'Apa kabar', dari Basa-basi hingga Hal Berarti di Era Pandemi

Tatum Septianing Laras
Sarana menulis opini dan cerita. Sarjana Sains, Universitas Gadjah Mada.
Konten dari Pengguna
31 Agustus 2021 15:29 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tatum Septianing Laras tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi komunikasi melalui smartphone. Sumber gambar: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi komunikasi melalui smartphone. Sumber gambar: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menginjak 19 bulan keadaan di tengah pandemi, apa kabar hari ini? Banyak ups and down yang sudah kita lalu selama hampir 19 bulan ini. Kita memang sedang berusaha baik-baik saja di tengah keadaan yang tidak baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Media sosial sebagai teman akrab kita belakangan ini semakin banyak dan menjadi kebutuhan dasar untuk digunakan, mulai dari chat, video conference, jual beli online, bahkan hingga donasi. Apakah kita sudah menggunakan sosial media tersebut dengan semestinya? Jangan-jangan kita hanya peduli dengan aplikasi belanja online dengan menumpuk barang belanjaan di keranjang dan lupa dengan keadaan orang yang kita sayangi.
Mungkin sebelum pandemi, bertegur sapa di media sosial, menanyakan kabar atau bahkan menanyakan tentang sehat atau tidaknya menjadi hal yang kadang terkesan basa basi. Akan tetapi, keadaan pandemi nampaknya telah menggeser beberapa hal bahkan hal kecil ini. Pertanyaan mengenai kabar melalui teks sebelum pandemi sering diartikan sebagai basa-basi. Bahkan sebelum pandemi ketika bertanya kabar malah dijawab dengan 'ada apa sih? langsung to the point aja', tergelitik sekali saya mengingat semua itu. Tapi pandemi ini mengajarkan makna apa kabar yang sesungguhnya, bukan hanya sekadar lip service apalagi hanya melalui teks melainkan memang ingin mengatahui keadaan yang menjadi lawan komunikasi.
ADVERTISEMENT
Banyak dari kita yang mendapati pertanyaan kabar, terlebih saat kita sedang tidak sehat atau mungkin sedang menjalani isolasi mandiri menjadi hal kecil namum berarti. Memulihkan semangat untuk terus berusaha sembuh, berusaha untuk tetap semangat.
Ilustrasi video conference keluarga. Sumber gambar: Pixabay.com
Memulai untuk peduli dengan sekitar bisa diawali dari lingkungan paling penting dari kita, keluarga, kerabat dekat dan teman dekat. Banyak dari kita bertanya dengan orang-orang terdekat malah menjadi hal yang canggung. Alih-alih sebelum ke orang lain kenapa tidak menanyakan ke lingkar paling dekat terlebih dahulu. Siapa tahu keluarga yang jauh di jarak, tidak sedang baik-baik saja.
Ilustrasi rapat online melalui video conference. Sumber gambar: Pixabay.com
Jika Anda seorang atasan atau seorang ketua atau seorang yang berada di posisi pimpinan, coba sesekali tanyakan kabar kepada rekan kerja atau kepada bawahan. Tidak hanya menanyakan kerjaan atau menagih kerjaan yang semakin membuat rekan kerja menjadi semakin tertekan. Cobalah untuk meluangkan sedikit waktu untuk mengetahui kabar rekan kerja, tidak harus dengan memberikan suplemen atau vitamin jika memang belum berkenan. Cukup dengan bertanya mengenai keadaan kepada mereka, akan sedikit banyak memberi dampak positif untuk dalam dunia pekerjaan. Pertanyaan kabar itu, sedikit banyak juga memberikan rasa 'perhatian' kepada rekan kerja. Bentuk kepedulian ini juga tidak hanya akan semata-mata untuk membangun hubungan yang baik, tetapi juga menumbuhkan sense of care di dalam diri.
ADVERTISEMENT
Setelah bertanya kabar kepada lawan komunikasi, entah mereka sedang baik-baik saja atau sedang kurang baik, iringi dengan doa atau support dalam bentuk lain yang bisa membangkitkan semangat kembali. Bahkan dengan kata ajaib 'stay safe' atau 'stay healthy' saja bisa membangkitkan kembali semangat dan membangun positive vibes. Semoga bermanfaat.