Menyoal Transisi dan Tantangan Pemuda Dalam Dunia Kerja

Teddy Triyadi Nugroho
Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2020 6:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Teddy Triyadi Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : blog.modalku.co.id
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : blog.modalku.co.id
ADVERTISEMENT
Persoalan mengenai pemuda merupakan bahasan paling menarik di era saat ini, terlebih memang pemuda merupakan salah satu aktor kunci dalam sebagian besar proses perubahan ekonomi dan sosial. Dalam pengertiannya ada banyak batasan umur dalam mendefinisikan pemuda. Batasan umur terebut ditentukan oleh konteks sosial-politik dan budaya di wilayah masing-masing. Setiap daerah punya batasan yang berbeda, berbagai lembaga baik nasional maupun internasional juga mempunyai batasan umur yang berbeda. Di PBB misalnya pemuda/youth berumur antara 15-24 tahun .Sedangkan di Indonesia dalam UU No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan, batasan umurnya yakni 16-30 tahun.
ADVERTISEMENT
Selain itu pula Pemuda juga di definisikan sebagai sebagai salah satu komponen dalam masyarakat modern mempunyai posisi yang dilematis. Menurut Jones yang dikutip dari Oki misalnya melihat pemuda mempunyai dua sisi yakni dilihat sebagai pahlawan (heroes) maupun penjahat (villains) . Pemuda begitu dipuja karena kemudaan serta potensi kreatifnya, namun di sisi lain oleh orang dewasa dianggap belum matang dan harus diberikan bimbingan. Oleh karenanya pemuda selalu menjadi salah satu komponen yang dalam hal ini diperhatikan namun juga disisi lain diabaikan.
Pemuda juga merupakan salah satu komponen masyarakat menempati posisi penting bagi keberlanjutan masa depan bangsa. Namun di sisi lain, pemuda juga rentan terhadap risiko yang disebabkan oleh factor internal maupun eksternal terutama di era modernitas lanjut dimana ketidakpastian dalam menghadapi masa depan semakin besar Salah satu fase transisi yang krusial serta rentan terhadap risiko ketidakpastian adalah transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja . Dalam hal ini persoalan mengenai pengangguran adalah salah satu hal yang menjadi permasalahan yang terus muncul dalam setiap zaman.
ADVERTISEMENT
Dinamika Pemuda Di Indonesia
Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia saja meningkat bahkan sebelum adanya wabah Covid 19. Menurut data tingkat pengangguran masih didominasi oleh kelompok usia muda yang berusia 15-24 tahun, yakni 16,28 persen. Terlebih juga pengangguran terdidik justru semakin tinggi. Ini artinya memang masalah pengangguran masih tetap menjadi permasalahan kaum muda dalam menghadapi era modernisasi seperti sekarang ini. Untuk itu dilihat dari perspektif fungsional yang menempatkan pemuda sebagai salah satu sub sistem dalam masyarakat, tingginya tingkat pengangguran sebernarnya merupakan problem yang serius, tidak hanya bagi utuhnya stabilitas nasional,namun juga kohesi sosial dalam masyarakat serta keberlanjutan masa depan bangsa.
Melalui pendidikan tinggi harapan pemuda untuk memperoleh karir atau pekerjaan yang lebih baik akan semakin terbuka, namun di era neoliberalisme, privatisasi, deregulasi, dan liberalisasi justru semakin mempersulit pemuda dalam mendapatkan hal itu. Pasar dalam hal ini pasar tenaga kerja tidak lagi mampu mempertahankan ikatan-ikatan di dalamnya dan menyebabkan relasi sosial perlahan mulai hilang sehingga pemuda hanya menjadi komoditas.
ADVERTISEMENT
Pada konteks Indonesia, angka partisipasi sekolah bagi pemuda berumur 16-18 tahun yang rendah menunjukkan hambatan objektif untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ,perjalanan transisi pemuda tidak berjalan mulus namun diwarnai fragmentasi dan ketidakpastian.Hal tersebut ditambah lagi dengan tingkat pengangguran di Indonesia yang tinggi. Perekonomian makro yang semakin berkembang kerap menjadi jargon keberhasilan pemerintah,namun kenyataannya masih banyak pemuda terdidik yang menganggur karena tidak memperoleh pekerjaan.
Pemuda dan Persaingan Dunia Kerja
Persoalan mengenai kurangnya lapangan pekerjaan adalah bahasan yang melulu tidak pernah terselesaikan. Hal itu karena,Menurut Beck yang dikutip pada suyatna, pada era modernitas lanjut ketersediaan lapangan pekerjaan baik dari lembaga negara maupun perusahaan swasta menjadi hal yang langka. Para pemuda secara refleksif menerapkan berbagai macam strategi guna mengatasi keterbatasan lapangan kerja, strategi ini termanifestasi secara objektif baik dalam sektor formal maupun nonformal. Hal ini secara teoritis, menunjukkan bahwa sebagai subjek refleksif.
ADVERTISEMENT
Implikasi persaingan tenaga kerja yang tidak menjanjikan, membuat pemuda di era perkembangan teknologi yang begitu pesat, memiliki kecenderungan untuk memiliki pilihan dalam melanjutkan sistem ekonomi di masyarakat dengan cara mereka sendiri, contohnya membangun usaha/bisnis. Sudah banyak start-up yang ada di Indonesia dimana penggeraknya adalah anak muda. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan bahwa industri kreatif akan menjadi penopang ekonomi nasional di masa yang akan datang dan industri kreatif di Indonesia sekarang merupakan penyumbang terbesar ketiga setelah Amerika dan Korea Selatan pada PDB negara .
Untuk itu banyak pemuda yang mulai menjalankan peluang usaha melalui ekonomi kreatif dengan memanfaatkan capital yang dimiliki. Jenis kapital tersebut antara lain kapital ekonomi, sosial, dan budaya. Teori capital dari bordeu dapat menjelaskan hal ini. Dalam pengertiannya menurut Bordeu Kapital ekonomi adalah tingkat pemilikan agen atas pendapatan dan kekayaan, yang secara obyektif termanifestasi dalam bentuk uang. Kapital ekonomi merupakan salah satu bentuk kapital yang paling mudah untuk ditukar, disimpan, dan dikalkulasi.
ADVERTISEMENT
Modal sosial dan Ekonomi Kreatif Kaum Muda
Kapital social sebagai kumpulan dari sumber daya potensial dan atau aktual yang dikaitkan dengan kepemilikan suatu jaringan kerja pada waktu tertentu dari hubungan pokok terlembaga dari saling kenal dan saling mengakui. Keanggotaan dalam kelompok memberi kemudahan bagi anggotanya dengan memberi dukungan dari modal yang dimiliki secara kolektif. Sementara itu Kapital budaya adalah pemilikan agen atas benda-benda material yang dianggap memiliki prestige tinggi, pengetahuan, dan ketrampilan yang diakui otoritas resmi serta kebiasaan, yang manifestasinya dapat berupa material, non-material, maupun institusional .
Dalam hal ini potensi pemuda Indonesia sebagai agensi kreatif nyata terlihat dalam berbagai sektor ekonomi kreatif. Mereka secara aktif mencoba mensiasati kurangnya lapangan pekerjaan formal yang disediakan oleh Negara maupun lembaga swasta yang lain, yang dapat terlihat dalam dua aspek yaitu ekonomi kreatif yang digerakkan oleh ordinary youth dan spectacular youth. Pemuda dari kelompok ordinary youth berstrategi mengembangkan ekonomi kreatif terutama yang terkait dengan everyday life aspect dari berbagai lapisan masyarakat. Sedangkan pemuda dari kelompok spectacular youth mengembangkan ekonomi kreatif berdasarkan gaya hidup maupun subkultur pemuda dari kelas sosial tertentu. Bentuknya dapat terlihat dari produksi film, seni musik, fashion. Mereka secara aktif membangun networks capital mengkonversi modal budaya dengan modal ekonomi sebagai upaya kreatif dalam menghadapi transisi.
ADVERTISEMENT
Richard Florida seperti yang dikutip dalam bukunya The Rise of Creative Class dan Cities and Creative Class yang menyebutkan bahwa manusia pada dasarnya adalah kreatif, apakah ia seorang pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja di gang senggol yang sedang membuat musik hip-hop, perbedaannya terletak pada statusnya. Artinya bahwa ekonomi kreatif itu merujuk pada kemampuan seorang dalam melihat peluang agar dapat mekonversi segala capital yang dipunyai menjadi resources.
Dalam prosesnya, strategi pemuda dalam memanfaatkan peluang termanifestasi Dalam dua ranah yakni baik di dalam perkuliahan dan di luar perkuliahan. Mereka mengakumulasi serta mengonversi kapital, baik ekonomi, sosial, dan budaya, sebagaimana dijelaskan Bourdieu . Dalam hal ini banyak pemuda yang membangun bisnis lewat akumulai modal budaya yang mereka punyai. Seperti misalnya banyak bermunculan kedai kedai kopi yang di bangun oleh anak muda karena maraknya budaya mengenai kopi dan senja. Sekarang kopi dinikmati dengan makna yang terkandung di dalam kopinya. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kopi yang misalnya menggunakan puisi sebagai daya Tarik kaum muda. Misalnya saja Kopi Kenangan, Kopi Lain Hati, Kopi Janji Jiwa, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi para kaum muda yang mana kehidupan keseharian mereka sudah dipenuhi oleh berbagai aktivitas dunia maya, yang terpengaruh dengan trend-trend budaya yang kian massif. Banyak juga pada akhirnya bermunculan berbagai jenis toko online yang menjual berbagai jenis produk sesuai selera kaum muda, yang juga di dirikan oleh kaum muda.
Tantangan dan Peluang Pemuda
Hal ini tentu saja menjadi sebuah peluang pada pemuda itu sendiri untuk dijadikan sebuah capital ekonomi. Terlebih lagi menurut Hasanuddin pemuda memiliki karakter 3C yaitu Creative, Connected, dan Confidence . Pemuda memiliki capital sosial yang besar karena terhubung dengan media sosial yang hampir di gunakan oleh anak muda. Data menunjukan bahwa jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 130 juta pada tahun 2019, data itu jika di persentasikan adalah 56% dari populasi masyarakat Indonesia. Hal itu tentunya sangat besar, koneksi yang terjalin sekarang menyebar melalui jaringan internet yang mempermudah komunikasi yang berjauhan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut merupakan salah satu modal sosial yang dimiliki oleh pemuda dalam memanfaatkan peluang dalam dunia kerja. Persoalan pasar tenaga kerja yang relative tidak memihak kepada pemuda, memang harus dicarikan solusinya. Oleh karenanya pemuda sebagai sebuah komponen masyarakat yang memiliki resiko, harus memanfaatkan terlebih dahulu berbagai kapitalnya didalam ranah nya sebelum masuk kepada arena pasar tenaga kerja.
Gelar yang nantinya didapatkan pemuda setelah kuliah juga belum dapat memastikan untuk mendapakan pekerjaan yang layak. Untuk itu pemanfaatan modal sosial disaat seperti sekarang ini harus dimanfaatkan, di era sekarang berbagai platform digital mulai bermunculan yang juga di inisiasi oleh anak muda. Dapat dikatakan bahwa aktivitas bisnis sosial ekonomi kreatif dalam hal ini merupakan pilihan lain bagi berbagai kelas sosial dalam menciptakan peluang ekonomi.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan distribusi ekonomi di masyarakat akibat kesejahteraan yang selalu berkorelasi pada pemenuhan kebutuhan material, nyatanya dapat disubstitusi pada pilihan menjadi agen sociopreneur muda. Dengan begitu persoalan lapangan pekerjaan yang selalu menjadi permasalahan bersama dapat diatasi melalui peran pemuda dalam penciptaan lapangan kerja baru untuk kaum muda.