Konten dari Pengguna

Calon Presiden dan Konsolidasi Demokrasi

Taufiq A Gani
Peminat bidang teknologi informasi, literasi dan perpustakaan, reformasi birokrasi, dan ketahanan nasional.
25 April 2023 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufiq A Gani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Democracy Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Democracy Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Bu Mega sudah menjawab teka-teki banyak pihak siapa yang akan diusung oleh PDIP sebagai bakal calon Presiden RI dalam Pilpres 2024. Sampai saat ini sudah ada dua orang yang didukung oleh koalisi partai sehingga memenuhi kecukupan syarat jumlah kursi. Pertama, Anies Baswedan yang didukung oleh koalisi partai Nasdem, PKS dan Demokrat. Kedua, Ganjar Pranowo yang didukung oleh PDIP yang memenuhi syarat untuk mengajukan calon secara mandiri tanpa perlu berkoalisi. Masyarakat juga sedang menanti calon-calon selanjutnya,
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, sebentar lagi mesin-mesin politik kedua kubu sudah siap sedia untuk dihidupkan. Mereka para calon akan menjadi sentral dalam membentuk proses tahapan pilpres dengan narasi-narasi politik yang akan dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pendidikan politik bagi anak bangsa.
Dinamika Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI tahun 2024 tidak lain adalah amanat untuk melaksanakan demokrasi Pancasila, yaitu sebuah demokrasi yang berdasarkan falsafah hidup bangsa Indonesia, Pancasila dengan wawasan kebangsaan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dalam mencapai tujuan nasional. Dinamika pilpres ini bukan untuk mengembangkan wawasan lain, yang tidak sejalan dengan empat konsensus dasar yang sudah disepakati dalam pendirian Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
ADVERTISEMENT
Harus kita ingat juga bahwa dalam ilmu politik, Pilpres 2024 ini sebenarnya adalah tahapan lanjutan dari konsolidasi demokrasi (Kris Nugroho, 2001) yang harus dijalankan oleh bangsa Indonesia setelah tergulingnya pemerintah orde baru, dilanjutkan dengan era reformasi. Dengan demikian bangsa Indonesia harus melakukan konsolidasi demokrasi, dalam kondisi tingkat budaya politik (Almon dan Verba, 1989) dan toleransi politik bangsa Indonesia yang rendah berdasarkan hasil survey dari Litbang Kompas dan pengukuran indeks demokrasi oleh The Economist Intelligence Unit (EIU).
Keduanya dilakukan pada tahun 2022. Namun perlu dicatat juga bahwa partisipasi politik dalam pilpres 2014 dan 2019 sebelumnya adalah tinggi, sehingga perlu diingat selalu bahwa tingkat partisipasi politik yang tidak didukung oleh budaya politik harus diwaspadai karena intensitas kerentanan akan meningkat, yang akhirnya akan mengancam ketangguhan ketahanan nasional dan integrasi nasional.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini akan mencoba apa harapan bangsa Indonesia terhadap Anies dan Ganjar sehubungan dengan konsolidasi demokrasi.

Konsolidasi Demokrasi

Konsolidasi demokrasi adalah sebuah proses stabilisasi setelah jatuhnya sebuah rezim, untuk kasus Indonesia bisa kejatuhan orde baru, dan bangkitnya rezim baru, yaitu era reformasi sebagai pengganti. Mulainya era reformasi dimulai dengan berbagai macam perubahan, seperti otonomi daerah dan pemilihan umum secara langsung yang penuh tantangan dan guncangan. Menstabilkan demokrasi atau disebut konsolidasi demokrasi memerlukan kesadaran terhadap budaya politik, yaitu orientasi masyarakat terhadap proses politik.
Para calon yang menjadi sentral perhatian masyarakat selama masa pencalonannya sangat diharapkan mengambil peran besar dalam pengembangan budaya politik. Mereka tidak diharapkan untuk menghalalkan segala cara untuk kemenangan perolehan suara, tetapi sesuai dengan demokrasi Pancasila mereka berdua diharapkan tampil sebagai contoh pemimpin dalam pendidikan politik yang harus diberikan kepada masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pendidikan politik kepada masyarakat Indonesia sangat diperlukan karena bangsa Indonesia sangat multikultural, yaitu berbeda budaya, etnis dan agama yang memerlukan toleransi untuk mencegah kerentanan perpecahan di masyarakat. Kampanye adalah sebuah sarana pendidikan politik dan juga ruang politik antara peserta pemilu dan masyarakat dan meyakinkan pemilih dengan narasi tawaran visi, misi, program, dan/atau citra diri peserta pemilu.
Pendidikan politik yang diharapkan diberikan oleh bakal calon presiden adalah dalam bentuk contoh keteladanan dari mereka berdua untuk tidak membiarkan narasi yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa seperti pengalaman sebelumnya.

Narasi Politik Penunjang Konsolidasi Demokrasi

Pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019 yang lalu di Indonesia telah menjadi ajang politik yang sarat dengan narasi-narasi yang mempertajam polarisasi politik. Narasi-narasi seperti kampret, cebong, tampang boyolali, dan lain sebagainya hanya memperburuk penilaian terhadap budaya politik dan menghambat konsolidasi demokrasi Indonesia. Oleh karena itu, calon presiden seperti Anies dan Ganjar serta mesin-mesin politiknya diharapkan dapat memberikan narasi-narasi yang mencegah polarisasi dan menggantikannya dengan narasi politik berwawasan kebangsaan.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah polarisasi politik, calon presiden diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat dengan menyampaikan narasi yang bersifat menyatukan. Narasi-narasi seperti mengajak merayakan demokrasi dengan menjunjung tinggi nilai persatuan, kesatuan, dan kebhinekaan dapat membantu membangun kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap pasangan calon presiden.
Selain itu, narasi politik berwawasan kebangsaan harus efektif memperkuat demokrasi dan stabilitas politik negara. Dalam hal ini, calon presiden dapat memberikan narasi yang mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan suara dengan bijak, yaitu kepadanya bagi memajukan negara ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini, narasi yang menegaskan tawaran komitmen keadilan, integritas, dan demokrasi sebagai dasar negara juga dapat memperkuat demokrasi dan stabilitas politik negara.
Selanjutnya, narasi politik berwawasan kebangsaan harus memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik dan tidak terjebak kepentingan pribadi, etnis dan golongan. Narasi yang menegaskan tawaran komitmen untuk memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik dan menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa, menghargai perbedaan pendapat, dan menjaga kebersamaan sebagai satu bangsa yang berdaulat dan bermartabat, dapat menjadi pemicu kebangkitan Indonesia.
ADVERTISEMENT

Simpulan

Calon dalam Pemilihan Presiden Republik Indonesia tahun 2024. Keduanya diharapkan dapat memainkan peran penting dalam konsolidasi demokrasi Indonesia, yaitu proses stabilisasi setelah jatuhnya sebuah rezim, untuk kasus Indonesia bisa kejatuhan orde baru, dan bangkitnya rezim baru, yaitu era reformasi sebagai pengganti.
Konsolidasi demokrasi memerlukan kesadaran terhadap budaya politik, yaitu orientasi masyarakat terhadap proses politik. Para calon diharapkan menjadi contoh pemimpin dalam pendidikan politik yang harus diberikan kepada masyarakat Indonesia, terutama dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dalam mencapai tujuan nasional. Kedua tokoh ini harus tampil sebagai contoh pemimpin dalam kampanye dan memainkan peran penting dalam membentuk proses tahapan Pilpres dengan narasi-narasi politik yang akan dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pendidikan politik bagi anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Narasi yang baik dari calon presiden adalah narasi yang mampu memperkuat demokrasi dan stabilitas politik negara, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Para calon, bersama mesin-mesin politiknya, diharapkan dapat memberikan narasi-narasi yang positif dan inspiratif untuk mendorong Indonesia maju ke arah yang lebih baik.