Konten dari Pengguna

Menggapai Asa di Kebun Organik pada Musim Kemarau

Taumy Alif Firman
Blogger yang sudah mengunjungi 30 provinsi di Indonesia dan 10 negara di Asia.
8 Oktober 2018 6:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taumy Alif Firman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Musim kemarau begini, airnya sangat sulit. Lihat saja alirannya sangat kecil seperti itu” ucap Romo Marsel ketika membawa kami ke sumber air terdekat dengan kebun organik.
Menggapai Asa di Kebun Organik pada Musim Kemarau
zoom-in-whitePerbesar
Air menjadi salah satu masalah utama di Bea Muring bagi petani kebun organik. Bedeng-bedeng yang ditanami sayur-sayur organik tampak mulai menguning karena kekeringan. Tanahnya tidak lagi tampak basah. Sumber air pun hanya satu, berjarak sekitar 500 meter dengan medan terjal hingga 45 derajat.
ADVERTISEMENT
Agar kebun organik tetap basah, para petani beserta keluarganya dengan sabar memasukkan air kedalam jerigen dari sumber mata air satu-satunya dibawah lereng bukit. Jika diukur, debit airnya pun tidak lebih dari 45 mililiter per detik. Sehingga untuk mengisi sebanyak 4 jerigen berukuran 5 liter butuh waktu hampir 15 menit. Dari sini, air kemudian dipikul ke atas Kawasan kebun organik. Air ini lah yang akan digunakan untuk menyirami sayur yang sudah ditanam.
Menggapai Asa di Kebun Organik pada Musim Kemarau (1)
zoom-in-whitePerbesar
Cara menyiram tanaman sayurnya pun butuh teknik khusus, agar air yang diambil tidak terbuang percuma. Caranya dengan menutup mulut jerigen dengan telapak tangan, kemudian air dialirkan melewati ujung jari. Air yang keluar ini pun langsung diarahkan ke tanaman dengan cara melingkari area daun. Dengan begini, tanaman tercukupi air nya.
ADVERTISEMENT
Menggapai Asa di Kebun Organik pada Musim Kemarau (2)
zoom-in-whitePerbesar
Sebagai kebun organik, penggunaan unsur haranya pun sangat diperhatikan. Tidak ada satu pun unsur anorganik yang ditambahkan. Pupuk kompos organik yang dikelola oleh masyarakat Bea Muring pun dimanfaatkan dengan baik untuk menjaga unsur hara tanah. Dengan begini, asa untuk tetap berkebun di musim kemarau terjaga, meskipun hasilnya belum maksimal. Tetapi setidaknya, hasil sayurannya masih bisa dijual atau dinikmati oleh para keluarga petani kebun organik untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga.