Embung Tesabela: Sumber Air Desa Oenaek di Musim Kemarau

Taumy Alif Firman
Blogger yang sudah mengunjungi 30 provinsi di Indonesia dan 10 negara di Asia.
Konten dari Pengguna
8 Oktober 2018 6:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taumy Alif Firman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sore ini, Desa Oenaek tampak begitu gersang. Debu bertebaran dijalanan, pohon-pohon dengan daun yang jarang tumbuh berkelompok. Udara panas dan matahari sore pun terasa menyengat. Beberapa area terbuka tampak dengan jelas pecahan batu berwarna putih dan abu-abu. Tidak satu pun terlihat aktivitas pertanian. Jalur berkelok yang terkadang tanjakan dan turunan menjadi pelengkap perjalanan kali ini, dan diujung jalan sana, aspal pun kini berganti jalan berbatuan.
Sepuluh menit berlalu, jalanan berbatuan yang mulanya tampak rumah warga dikiri dan kanan jalan sudah berganti dengan pepohonan yang daunnya tak hijau lagi. Kecepatan kendaraan pun hanya berkisar 30 kilometer per jam. Guncangan selama perjalanan menjadi warna tersendiri menuju tujuan kami yaitu Embung Tesabela.
ADVERTISEMENT
Secara harfiah, banyak orang yang sulit membedakan antara embung dan bendungan. Sebenarnya, embung dan bendungan fungsinya sama yaitu penyimpan dan penyedia air. Bedanya terletak pada sumber air. Sumber air pada embung berasal dari air hujan, sedangkan pada bendungan sumber airnya berasal dari sungai.
Pada musim penghujan, embung akan menyimpan air sebanyak-banyaknya hingga kapasitas maksimal. Air ini kemudian tetap tertampung hingga musim kemarau tiba. Di musim kemarau ini lah, air pada embung akan dialirkan sesuai pemanfaatannya, seperti perairan untuk perkebunan, sawah hingga sebagai sumber air bersih dikawasan sekitar embung. Hal ini pun berlaku untuk embung Tesabela.
Sebagai salah satu embung yang terletak di Desa Oenaek, embung Tesabela menjadi sumber air potensial dengan kapasitas 12 ribu ton dan diharapkan mampu mengatasi permasalahan air ketika musim kemarau untuk perkebunan buah premium yang sedang digarap. Embung ini pun menjadi salah satu bentuk konsenrvasi air tadah hujan. Pembangunan embung Tesabela benar-benar memperhatikan topografi dan fungsi penggunaan kedepannya. Hal ini sangat penting agar embung ini bisa termanfaatkan secara maksimal. Bahkan salah satu proyeksi pemanfaatan kawasan disekitar embung ditujukan untuk ekowisata. Ini lah salah satu bentuk konservasi air seperti yang digagas oleh ADES, karena dengan memanfaatkan air semaksimal mungkin tanpa membuang-buangnya, maka kita sudah menjadi bagian “cintai air, cintai hidup”.
ADVERTISEMENT