Perlawanan Jihad 350 Tahun Melawan Penjajahan

Tatang Hidayat
Pegiat Student Rihlah Indonesia
Konten dari Pengguna
16 Agustus 2021 17:00 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tatang Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ki Bagus Rangin, Ulama Pejuang asal Majalengka (Sumber : kertajaticintaaulia.blogspot.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ki Bagus Rangin, Ulama Pejuang asal Majalengka (Sumber : kertajaticintaaulia.blogspot.com)
ADVERTISEMENT
Oleh : Tatang Hidayat (Pegiat Student Rihlah Indonesia)
Benarkah Indonesia dijajah 350 tahun ? Narasi ini perlu kita koreksi, coba perhatikan awal mula kedatangan bangsa asing Eropa ke Nusantara itu diawali dari perubahan politik dunia.
ADVERTISEMENT
Diawali Konstantinopel (1204 M), Penghancuran Konstantinopel oleh Salibis Eropa Barat, selanjutnya Jerussalem (1187 M), Shalahuddin Al-Ayyubi Melibas Pasukan Salib di Hiththin lalu Byzantium (1453), Sultan Muhammad Al Fatih membebaskan Konstantinopel.
Nestapa Andalusia (1492), Runtuhnya Daulah Islam Terakhir Bani Umayyah di Spanyol lahirlah Perjanjian Tordesillas (1494), Awal mula Imperialisme dan Kolonialisme kemudian Imperium Khatolik Roma (1517 M), Pecahnya Nasrani menjadi Khatolik dan Protestan.
Bangkitnya kerajaan-kerajaan kristen eropa barat seperti Kerajaan Khatolik Portugis, Kerajaan Protestan Belanda, Kerajaan Anglikan Inggris dan Kerajaan Khatolik Prancis.
Pada 1511 saat Alfonso De Alberqueque menaklukan Malaka, umat Islam di Nusantara tidak tinggal diam dan langsung memberikan reaksi. Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Banten, Kesultanan Palembang, Kesultanan Jambi, Kesultanan Aceh bereaksi dan berkoalisi untuk menggempur Portugis di Malaka.
ADVERTISEMENT
Kesultanan Demak dibawah kepemimpinan putra mahkota Sultan Pati Unus dan panglima perangnya yakni Syaikh Ja’far Shodiq atau yang dikenal Sunan Kudus langsung bereaksi ketika Portugis datang ke Malaka, Kesultanan-Kesultanan di Nusantara langsung melawan.
Perlawanan Jihad fii Sabilillah sejak Pati Unus 1511 sampai 1945 lebih 350 tahun itu tidak pernah padam di nusantara hanya berganti lokasi, dan kepemimpinan dari generasi ke generasi.
1527 Sunan Fatahilah menghantam Portugis di Sunda Kalapa. Ali Mughayat Syah di Aceh berhasil mengusir Portugis. Di Tidore dan Ternate ada Sultan Hairun dan Baabulah Datuk Sah menggempur Portugis hingga mereka terusir.
Abad berikutnya VOC dan Pemerintah Kolonial Belanda mengganti Portugis dan menancapkan kolonialisasinya lewat VOC di Batavia, Susuhunan Agung Hanyokrokusumo atau yang lebih dikenal Sultan Agung Hanyokrokusumo tidak tinggal diam dan menggempur VOC 2 kali pada 1628 dan 1629.
ADVERTISEMENT
Jihad fii Sabilillah di Nusantara tidak berhenti, hampir semua bereaksi karena mereka tahu ada aksi kekayaan, kejayaan dan penyebaran agama kristen, sehingga kesultanan Islam bereraksi. Penjajah bangsa asing itu ada misi dalam segala segi seperti ekonomi, kedaulatan, politik dan dari segi keimanan, maka mereka terus melakukan perlawanan tidak pernah padam. Kita bisa buktikan sebagai berikut :
Perlawanan Jihad fii Sabilillah Kaum Muslimin Nusantara Melawan Penjajahan Barat (Abad 9-14 H / 15 -20 M)
Perlawanan Jihad Fii Sabilillah Kaum Muslimin Melayu – Nusantara Barat : Malaka, Sumatera, dan Kepulauan Riau
 Kesultanan Malaka (916 H / 1511 M), Sultan Mahmud Syah Melawan Portugis
 Samudera Pasai (9-14 H / 15-20 M), Perjuangan para Sultan, Ulama, dan Umat Islam melawan penjajahan Portugis
ADVERTISEMENT
 Kesultanan Aceh (1507 - 1530 M), Sultan Ali Mughayat Syah Berjihad melawan Khatolik Portugis
 Kesultanan Aceh (1563 - 1571 M), Sultan Alauddin Riayat Syah Berjihad memerangi Portugis
 Kesultanan Aceh (1607 – 1639 M), Sultan Iskandar Muda berjihad Melawan Eropa
 Kepulauan Riau (1723 – 1744 M), Sultan Abdul Jalil berjihad Melawan Belanda
 Minangkabau (1821 – 1837 M), Imam Bonjol berjihad melawan Belanda
 Perang Padri I (1821 – 1825 M) Tuanku Pasaman berjihad melawan Belanda
 Perang Padri II (1825 – 1830 M), Tuanku Imam Bonjol berjihad melawan Belanda
 Perang Padri III (1830 – 1837 M), Tuanku Imam Bonjol berjihad melawan Belanda
 Perang Sabil (1873 – 1912 M), Umat Islam Aceh berjihad melawan Belanda
ADVERTISEMENT
 Kesultanan Aceh (1873 M), Sultan Mahmud Syah II Berjihad Melawan Penjajah Belanda
 Kesultanan Aceh (1910), Cut Nyak Dien Berjihad Melawan Belanda
 Kesultanan Palembang (1811-1821 M), Sultan Mahmud Badaruddin II Berjihad Melawan Inggris dan Belanda
 Batak (1878-1907 M), Si Singamangaraja Berjihad Melawan Belanda
Perlawanan Jihad Fii Sabilillah Kaum Muslimin Pulau Jawa (Abad 9-14 H /15-20 M)
 Kesultanan Demak (1512-1518), Serangan Sultan Fattah Terhadap Portugis di Malaka
 Kesultanan Demak (1521 M), Serangan Pati Unus Terhadap Portugis di Malaka
 Kesultanan Demak (1527 M), Serangan Fatahillah Terhadap Potrugis di Sunda Kalapa
 Kesultanan Demak (1546 M), Serangan Sultan Trenggono Terhadap Kerajaan Syiwo-Budha di Pasuruan
 Kesultanan Demak (1546 - 1549 M), Sunan Prawoto Ingin Menjadi Segundo Tuco
ADVERTISEMENT
 Kesultanan Mataram Islam (1628 M), Serangan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia
 Kesultanan Banten (1651 – 1682 M), Sultan Agung Tirtayasa Berjihad Melawan Belanda
 Mataram Islam (1672 – 1680 M), Perjuangan Trunojoyo melawan Amangkuran I dan II
 Mataram Islam (1683 – 1706 M), Untung Suropati Berjihad Melawan VOC Belanda
 Perlawanan Jampang (1703 – 1707), Haji Prawatasari asal Jampang berjihad Melawan VOC
 Surakarta dan Yogyakarta (1749 – 1755 M), Pangeran Mangkubumi dan Mas Said Melawan VOC Belanda
 Perang Nasional Kedongdong (1802 – 1919), Ki Bagus Rangin dan Santri-Santri Cirebon Berjihad Melawan Pemerintah Kolonial Belanda
 Perang Jawa (1825 – 1830 M), Pangeran Diponegoro Berjihad Melawan Belanda
ADVERTISEMENT
Perlawanan Jihad Fii Sabilillah Kaum Muslimin di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Filipina, Papua dan Nusa Tenggara (Abad 9-14 H/15-20 M)
 Perang Banjar (1859 M), Pangeran Antasari Berjihad Melawan Penjajah
 Perang Makassar (1666-1669 M), Sultan Hasanuddin Berjihad Melawan Penjajah Belanda
 Maluku (1521), Umat Islam Maluku Berjihad Melawan Spanyol
 Kesultanan Ternate (1565 – 1570 M), Sultan Khairun Berjihad Melawan Khatolik Portugis
 Kesultanan Ternate (1570 - 1575 M), Sultan Baabulah Berjihad Melawan Khatolik Portugis
 Kesultanan Tidore (1797 – 1805 M), Sultan Nuku Muhammad Berjihad Melawan Belanda
 Saparua (1817 M), Pattimura Berjihad Melawan VOC Belanda
 Kerajaan Islam Brunei (1521 – 1645 M), Jihad Umat Islam Melawan Penjajah Spanyol
ADVERTISEMENT
 Mindanao (1500 M), Berdirinya Kesultanan Sulu
 Mindanao dan Sulu (1521 M), Bangsa Muslim Moro Berjihad Melawan Katholik Spanyol
 Luzon (1546 M), Pasukan Islam Luzon Melawan Syiwo-Budho di Pasuruan
 Papua (Abad 16 M), Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam
 Nusa Tenggara (Abad 16 M), Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam
 Timor Leste Dikuasai Portugis (1512 M)
Narasi ini penting untuk diluruskan, bahwa bangsa kita tidak pernah dijajah 350 tahun, tetapi bangsa kita 350 tahun berjihad fii Sabilillah melawan penjajahan.
Jika kita mengakui narasi bahwa bangsa kita dijajah 350 tahun, kadang kadang kita terpengaruh cerita, dan membayangkan para pendahulu kita, leluhur kita, kakek kita itu nyembah nyembah, bodoh-bodoh, dan lemah-lemah. Padahal leluhur kita angkat senjata, kita melawan, sehingga jazirah nusantara dari ujung barat hingga timur disuburkan dengan jutaan liter darah syuhada.
ADVERTISEMENT
Suburnya darah syuhada memberikan keajaiban terhadap negeri kita. Negara itu kalau dijajah biasanya kalau penjajah pergi, dari negara besar bisa pecah kecil-kecil, bandingkan di timur tengah ketika Kekhalifahan Utsmani kalah perang, Timur Tengah menjadi pecah beberapa negara dan batas negaranya garis garis lurus, karena itu dibagi bagi oleh para penjajah dan ditumbuhkan semngat sekulerisme nasionalisme supaya tidak bisa bersatu.
Namun kita bandingkan dengan bangsa kita, Indonesia yang awalnya terdiri dari puluhan kesultanan, bisa bersatu dan wilayahnya lebih besar daripada asal, ini betul betul atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong dengan keinginan luhur, keinginan luhur itu semangat jihad.
Sejak Sultan Pati Unus menggempur Portugis di Malaka sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Jihad Fii Sabilillah tidak pernah padam di jazirah Nusantara, patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara kesultanan-kesultanan berkoordinasi dengan jarak yang jauh bisa kompak dengan visi yang sama, sulit menjawab elemen apa yang bisa mengikat kesultanan-kesultanan mau bergabung dan menjadi Indonesia kecuali nilai Islam dan toleransi yang besar dari tokoh tokoh Islam. Wallohu ‘alam bi al-Shawab.