Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Sekilas Kebun Raya Eka Karya
18 Juni 2021 19:17 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Tatang Muttaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengelola empat Kebun Raya, yaitu: Bogor, Cibodas, Purwodadi, dan Bali. Kebun Raya Bogor yang berada di pusat kota Bogor merupakan kebun raya yang paling beken dan mendunia serta berusia lebih dari dua abad. Berbeda dengan Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas berada di pegunungan tepat di samping Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Cipanas, Jawa Barat. Selanjutnya, Kebun Raya Purwodadi terletak di jalan raya antara Surabaya-Malang dengan udara panas dan kering sehingga mampu membuat pemandangan musim gugur. Terakhir, Kebun Raya Bali yang terletak di daerah Bedugul memiliki keunikan tersendiri karena memadukan penelitian botani, pelestarian tumbuhan, pendidikan, dan rekreasi dengan menikmati indahnya tumbuhan hutan hujan tropik dan kehidupan beraneka burung.
ADVERTISEMENT
Tim Direktorat Pendidikan Tinggi dan Iptek Kementerian PPN/Bappenas yang dipimpin oleh Dimas Suryo berkesempatan berkunjung ke Kebun Raya Eka Karya Bali bersama Imam Syafii dan Yudi Lesmana (15 Juni 2021). Di Kebun Raya ini terletak di ketinggian 1.250-1.450 mdpl, dengan luas 157,5 hektare ini, Tim Direktorat Pendidikan Tinggi dan Iptek diterima Kepala Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali, Didit Okta Pribadi.
Merujuk laman resmi Kebun Raya Bali https://krbali.lipi.go.id, kehadiran Kebun Raya di Pulau Dewata ini bermula dari gagasan Direktur Lembaga Pusat Penyelidikan Alam yang merangkap sebagai Kepala Kebun Raya Indonesia, Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo, dan I Made Taman, Kepala Lembaga Pelestarian dan Pengawetan Alam saat itu yang berkeinginan untuk mendirikan cabang Kebun Raya di Bali. Pucuk dicinta ulam tiba, gagasan Prof. Setyodiwiryo akhirnya mendapat dukungan dari Pemprov Bali pada tahun 1958, di mana Pemprov Bali secara resmi menawarkan kepada Lembaga Pusat Penyelidikan Alam untuk mendirikan Kebun Raya di Bali di lahan seluas 50 ha yang mencakup areal hutan reboisasi Candikuning serta berbatasan langsung dengan Cagar Alam Batukau. Tepat pada tanggal 15 Juli 1959 Kebun Raya “Eka Karya” Bali diresmikan sebagai realisasi SK Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 19/E.3/2/4 tertanggal 19 Januari 1959.
Ide nama “Eka Karya” berasal dari I Made Taman yang bermakna Kebun Raya pertama yang merupakan hasil kerja bangsa Indonesia sendiri setelah Indonesia merdeka. Kebun raya ini dikhususkan untuk mengoleksi tumbuhan berdaun jarum (Gymnospermae) dari seluruh dunia karena jenis-jenis ini dapat tumbuh dengan baik di dalam kebun raya. Dari sisi tema, Kebun Raya Eka Karya mengedepankan koleksi tumbuhan dataran tinggi kawasan Indonesia bagian Timur.
ADVERTISEMENT
Saat ini, menurut Kepala Kebun Raya Eka Karya Bali, Didit Okta Pribadi, luas kebun raya mencapai 157,7 Ha dengan status koleksi per Mei 2021 meliputi: 219 suku, 1014 marga, 2430 jenis, dan 23.012 spesimen. Proses bisnis di Kebun Raya Eka Karya meliputi: (1) eksplorasi untuk menentukan lokasi, habitat, dan spesies tanaman, serta melakukan pengumpulan data dan material hidup tanaman; (2) adaptasi dan seleksi terhadap tanaman hasil eksplorasi; (3) manajemen koleksi melalui penanaman dan perawatan di kebun, serta pengamatan dan pengumpulan data atas koleksi tanaman secara lengkap; (4) penelitian dan pengembangan yang melingkupi karakteristik, habitat dan persebarannya, cara tumbuh dan berkembangnya; dan (5) penggunaan/utilisasi tanaman melalui domestikasi untuk pangan, obat, dan lainnya, serta pemanfaatan untuk reintroduksi tanaman lokal dalam proses rehabilitasi habitat dan restorasi ekosistem.
ADVERTISEMENT
Proses bisnis ini sejalan dengan tujuan dari dibentuknya kebun raya, yaitu konservasi, domestikasi, serta reintroduksi dan restorasi. Konservasi sangat penting karena baru sekitar setengah tanaman bunga yang ditemukan, sedangkan Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan biodiversitas tertinggi di dunia. Di samping itu, eksplorasi baru banyak dilakukan di wilayah barat, sedangkan di wilayah timur sedikit sekali dilakukan karena terkendala akses. Indonesia masuk dalam 34 biodiversity hot spot, di mana biodiversitas tinggi namun laju penurunan juga tinggi karena deforestasi.
Di samping konservasi, aspek domestikasi juga sangat krusial karena mengubah tanaman liar menjadi tanaman budidaya dan sampai saat ini riset terkait domestikasi masih sangat terbatas. Sebagai contoh, dari 866 food crop taxa di dunia, hanya 25 yang berasal dari Indonesia. Selanjutnya, reintroduksi dan restorasi juga penting dilakukan karena semakin banyaknya lahan kritis. Eksplorasi dan konservasi tumbuhan dengan penambahan koleksi termasuk tumbuhan endemik, langka, terancam punah, jenis baru, dan lainnya. Untuk itu dilakukan kegiatan pembibitan, pemeliharaan koleksi, herbarium, perbanyakan tanaman, pengumpulan data registrasi, dan monitoring kesehatan pohon.
ADVERTISEMENT
Dalam penempatan koleksinya, Kebun Raya Eka Karya membagi beberapa area koleksi tematik. Beberapa area yang menarik adalah taman obat yang berisikan koleksi tanaman yang digunakan dalam pengobatan tradisional yang bersumber dari dokumentasi lontar Usada, serta taman upacara yang berisikan koleksi jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara agama Hindu di Bali. Hal ini dimaksudkan agar kebun raya tidak hanya berfungsi sebagai konservasi tumbuhan semata, namun juga memiliki andil dalam preservasi kebudayaan.
Untuk mendukung proses bisnisnya, Kebun Raya Eka Karya didukung berbagai sarana prasarana penelitian. Laboratorium kultur jaringan untuk memperbanyak koleksi secara in-vitro tanaman langka dan endemik. Selanjutnya, seed bank melalui kerja sama dengan Kew Garden Royal Botanic Garden, UK, dalam program Millenium Seed Bank yang merupakan metode konservasi ex-situ yang efisien. Koleksi biji per September 2019 mencapai 213 nomor koleksi, 50 suku, 105 marga, dan 147 jenis. Di samping itu, sarana dan prasarana berupa laboratorium botani terapan untuk penggalian potensi/aktivitas biologi tanaman antioksidan, antimikroba, dan sejenisnya, serta penyilangan untuk mendapat varietas baru.
Terkait reintroduksi, rehabilitasi, dan restorasi dilakukan beragam kegiatan yang mencakup: koordinasi, survei, pengangkutan bibit, monitoring, penyulaman, persemaian, dan juga penanaman. Aspek rehabilitasi dilakukan dengan adanya lahan seluas 3 ha di Desa Lebih, Gianyar yang merupakan lahan tidak produktif. Jumlah bibit yang ditanam sekitar 4.500 pohon mahoni, nilam, dan lainnya. Selanjutnya, dilakukan juga reintroduksi cemara pandak di kawasan hutan Bukit Pohen.
ADVERTISEMENT
Untuk memperkuat upaya yang telah dilakukan, Kebun Raya Eka Karya mengoptimalkan jaringan kebun raya nasional yang hingga tahun 2020 telah terdapat 45 kebun raya yang mewakili 17 tipe ekoregion dari 44 ekoregion yang ada. Usulan pengembangan kebun raya baru diupayakan di tipe ekoregion yang baru sehingga kontribusi Kebun Raya Indonesia makin meningkat dalam upaya konservasi jenis tumbuhan terancam punah (6.623 jenis, 82.292 spesimen), dan pendampingan pembangunan Kebun Raya Daerah. Di samping jaringan nasional, pemanfaatan jaringan Kebun Raya Internasional juga penting. Di antaranya dengan tergabung dalam Botanic Gardens Conservation International.
Selanjutnya, saat ini masih dilakukan proses integrasi data kebun raya yang selama ini tersebar dan masih dikembangkan masing-masing. Upaya integrasi dilakukan melalui Makoyana Indonesia dengan laman makoyana.lipi.go.id, namun database yang dikembangkan masih berupa informasi koleksi sehingga belum sepenuhnya terintegrasi. Juga sedang dikembangkan aplikasi untuk pemutakhiran untuk merespon database yang bersifat dinamis. Untuk itulah beragam ikhtiar perlu diselaraskan agar bisa berorkestrasi untuk memperkuat kebun raya baik untuk riset, pendidikan dan pemanfaatan khazanah kekayaannya.
ADVERTISEMENT
**Tatang Muttaqin