Cerpen: Perjalanan Menuju Puncak Tertinggi di Tanah Jawa

Tatang Ruhiyat
Tatang Ruhiyat, Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
30 Desember 2021 13:57 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tatang Ruhiyat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Para pendaki yang sedang berada di Ranu Kumbolo, Gunung Mahameru, Minggu (14/07/2019) Foto : Tatang Ruhiyat. https://www.instagram.com/tangru__/
zoom-in-whitePerbesar
Para pendaki yang sedang berada di Ranu Kumbolo, Gunung Mahameru, Minggu (14/07/2019) Foto : Tatang Ruhiyat. https://www.instagram.com/tangru__/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari ini adalah hari yang akan terasa panjang untuk aku bersama sahabatku yaitu Ferdi, Nazar, dan Vela memutuskan untuk pergi ke Puncak Gunung Semeru sebagai perayaan kami lulus dari sekolah. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak adalah 10 - 13 Jam bahkan ada yang memakan waktu 2 hari 1 malam. Hari pertama kami sedang berada di pos Ranu Pane untuk mengecek kembali keperluan untuk memastikan apakah sudah lengkap atau tidak. Sebelum melakukan pendakian, Ferdi memberikan informasi mengenai aturan-aturan yang harus dijalankan seperti jangan buang sampah sembarangan, menjaga kebersihan, dan jangan berkata yang tidak baik. Kemudian Ferdi mulai memimpin doa. “Sebelum mendaki agar kita diberi kelancaran mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing berdoa dimulai,” Semuanya khusyuk dalam memanjatkan doa agar diberi keselamatan dan setelah selesai kami pun berjalan beriringan. Langkah demi langkah kami menyusuri pos demi pos ketika di pos 4 Ferdi memberi perintah agar kami untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan ke Ranu Kumbolo. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Ranh Kumbolo adalah 30 Menit. “Kita istirahat disini,” ucap Ferdi. “Akhirnya istirahat juga,” ucap Vela sambil menghela nafas lega. “Ferdi ini kira-kira masih jauh menuju Ranu Kumbolo? “ aku bertanya kepada Ferdi. "Lumayan lah," ucapnya. Kami semua berisitirahat duduk santai dan sesekali meminum persediaan air yang kami bawa. “Yuk lanjut yuk,” ucap Nazar. “Bentar lagi dong Nazar,” ucap Vela dengan nada sebal. “Iya nih bentar lagi ya,” ucapku. Nazar pun duduk lagi dan jika dilihat ekspresinya dia sepertinya kesal. Tak butuh waktu lama setelah istirahat 15 menit kami melanjutkan pendakian atas instruksi Ferdi kebetulan juga dia orang yang sudah berpengalaman dalam mendaki gunung. Dan setelah beberapa menit berjalan akhirnya sampai juga di Ranu Kumbolo jujur aku takjub dan terpesona dengan keindahan tempat ini walaupun terik matahari yang terasa membakar kulit namun tak mengurangi pesona Ranu Kumbolo. “Ferdi kita istirahat lagi disini kan?” ucap Nazar. “Iya istirahat,” ucapnya. “Akhirnya,” ucap aku, Vela, dan Nazar Senyum seketika terbit di wajahku rasanya aku kagum dengan ciptaan Yang Maha Kuasa dengan segala keindahannya tak lupa kami mengabaikan momen ketika berada di sini namun sayangnya perjalanan kami harus dilanjutkan karena rencananya kami harus sampai di pos terakhir mendekati malam. “Yuk jalan lagi,” Dengan berat hati aku meninggalkan tempat ini namun aku juga tak sabar ingin mencapai puncak Gunung Semeru. Kami berjalan dan melewati bukit terjal yang dinamakan “Tanjakan Cinta”. Selama di perjalanan kami semua diam dan fokus untuk berjalan yang aku dengar hanya suara embusan angin Setelah lama berjalan kami sampai di pos Cemoro kandang dan beristirahat lagi sejenak dan tak terasa waktu pun sudah mulai sore. Kami bersiap-siap untuk menggunakan peralatan yang dibutuhkan seperti memasang senter ikat kepala, menggunakan jaket tebal, dan keperluan yang lain. Setelah selesai kami berjalan lagi menuju pos terakhir yaitu Kali mati. Aku rasa perjalanan terasa sangat lama menuju pos yang terakhir ini. “ Ferdi apakah masih lama?” ucap Nazar. “Lumayan,” ucapnya. “Lumayan bagaimana kita sudah beberapa menit berjalan ,” Ucap Vela. “Ya sudah kalo mau istirahat, tapi hanya 15 menit ya,” Kami memberi jempol sebagai pertanda setuju. 15 menit berlalu dan melanjutkan ke pos Kalimati. “Ayo bentar lagi sampai,” ucap Ferdi memberikan semangat kepada kami. Dan akhirnya sampai di Kalimati “Ye akhirnya,” ucap Nazar sambil merilekskan badannya. “Kakiku sakit tahu,” ucap aku dan Vela dengan nada kesal. Ferdi yang melihat kami hanya bisa menggelengkan kepala dan menunggu kami bertiga untuk beristirahat. Setelah dirasa cukup Ferdi memberikan perintah untuk melanjutkan perjalanan menuju Kelik. Perjalanan yang dibutuhkan sangat lama membutuhkan 4-6 jam untuk sampai puncak, tapi kami semua tetap bersemangat untuk mencapai puncak dengan alasan perayaan kelulusan kami. Kami berjalan terus dengan penuh keyakinan dan ketika kami tiba di trek pasir kasar dan harus bersiap karena ketika melangkah akan terasa merosot. “Aduh kenapa ini enggak sampai-sampai,” ucap Nazar. “SABAR KITA PASTI BISA,” ucap Ferdi dengan suara lantang. “Aku capek ,” ucap Vela dengan muka memerah yang sepertinya akan menangis "Ayo Vela, kita bisa ya,” ucapku pelan dan berusaha meyakinkan Vela dan akhirnya dia mengangguk setuju. Digelapnya malam kami terus berjalan menuju puncak dan ketika di tengah-tengah perjalanan yang menguras tenaga terlihat cahaya kuning kemerahan muncul diarah timur. “Teman-teman lihat itu!” ucap Nazar sambil menunjuk tangan ke arah timur. Seketika kami menoleh ke arah timur dan takjub mengenai kejadian yang dilihat. Matahari Terbit" ucap Vela “Ayo semangat sebentar lagi sampai,” Kami berjalan lagi dengan penuh semangat yang membara. Dan akhirnya sampai di puncak. Tangisan kami semua pecah aku dan Vela berpelukan Nazar yang selama ini aku lihat dia selalu kuat sekarang dia menangis dengan tersedu-sedu. “Kita berhasil,” ucap Ferdi. “Iya,” ucapku dengan suara serak. “Oh iya aku bawa bendera merah putih,” ucap Ferdi dan mengibarkan bendera merah putih dengan tongkat kayu. Melihat Sang Saka Merah Putih berkibar di puncak tertinggi membuat bulu kuduk merinding dan kami menyanyikan lagu Indonesia Raya. Gunung Semeru mengajarkan kami pentingnya sebuah usaha yang harus dinikmati prosesnya disertai kesabaran. Setiap langkah yang dijalani tak akan membuat sia-sia surat manis dari Gunung Semeru yang akan selalu diingat.
ADVERTISEMENT