkan OVO, GoPay, DANA-lah yang merajalela di gerai-gerai mal. Mereka berlomba-lomba memberikan promo ke pasar guna mengenalkan sistem pembayaran dengan sentuhan teknologi.
Ilustrasi dompet digital. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Saat ini, BI mencatat ada 38 daftar penyelenggara uang elektronik yang sudah mengantongi izin dan empat perusahaan yang terdaftar sebagai penyelenggara dompet elektronik (dompet digital), salah satunya ialah DANA yang diterbitkan oleh PT Espay Debit Indonesia Koe. Maraknya perusahaan financial technology (fintech) menandakan bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai memasuki era lesscash society.
ADVERTISEMENT
Jika saya lihat, kebiasaan masyarakat yang menggunakan pembayaran nontunai memang tumbuh, tapi belum cukup optimal. Sebab, saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan uang kartal.
Berbeda halnya dengan negara-negara lain, misalnya saja ketika saya berkunjung ke India. Hampir semua pusat perbelanjaan di India menerapkan pembayaran nontunai, mulai dari pasar modern hingga di pasar tradisional pembayarannya wajib dengan aplikasi Paytm. Caranya pun mudah saja, saya cukup men-scan QR code yang terpasang di toko-toko atau merchant tersebut.
Tak hanya India, China pun jadi salah satu negara terbaik di dunia yang sudah berhasil menerapkan lesscash society. Di sana gerakan lesscash society tak hanya terjadi di kota-kota besar saja tapi juga hingga ke desa-desa.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, pembayaran cashless atau nontunai memiliki beragam manfaat positif. Untuk mendorong masyarakat menggunakan pembayaran nontunai, BI sudah meluncurkan sistem Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Sistem ini diluncurkan bank sentral untuk memudahkan masyarakat bertransaksi antarbank dan mendorong masyarakat Indonesia jadi lesscash society.
Adanya sistem pembayaran nontunai ini ternyata mendapat respons positif dari masyarakat. Selain mudah dan efisien, penerapan uang nontunai ini pun dapat mencegah terjadinya kejahatan seperti ancaman korupsi bahkan memudahkan para pengusaha dalam mencatat pembukuan karena mudah terekam.
Berdasarkan data BI hingga Mei 2019, jumlah transaksi uang elektronik meningkat tajam hingga 262,6 persen. Sementara untuk transaksi online via digital banking tumbuh 34,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Itu artinya masyarakat yang menggunakan uang elektronik tumbuh signifikan dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Bahkan, untuk mendorong semakin banyak pengguna nontunai, BI juga bakal meluncurkan QR Code Indonesia Standard (QRIS) pada 17 Agustus mendatang. Saya pun turut serta dalam menyiapkan sistem ini. Nantinya semua produk digital harus menghasilkan QR Code yang sesuai dengan standar QRIS.
Hadirnya QRIS diharapkan bisa membantu percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan digital. Adanya sistem pembayaran berbasis QR Code ini diharapkan bisa menciptakan interkoneksi antara perusahan QR Code di Indonesia sehingga mampu mengakselerasi pengembangan ekosistem keuangan digital.
Sistem pembayaran ini pun bertujuan untuk menjaring para pedagang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Di mana nantinya para pedagang UMKM ini akan dibawa ke ekosistem keuangan digital. Sebab, hingga saat ini masih ada sekitar 40-50 juta UMKM yang belum tersentuh sistem digital. Hadirnya QRIS bagi UMKM ini diharapkan membawa dampak positif agar UMKM terus tumbuh.
com-Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
Dengan hadirnya GoPay, OVO, DANA, dan uang elektronik lainnya, saya yakin QRIS akan mudah masuk ke masyarakat. Mewujudkan cashless society memang bukan hal yang mudah, tentu ini saja menjadi PR saya dan industri perbankan untuk mendorong masyarakat ke arah lesscash society.
ADVERTISEMENT
Selain melakukan edukasi, pemerintah juga akan membuat aturan yang jelas, membangun infrastruktur yang kuat dan didukung keamanan data yang kuat. Mengingat masalah yang bakal dihadapi oleh sistem pembayaran nontunai adalah sistem jaringan telekomunikasi dan listrik.
---
Saya kira, cukup sekian perkenalan kita tentang dunia cashless. Kita akan berbincang lagi di lain waktu dengan topik seputar cashless yang beragam dan seru. Sampai jumpa!