Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Bayern Muenchen, Sisa Kedigjayaan Bavaria
7 September 2020 8:00 WIB
Tulisan dari Tatang Muttaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kemenangan Bayern Muenchen dalam Liga Champions 2019/20 setelah menaklukkan Paris Saint-German [PSG] 1-0, Ahad (23/8) petang waktu Lisbon menorehkan sejarah tersendiri karena mampu menjadi juara tanpa terkalahkan dalam sebelas pertandingan. Sebelum sampai ke babak final, Bayern Muenchen menggilas tanpa ampun dua kali klub Red Star Belgrade, Tottenham Hotspur, Olympiakos, Chelsea, dan menundukkan Barcelona, serta melumat Lyon.
ADVERTISEMENT
Menyimak kemenangan Bayern Muenchen, mengingatkan saya pada promotor program PhD yang berasal dari Bavaria, tepatnya Wurzburg. Sekalipun sangat ramah dan rendah hati, jika merujuk kebanggaan identitas, tak sungkan-sungkan beliau menunjukkannya sebagai orang Bavaria. Bisa dibilang kebanggaan orang Bavaria jauh di atas kebanggaan atas negaranya, Jerman. Ada kesan yang kuat Bavaria memiliki paham kesukuan yang teramat dalam dalam identitas budaya mereka. Konon, sebelum wilayah Bavaria ini ikut dalam Kekaisaran Jerman, saat masih menjadi Kerajaan Bavaria sekitar tahun 1918, masyarakat Bavaria sering meremehkan dan mengejek orang-orang Prussia (Kekaisaran Jerman).
Bavaria berlokasi di tenggara dari Negara Jerman dengan luas lebih dari 70 ribu kilometer persegi atau sekitar 20 persen dari luas Negara Jerman. Wilayah Bavaria merupakan negara bagian terpadat kedua dilihat dari jumlah penduduknya di Jerman, setelah Negara bagian lainnya Rhine, Westphalia Utara. Pada tahun 2018, penduduk Bavaria mencapai lebih dari 13 juta orang dan menempatkan ibukota Bavaria, Munich atau Muenchen sebagai kota kedua terbesar di Jerman [Eurostat, 2019].
Sebagai salah satu negara tertua di Eropa yang didirikan pada pertengahan milenium pertama dan berhasil mempertahankan kemerdekaannya dengan memanfaatkan persaingan Prusia dan Austria. Sejarah panjang tersebut, membuat Bavaria memiliki tradisi dan etos yang cukup kuat, tak kurang kendaraan yang memiliki tingkat kenyamanan dan keamanan paling tinggi misalnya BMW bermarkas di Munich.
ADVERTISEMENT
Beberapa perusahaan raksasa dunia juga berpusat di Munich, seperti: Siemens, Rohde & Schwarz, Audi, Munich Re, Allianz, Infineon, MAN, Wacker Chemie, Puma dan Adidas. Dengan demikian, Bavaria menjadi kota industri paling kompetitif di kawasan Eropa dengan spesialisasi industri mobil, teknik elektronik, teknik mesin otomatis dan robotik yang berkontribusi pada tingginya Gross Domestic Product [GDP] per capita yang mencapai €42,400 pada tahun 2017, atau 116 persen di atas rerata GDP Jerman sebesar €36,400, dan setara dengan 144 persen rerata Eropa sebesar €29,500 [Eurostat, 2019].
Di bidang pendidikan, universitas paling top di Jerman juga berada di kota Munich, seperti Ludwig Maximilians University (LMU) yang berdiri sejak tahun 1472 merupakan lembaga pendidikan yang besar dan paling prestisius dengan beragam program bachelor, master, dan doktoral untuk berbagai bidang disiplin ilmu.
Kedigjaaan LMU yang berada di peringkat ke-32 universitas terbaik dunia versi Times Higher Education 2021 dan berada di posisi ke-63 versi Quacquarelli Symonds [QS] Top universities. Dengan usia yang melampaui 500 tahun, para guru besar LMU meraih 13 penghargaan paling bergengsi di dunia, Nobel di bidang Fisika, Kimia dan Kedokteran. Peraih Nobel pertama adalah guru besar University of Würzburg sekaligus LMU yang namanya tak asing jika kita ke rumah sakit atau laboratorium, Wilhelm Conrad Röntgen [Fisika 1901], lalu Adolf von Bayer [Kimia 1905], Wilhelm Wien [Fisika] 1911, Max von Laue [Fisika 1914], Richard Willstaetter [Kimia 1915], Heinrich Wieland [Kimia 1927], Werner Heisenberg [Fisika 1932], Adolf Butenandt [Kimia 1939], Feodor Lynen [Kedokteran 1964], Karl Ritter von Frisch [Kedokteran 1973], Gerd Binnig [Fisika 1986], Theodor W. Hänsch [Fisika 2005], dan Gerhard Ertl [Kimia 2007].
ADVERTISEMENT
Di samping LMU, ada universitas top lainnya, yaitu Technical University of Munich [TUM] yang berdiri tahun 1868 berlokasi di pinggiran kota München kampus cabang di Garching, Freising. Sebagai universitas yang terakreditasi oleh Kementerian Pendidikan dan Budaya, Sains dan Seni Bavaria, TUM merupakan universitas besar dengan beragam kualifikasi persiapan kuliah seperti sertifikat, diploma, associate degree atau foundation; serta beragam program gelar seperti bachelor, master, dan doktoral untuk beraneka bidang studi.
Menurut lembaga pemeringkat universitas dunia yang berbasis di Inggris, Quacquarelli Symonds (QS) terbaru, TUM berada di ranking ke-50, sedangkan Times Higher Education 2021 menempatkan TUM di peringkat ke-41 dunia. Ditilik dari pemerolehan hadiah Nobel, sekalipun bukan masuk kategori universitas yang tua di Jerman TUM mampu melahirkan sekitar 17 dosen dan alumni yang meraih penghargaan bergengsi Nobel, mencakup bidang Kimia, Fisika, Kedokteran dan Sastra.
ADVERTISEMENT
Sembilan peraih Nobel Kimia adalah: Joachim Frank [2017], Bernard L. Feringa [2016], Gerhard Ertl [2007], Rudolph A. Marcus [1992], Johann Deisenhofer [1988], Robert Huber [1988], Ernst Otto Fischer [1973], Hans Fischer [1930], dan Heinrich Wieland [1927]. Selanjutnya, ada lima peraih Nobel Fisika, yaitu: Wolfgang Ketterle [2001], Wolfgang Paul [1989], Ernst Ruska [1986], Klaus von Klitzing [1985], dan Rudolf Ludwig Mößbauer [1961]. Dua penerima Nobel di bidang Kedokteran, yaitu: Erwin Neher [1991], dan Konrad Bloch [1964], serta Thomas Mann [1929] peraih Nobel Sastra.
Tak hanya melahirkan ilmuwan dan pesepak bola legendaris, seperti Franz Beckenbauer dan Lothar Matthäus, Bavaria juga melahirkan sosok yang cukup dekat dengan kehidupan kita semua, Mr. Blue jeans, Levi Strauss, serta diplomat legendaris Henry Kissinger.
ADVERTISEMENT
Menariknya, orang Bavaria menempatkan nilai yang besar pada makanan dan minuman. Promotor saya yang selalu mengadakan makan malam dan kumpul-kumpul bulanan di rumahnya selalu menghidangkan makanan dan minuman dengan kualitas tinggi. Di samping makanan yang berkualitas, mereka juga sangat bangga dengan kualitas minumannya berupa bir yang secara tradisional disajikan dengan takaran liter. Orang Bavaria sangat bangga dengan hukum kemurnian yang menyatakan hanya tiga bahan yang diperbolehkan dalam bir: air, barley, dan hop.
Secara umum, orang Bavaria merupakan pecinta bir dengan konsumsi rata-rata tahunan 170 liter per orang. Jika kami menghadiri makan malam di rumah promotor yang asli Bavaria, beragam bir yang berkualitas tinggi telah tersedia. Selama berkali-kali, saya ikut makan malam, saya selalu memilih jus daripada bir sehingga promotor tersebut berujar, “Sayang sekali kamu tidak bisa menikmati minuman yang sangat lezat dan menghangatkan di Groningen yang selalu dingin”.
ADVERTISEMENT
Tradisi Bavaria yang juga populer adalah Oktoberfest, sebuah festival bir tahunan terbesar di dunia yang digelar di area yang bernama Theresienwiese. Festival ini berlangsung selama 6 hari, 19 September sampai dengan 4 Oktober, dengan rerata pengunjung sekitar enam juta orang dari segala penjuru dunia. Festival ini memiliki keunikan yang mana sebagian besar pengunjungnya mengenakan pakaian tradisional Bavaria [tracht], dengan makanan yang melimpah, wahana hiburan, sajian musik tradisional, serta bir yang tumpah ruah. Konon, Oktoberfest berawal dari pesta pernikahan Pangeran Ludwig yang kemudian menjadi Raja Ludwig I menikah dengan Putri Therese pada tanggal 12 Oktober 1810, di mana warga Munich diundang untuk menghadiri perayaan yang diadakan di area depan gerbang kota. Dengan adanya pandemi Covid-19, nampaknya tahun ini tak ada Oktoberfest.
ADVERTISEMENT