Mencari Pemimpin yang Selesai dengan Dirinya Sendiri untuk Indonesia

Taufiq A Gani
Peminat bidang teknologi informasi, literasi dan perpustakaan, reformasi birokrasi, dan ketahanan nasional.
Konten dari Pengguna
28 Maret 2023 17:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufiq A Gani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemimpin perusahaan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemimpin perusahaan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Indonesia sebentar lagi akan melaksanakan kembali pemilihan umum di tahun 2024. Pemimpin yang dicari melalui Pemilu 2024 adalah untuk mengisi jabatan presiden, kepala daerah, anggota DPR RI dan anggota DPRD. Para pemilih mulai memikirkan bagaimana sosok pemimpin ideal untuk posisi-posisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki daerah yang luas dan banyak suku. Setiap daerah memiliki berbagai macam masalah pembangunan. Namun setiap daerah juga memiliki beragam potensi sumber daya. Dengan demikian, peran pemimpin hasil Pemilu 2024 akan sangat penting untuk menyelesaikan masalah dan tantangan pembangunan, serta memanfaatkan potensi secara optimal.
Berbagai teori kepemimpinan telah disajikan dalam berbagai perspektif melalui media dan literatur ilmiah. Tulisan ini bertujuan sebagai pendamping dari teori tersebut, yaitu mendapatkan pemimpin terbaik yang berintegritas dan bebas konflik kepentingan, di samping mengidentifikasi hambatan dalam penjaringan pemimpin tersebut.
Gagasan pentingnya karakter berintegritas dan bebas konflik kepentingan bagi seorang pemimpin perlu dianalisis lebih lanjut. Banyak pemimpin yang gagal melaksanakan atau mempertahankannya karena situasional dan transaksional yang berhubungan dengan jabatan dan kewenangannya.
ADVERTISEMENT
Laporan KPK RI menunjukkan bahwa total jumlah anggota DPR RI/DPRD, gubernur, bupati/wali kota, dan pejabat bereselon yang terlibat tindak pidana korupsi dari tahun 2020 ke tahun 2021 naik sebesar 104,17 persen (lebih dari dua kali lipatnya), yaitu dari 48 orang di tahun 2020 menjadi 98 orang di tahun 2022.
Bahkan sangat disayangkan, dunia perguruan tinggi yang seharusnya penuh dengan nilai idealisme terindikasi gagal menegakkan nilai tersebut sehingga saat tulisan ini diturunkan beberapa pimpinanya sedang berhadapan dengan proses hukum.
Dengan demikian, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana calon pemimpin dapat membentuk dan menjaga integritas serta bebas konflik kepentingan.
Ilustrasi pemimpin memberikan inspirasi dan motivasi. Foto: Shutterstock
Tidak bisa dimungkiri lagi bahwa ancaman paling besar bagi pemimpin dalam pemerintahan saat ini adalah penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan untuk tindakan korupsi. Lord Acton mengatakan bahwa Power Tends to Corrupt—An Absolute Power, Corrupt Absolutely.
ADVERTISEMENT
Jack Bologna mengenalkan teori GONE sebagai model motivasi tindak korupsi, di mana Greedy (Keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan). KPK memformulasikannya teori tersebut sebagai dua hal yaitu serakah dan tak pernah puas.
Tidak pernah ada kata cukup dalam diri pemimpin yang serakah. Keserakahan bersama dengan kesempatan menjadi katalisator terjadinya tindak pidana korupsi.
Bagi pemimpin pemerintahan saat ini sulit sekali untuk menghindar dari sifat demikian, tulisan ini mencoba mengangkat sebuah solusi supaya pemimpin yang terpilih tidak terlibat dalam tindak korupsi , yaitu seorang pemimpin harus sudah selesai dengan dirinya sendiri.
Dalam bahasa yang lain, Widiya Solihat (2018) menuliskan di kompasiana bahwa pemimpin harus sudah selesai dengan pribadi atau hatinya. Yang diharapkannya adalah cuma ridho Allah SWT semata dan manfaat usahanya untuk masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Tidak mudah mengubah diri menjadi ideal seperti itu, oleh karena itu Marfa (2020) menuliskan selesai dengan diri sendiri adalah wujud berdamai dengan diri sendiri, selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan untuk kelompok masyarakat yang dipimpinnya dengan terus bijak mencari pendekatan untuk memajukan masyarakat yang dipimpinnya.
Dengan memperhatikan dua gagasan di atas, tulisan ini mencoba merumuskan pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya dengan tiga formula, yaitu sosok yang sudah yakin dirinya sudah cukup (i am enough), yakin dirinya sudah selesai (i am finished), dan yakin dirinya memiliki ketahanan pribadi yang cukup untuk menyelesaikan permasalahan pribadi tanpa memanfaatkan wewenang atau kekuasaan yang dimiliki.
Kecukupan pribadi (iam enough) terindikasi dari perjalanan panjang atau rekam jejak karier calon pemimpin. Calon pemimpin tersebut sudah dapat menunjukkan bahwa dia sudah mencapai titik maksimal untuk diri pribadinya sendiri.
Ilustrasi kunci jadi pemimpin. Foto: Shutterstock
Cita-cita pengembangan diri pribadinya sudah tercapai, yaitu berupa harta yang sudah diperolehnya untuk penyediaan kebutuhan hidupnya. Calon tersebut bisa menunjukkan bahwa harapan keluarga dan lingkungan untuk dirinya sudah dapat dipenuhinya.
ADVERTISEMENT
Misalnya pendidikan sudah diselesaikan sampai jenjang yang diharapkan keluarga, sudah menempati jabatan setinggi posisi yang diharapkan keluarga. Semua kecukupan sudah didapat, kepribadian keluarganya tanpa perlu menggunakan kewenangan atas jabatan kepemimpinannya.
Tulisan ini tidak membantah bahwa persyaratan pemimpin untuk sudah selesai dengan dengan dirinya adalah sangat berat dan penuh hambatan untuk didapatkan. Selanjutnya akan dilihat apa yang menghambat bagi calon pemimpin untuk itu.
Ahmad Burhan Hakim dan Muhyidin (2022) dalam artikelnya menyetujui bahwa salah satu tujuan demokrasi adalah memberikan peluang bagi siapa saja untuk bisa menjadi pemimpin berkualitas. Namun sayangnya politik biaya tinggi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan money politic lebih dominan daripada adu tentang ide gagasan. Akibatnya adalah calon-calon pemimpin yang kapabel menjadi tidak muncul.
ADVERTISEMENT
Sahroni dkk (2019) juga dalam artikelnya mengatakan bahwa partai politik saat ini sudah menjadi entitas yang tidak dapat dipisahkan dari uang. Uang telah menjadi darah bagi kehidupan partai politik. Namun Sahroni dkk melihat inovasi dan kreativitas melaksanakan Politik Tanpa Mahar oleh sebuah partai adalah sebuah upaya menurunkan biaya tinggi politik dan memperbesar terjaringnya calon pemimpin yang berkualitas.
Sebagai kesimpulan, negara dalam pembinaan kepemimpinan nasional baik di jajaran pemerintahan pusat dan daerah baik untuk eksekutif, legislatif dan yudikatif harus memperhatikan kaderisasi untuk menjamin bahwa Indonesia tetap memiliki pemimpin yang berkompetensi baik dan berintegritas.
Pemimpin terbaik tersebut tidak hanya didapat dari usaha pengembangan kompetensi dan kepribadian calon. Menjadi sosok yang sudah selesai dengan dirinya sendiri adalah sebuah indikator calon pemimpin ini siap untuk menegakkan integritas dan bebas konflik kepentingan.
ADVERTISEMENT
Sosok pribadi ini juga harus didukung oleh sistem rekrutmen atau pemilihan bukan dengan biaya tinggi, sehingga memberikan kesempatan luas bagi putra-putri terbaik bangsa sebagai pewaris Indonesia menjadi pemimpin di masa datang.