Konten dari Pengguna

Berpikir Terlalu Subjektif? Mungkin Kamu Mengalami Confirmation Bias

Putri Aulia Salsabila
Merupakan Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
6 Desember 2022 18:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Aulia Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi "Orang Kebingungan." Foto: Putri Aulia S
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "Orang Kebingungan." Foto: Putri Aulia S
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian mendengar ucapan "berpikir itu pakai otak, bukan pakai hati." ketika merespon sesuatu secara sentimental? Pada kenyataannya, segala tindakan maupun perkataan kita dikendalikan oleh otak, yang mana otak pun tidak selalu logis dan dapat mengalami kesalahan dalam mengkognisi sesuatu, bahkan terkadang otak menandang sesuatu secara terlalu subjektif, lho! fenomena ketika hal itu terjadi dinamakan dengan confirmation bias. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai confirmation bias, yuk simak penjelasan berikut!
ADVERTISEMENT
Konsep Confirmation Bias
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai confirmation bias, perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa confirmation bias merupakan salah satu jenis bias kognitif. Nah, Menurut Blanco (2017) bias kognitif merupakan penyimpangan sistematis (baik secara sadar maupun tidak) dari rasionalitas dalam penilaian atau pengambilan keputusan. Bias kognitif sendiri merupakan fitur bawaan otak yang tidak dapat dihilangkan dan diperlukan, lho. Hal ini dikarenakan setiap informasi yang diproses oleh otak kita akan tersimpan di dalam memori, sedangkan memori sendiri memiliki kapasitas yang terbatas.
Nah, Dari penjelasan mengenai bias kognitif tadi, dapat kita simpulkan bahwa hal tersebut tentunya dapat menimbulkan berbagai macam kemungkinan, salah satunya adalah confirmation bias. Confirmation bias sendiri menurut Nickerson (1988), merupakan kecenderungan individu dalam mencari dan menginterpretasikan sebuah informasi berdasarkan keyakinan maupun gagasan yang telah dimiliki. Penyebab utamanya tentu saja dapat beragam bagi tiap individu. Namun, bila ditarik secara keseluruhan bisa kita katakan bahwa confirmation bias dapat terjadi karena pada dasarnya, manusia menyukai hal-hal yang sesuai dengan ekspektasinya dan hal tersebut secara otomatis menampik segala hal yang sekiranya berlawanan ataupun tidak memenuhi ekspektasinya atas  gagasan yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Penyebaran dan dampak yang ditimbulkan
Pada masyarakat, confirmation bias dapat berdampak pada tersebarnya pemahaman yang salah akan suatu hal. Namun, karena telah dipercayai benar oleh banyak orang sehingga kesalahpahaman tersebut dianggap sebagai kebenaran. Contohnya, seperti pseudoscience, hoax kesehatan, dan lain-lain. Kesalahpahaman tersebut tentunya dapat membahayakan dan merugikan bila dipercayai secara kolektif karena dianggap dapat diterapkan pada kehidupan bermasyarakat, sedangkan tidak semua orang memercayai hal-hal tersebut sehingga berpotensi menimbulkan konflik antar individu maupun kelompok.
Di samping itu, kemajuan teknologi juga menjadi salah satu penyebab terwujudnya confirmation bias. Dalam hal ini, terjadi pada penggunan media sosial. Dikarenakan terdapat kebebasan berpendapat bagi tiap individu, di mana semua individu dapat menulis pemikirannya pada platform pribadinya dan dapat dilihat oleh individu lain dari berbagai kalangan. Belum lagi algoritma mesin pencarian yang kerap kali membantu terwujudnya confirmation bias dengan menyuguhkan informasi bukan berdasarkan penjelasan yang ilmiah, melainkan berdasarkan preferensi pribadi individu yang dapat disesuaikan dengan pencarian terakhir, postingan yang disukai, komentar, dan interaksi lain yang dilakukan melalui perangkat digitalnya. Hal tersebut tentunya dapat menurunkan kesadaran seorang individu akan kesalahannya dalam mengkognisi sesuatu.
ADVERTISEMENT
Walaupun demikian, confirmation bias tidak selalu diasosiasikan dengan hal yang negatif, bahkan sudah umum ditemui dan diberlakukan dalam ranah hukum. Contohnya, dalam upaya memenangkan sebuah kasus seorang pengacara akan mencari berbagai macam informasi pendukung agar dapat membuktikan bahwa tuntutan yang diberikan oleh jaksa penuntut tidak valid dan nantinya akan dinilai oleh hakim.
Upaya penanganan
Lalu apakah ada upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari confirmation bias tersebut? Seperti yang sudah dinyatakan di awal, bahwa bias merupakan fitur yang tidak dapat dihilangkan dari seorang individu. Namun, tidak perlu khawatir, terdapat cara-cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir munculnya confirmation bias, di antaranya sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Nah, Sebagai kesimpulannya, fenomena confirmation bias sendiri tidak perlu ditanggapi dengan perasaan cemas karena pada dasarnya, manusia akan selalu memiliki kecenderungan untuk bias terhadap sesuatu. Jadi, selama kita berhati-hati dan bijak atas penerimaan dan penyebaran suatu informasi atau gagasan maka tidak perlu khawatir. Oleh karena itu, Kita perlu melatih kemampuan kita dalam mengkurasi sesuatu.
Referensi
Ardi, R., & Pradiri, A.P. (2021). Determinant factors of partisans’ confirmation bias in social media. Humanitas, 18(1). https://dx.doi.org/10.26555/humanitas.v18i1.1966
ADVERTISEMENT
Blanco, F. (2017). Cognitive Bias. In J. Vonk, & T. Shackelford (Eds.), Encyclopedia of Animal Cognition (pp.1-7). Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-47829-6_1244-1
Jones, M., Sugden, R. Positive confirmation bias in the acquisition of information. Theory and Decision 50, 59–99 (2001). https://doi.org/10.1023/A:1005296023424
Nickerson, R. S. (1998). Confirmation Bias: A Ubiquitous Phenomenon in Many Guises. Review of General Psychology, 2(2), 175–220. https://doi.org/10.1037/1089-2680.2.2.175