Lagu Remaja Hits, Bikin Betah di Toxic Relationship

Tiara Chantika
Psychology Student - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
2 Desember 2022 22:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Chantika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Toxic Relationship. Sumber: https://images.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Toxic Relationship. Sumber: https://images.pexels.com
ADVERTISEMENT
“Aku yang minta maaf walau kau yang salah
Aku kan menahan walau kau ingin pisah
ADVERTISEMENT
Karna kamu penting
Lebih penting
Dari semua yang ku punya”.
Penggalan lirik di atas berasal dari lagu berjudul “Lebih Dari Egoku” yang dipopulerkan oleh Mawar De Jongh, seorang aktris yang juga merambat sebagai penyanyi berkebangsaan Indonesia-Belanda. Lagu ini cukup populer di kalangan anak muda Indonesia sejak perilisannya pada tahun 2019. Hingga saat ini, video klip lagu tersebut telah ditonton lebih dari 55 juta kali di platform Youtube dan 66 juta kali diputar pada platform Spotify. Jika berkesempatan mungkin anda akan mendengar lagu ini menggaung di kafe, pusat perbelanjaan, bahkan dibawakan pada pentas seni sekolah menengah atas.
Sekilas tidak ada yang salah dari lagu ini, nadanya enak didengar, begitu pula dengan suara Mawar yang begitu sopan masuk ke dalam telinga. Namun jika kita cermati liriknya, sepertinya lagu ini tidak cukup baik jika didengar oleh muda-mudi zaman sekarang yang masih labil dalam bersikap dan mengambil keputusan. Bukan tanpa alasan, lirik dari lagu ini seolah menafsirkan bahwa tidak apa-apa jika kekasih kita melakukan sebuah kesalahan apapun itu jenisnya. Adanya masalah dalam suatu hubungan tidak perlu diambil pusing, sebuah kesalahan merupakan hal yang wajar dan patut untuk dimaafkan.
ADVERTISEMENT
Lagu ini menceritakan seseorang yang tengah terjebak dalam toxic relationship dan tidak bisa lepas dari ikatan itu. Penyebabnya adalah karena ia masih memiliki rasa cinta yang begitu dalam kepada pasangannya sehingga terasa sangat sulit untuk melepaskan. Jika lagu ini didengar oleh para remaja belum cukup umur yang seringnya menerima informasi mentah-mentah, tentu saja akan menimbulkan dampak yang kurang baik pada mereka. Apapun alasannya, hubungan toksik wajib dihentikan karena hanya memberikan kerugian bagi pasangan yang menjalaninya.
Toxic relationship dan dampak bagi si korban
Toxic Relationship dalam bahasa Indonesia berarti hubungan beracun. Beracun disini bukan berarti kita berhubungan sambil meminum racun, melainkan hubungan yang dijalankan sangat tidak sehat sehingga tidak tercapainya rasa cinta dan kebahagiaan atas hubungan itu sendiri. Hubungan jenis ini sangat tidak layak untuk dijalani dan dipertahankan karena hanya menimbulkan rasa sakit belaka. Namun, mereka yang berada dalam hubungan ini akan selalu memiliki beribu alasan untuk bertahan, biasanya penyebabnya adalah karena rasa sayang yang begitu besar maupun adanya ancaman dari pasangan.
ADVERTISEMENT
Jika tidak diatasi, maka toxic relationship akan memicu gangguan emosional bahkan psikologis. Orang yang terjebak dalam hubungan ini akan merasa bahwa diri mereka tidak berguna dan tidak berdaya. Mereka akan selalu berada di bawah dominasi pasangannya dan tidak memiliki upaya untuk melawan. Meskipun buruk, sayangnya toxic relationship seringkali dimaklumi oleh sebagian orang. Mereka beranggapan bahwa timbulnya masalah dalam suatu hubungan merupakan hal yang wajar karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Ini yang menyebabkan mereka terus mempertahankan hubungan walaupun hubungan yang mereka jalani tengah berada di ujung tanduk.
Lalu apakah lagu yang didengar berkaitan dengan perilaku seseorang?
Perilaku sangat erat kaitannya dengan kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari. Bahkan, ada sebuah quotes dari Aristoteles, seorang filsuf asal Yunani yang berbunyi:
ADVERTISEMENT
“Kita adalah apa yang berulang kali kita lakukan. Oleh karena itu, keunggulan bukanlah tindakan tetapi kebiasaan”.
Segala sesuatu akan menjadi kebiasaan jika kita lakukan secara berulang-ulang. Jika setiap hari kita mendengar atau menonton sesuatu yang kurang baik, maka hal ini akan tertanam dalam memori kita. Otak akan menafsirkan sesuatu tersebut menjadi sebuah hal yang wajar dan dapat dimaklumi, padahal kenyataannya tidaklah begitu.
Hal ini pula yang disebut dengan istilah sugesti. Dilansir dari Wikipedia, sugesti adalah proses psikologis dimana seseorang membingungkan pikiran, perasaan atau perilaku orang lain. Sugesti dilakukan di dalam lingkup alam bawah sadar. Dalam aliran psikoanalisis Sigmund Freud, alam bawah sadar adalah alam yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan pembentukan karakter kita sehari-hari. Konklusinya, jika pikiran alam bawah sadar diisi oleh hal-hal positif, maka kualitas hidup kita akan menjadi lebih baik, berlaku pula sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Contohnya adalah ketika kita mendengar lagu yang meromantisasi fenomena toxic relationship. Lama-kelamaan, kita akan tersugesti bahwa perilaku toxic relationship merupakan bukti sebuah kesetiaan. Padahal toxic relationship mesti dicegah karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental si korban. Namun berkat adanya lagu-lagu tersebut, fenomena ini seakan-akan suatu hal yang biasa terjadi di dalam sebuah hubungan. Sehingga timbulah suatu pemikiran yang menyebutkan bahwa bertahan dalam rasa sakit lebih baik dibandingkan tidak setia dan memilih untuk pergi.
Maraknya lagu bertema cinta, ambil positifnya buang negatifnya
Jika kita mengamati perkembangan musik Indonesia saat ini, lagu-lagu bertemakan cinta sangatlah populer dan mendominasi dibandingkan lagu dengan tema lainnya. Hal ini juga didukung oleh banyaknya musisi pendatang baru dengan lagu-lagu hits bertemakan cinta, seperti Tiara Andini dengan lagu “Terlanjur Mencinta” juga “Tak Ingin Usai” karya Keisya Levronka. Di Indonesia, lagu tentang cinta memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Saking banyak pendengarnya, meliris lagu bertema cinta memiliki peluang yang sangat baik bagi para penyanyi untuk meraih popularitas.
ADVERTISEMENT
Mendengar lagu cinta memiliki manfaatnya tersendiri. Salah satunya adalah dapat mengeluarkan emosi yang terperangkap dalam batin. Karena melalui lagu, kita dapat mengungkapkan perasaan terpendam kita yang mungkin sulit untuk diungkapkan. Walaupun begitu, sebaiknya lagu cinta yang didengarkan haruslah bermakna positif, bukan bermakna negatif yang nantinya malah menjadi penyebab timbulnya perilaku tidak baik pada si pendengar.
Sayangnya, lagu cinta bermakna negatif sangat banyak tersebar di dunia musik Indonesia. Bukan hanya lagu “Lebih Dari Egoku”, lagu “Aku Cuma Punya Hati” yang dipopulerkan oleh Mytha juga mewajarkan fenomena toxic relationship. Sebenarnya, tidak ada larangan untuk menikmati lagu-lagu tersebut. Hanya saja, kita harus pandai-pandai menyaring informasi negatif yang disuguhkan dalam sebuah lagu, ambil baiknya dan buang buruknya.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang individu, kita memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu. Mendengarkan dan menyukai beragam genre musik tidak ada salahnya. Akan tetapi, kita juga harus memahami makna dari lagu tersebut karena apa kita dengar akan mempengaruhi perilaku dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Mari menyerap hal-hal positif agar hidup terasa jauh lebih baik!