Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pentingnya PMB dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran
17 Maret 2024 10:13 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Tati MPA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Program pendidikan "Merdeka Belajar " membawa paradigma baru bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada penilaian kognitif semata, melainkan juga penilaian afektif dan psikomotorik. Terutama dengan munculnya era disrupsi yang signifikan, serta dengan perkembangan era digital dan industri 4.0.
ADVERTISEMENT
Lembaga pendidikan, khususnya pesantren dan madrasah, diharapkan dapat beradaptasi dengan cepat dan melihat ke depan untuk menyongsong masa yang akan datang. Mereka diharapkan dapat memainkan peran penting sebagai agen perubahan dalam politik pendidikan di Indonesia, tanpa mengabaikan tanggung jawab mereka sebagai agen konservasi.
Oleh karena itu, adaptabilitas dan kefuturistikannya sekolah menjadi kunci. Sekolah merupakan cermin dari suatu bangsa, dan karenanya, pengembangan kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan menjadi sangat penting. Salah satu langkah yang ditempuh adalah melalui program "Merdeka Belajar ".
Manfaat Kolaborasi Guru dan Siswa dalam PMB
Merdeka Belajar bukan sekadar konsep, melainkan sebuah visi yang mencerminkan kemerdekaan berpikir dalam dunia pendidikan, yang dimulai dari peran guru sebagai agen utama dalam pembangunan pendidikan nasional. Program Merdeka Belajar (PMB) diharapkan dapat merangsang kerja otak siswa dalam memahami materi pelajaran sambil menekankan pembentukan nilai-nilai karakter, dengan tujuan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Inisiatif ini juga bertujuan untuk menggali potensi terbaik dari guru dan siswa, mendorong inovasi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Merdeka Belajar memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan, membebaskan dosen dari birokrasi yang rumit, dan memberikan kebebasan kepada mahasiswa dalam memilih bidang studi yang diminati. Fokus pada penyelenggaraan kurikulum yang menyenangkan, inovatif, dan kreatif, membantu menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran.
Sylviana Murni, dalam Seminar Nasional "Merdeka Belajar: Menuju Indonesia Maju 2045," menyampaikan empat program kebijakan Merdeka Belajar, termasuk penggantian USBN dengan ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan, penggantian UN tahun 2021 dengan asesmen kompetensi minimum, penyederhanaan RPP, dan fleksibilitas zonasi PPDB. Langkah-langkah ini menunjukkan upaya untuk memberikan fleksibilitas kepada sekolah dan guru dalam menilai hasil belajar siswa serta menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan aktual.
ADVERTISEMENT
Peran PMB dalam Inovasi Kurikulum
Kurikulum Merdeka Belajar bukan sekadar sebuah konsep, melainkan juga sebuah visi yang mencerminkan kemerdekaan berpikir dalam dunia pendidikan. Ini merupakan langkah maju yang bertujuan untuk mengatasi krisis pembelajaran yang tengah dihadapi. Kurikulum Merdeka Belajar didesain untuk pembelajaran yang menyenangkan, tanpa tekanan, dan lebih santai, menjadi inovasi penting pemerintah untuk membawa pendidikan di Indonesia sejajar dengan negara-negara lain yang memberikan kebebasan memilih sesuai dengan minat.
Namun, saya meyakini bahwa peran guru dalam mengembangkan dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar tidak dapat diabaikan. Guru memiliki peran penting dalam menyusun tujuan pembelajaran yang relevan, merancang proses pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta mengevaluasi hasil pembelajaran. Mereka juga harus mampu mendesain pembelajaran berbasis merdeka belajar, mengikuti perkembangan teknologi, dan menanamkan nilai-nilai baik di tengah kemajuan dunia yang pesat.
ADVERTISEMENT
Meskipun telah diterapkan sejak tahun 2019, masih terdapat kendala dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Minimnya interpretasi guru terhadap konsep merdeka belajar, kurangnya sarana dan prasarana, serta kesulitan dalam menata rencana pembelajaran menjadi beberapa faktor penghambat. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman guru terhadap konsep merdeka belajar juga menjadi kendala, karena minimnya referensi dan pelatihan yang tersedia.
Oleh karena itu, menurut pandangan saya, perlu adanya upaya lebih lanjut untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar. Pelatihan yang lebih intensif dan peningkatan akses terhadap referensi yang relevan menjadi langkah penting untuk mengatasi kendala yang masih dihadapi dalam penerapan kurikulum ini. Dengan demikian, saya yakin Kurikulum Merdeka Belajar dapat memberikan dampak positif yang lebih besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT