Kecanduan Digital dan Penyebabnya: TikTok, YouTube Short, dan Instagram Reels

Tedja Mukti Nugraha
Mahasiswa Universitas Brawijaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Psikologi
Konten dari Pengguna
3 Desember 2022 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tedja Mukti Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat kalian sedang berada dalam waktu kosong, apakah kalian pernah menghabiskan waktu hanya untuk melihat konten pendek, seperti TikTok, Youtube Short, dan Instagram Reels? Sangat lamanya, kita tidak menyadari bahwa sudah berjam-jam mata kita mengacu ke layar telepon genggam kita. Lalu, dari pengguna-pengguna tersebut, siapa sajakah yang sering menghabiskan waktunya hanya untuk melakukan hal tersebut?
ADVERTISEMENT
Mungkin di benak kalian, pengguna tersebut adalah individu yang masih berkisar usia muda atau remaja. Kalian tidak salah juga untuk berpikir seperti itu karena topik ini sudah banyak diteliti oleh para mahasiswa di Indonesia, khususnya tentang kecanduan TikTok. Lalu, individu seperti apa yang terjerat dalam kecanduan tersebut? Ada dua sebutan untuk individu tersebut, yaitu pengguna medsos aktif dan pengguna medsos pasif. Untuk topik kali ini, kita hanya membahas pengguna medsos pasif.
Pengguna Medsos Pasif
Apa itu pengguna TikTok pasif? Pengguna media sosial pasif menurut Osatuyi (2015) adalah pengguna media sosial yang hanya mengamati tanpa adanya interaksi dengan pengguna lain. Pengguna yang tidak login terlebih dahulu atau tidak mempunyai akun termasuk pengguna pasif karena pengguna tersebut tidak bisa memberikan suka, komentar, dan berinteraksi dengan pengguna lain.
ADVERTISEMENT
Penyebab Candu TikTok,Instagram Reels,Youtube Short
Nah, menurut kalian, apa sih yang membuat pengguna pasif TikTok,Instagram Reels,dan Youtube Short ketagihan untuk terus melihatnya selama berjam-jam? Jawaban paling simpelnya adalah rasa ingin tahu. Maksudnya bagaimana? Simpelnya adalah pengguna pasif scrolling tanpa henti karena diawali dengan rasa ingin tahu. Nah, rasa ingin tahu awalnya dipicu karena motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar berupa mekanisme hadiah (hadiah/kepuasan). Jadi, saat kita melihat ikon aplikasi TikTok, Instagram, dan YouTube membuat cara berpikir otak kita mengatakan bahwa pasti ada sesuatu yang menarik jika kita membuka aplikasi tersebut untuk diambil efek kepuasannya. Lalu, saat motivasi ekstrinsik ini dijalankan (membuka aplikasi tersebut) kita akan melihat konten-konten pendek yang disuguhkan secara langsung sehingga memicu secara biopsikologi motivasi intrinsik atau motivasi dari dalam diri kita sendiri dengan cara mengaktifkan aktivitas di otak tengah dan nukleus akumbens yang menciptakan suatu hormon, yaitu dopamin.
Ilustrasi Otak. (Foto: Pixabay)
Dopaminlah yang memberikan efek kepuasan dari informasi yang kita dapatkan dari konten-konten TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Short tersebut. Lalu, dengan tipe kontennya yang pendek dan ditambahkan sistem algoritma pada telepon genggam kita, dopamin akan muncul seketika karena kita tidak perlu lama-lama untuk memahami kontennya dan akan terus ada di sepanjang konten-konten pendek yang kita scrolling terusmenerus karena sistem algoritmanya. Itulah mengapa kita tidak bisa stop scrolling karena kita terus menerus memiliki rasa ingin tahu terhadap konten-konten selanjutnya untuk mendapatkan efek kepuasan singkatnya yang diciptakan oleh hormon dopamin dari otak kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Chandra, S. D. (2022). PERBEDAAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL TIKTOK PADA REMAJA PENGGUNA AKTIF DAN PASIF. Ranah Research: Journal of Multidisciplinary Research and Development, 4(4), 340-346.
Kidd, C., & Hayden, B. Y. (2015). The psychology and neuroscience of curiosity. Neuron, 88(3), 449-460.