3 Perusahaan Senior Indonesia yang Sukses Lewati Disrupsi

Konten Media Partner
17 Juli 2019 19:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Saat ini dunia sedang dalam era disrupsi. Para raksasa ekonomi yang menguasai pasar mengalami gejala kekalahan oleh kurcaci millennials dengan bantuan teknologi. Satu-satunya cara yang harus dilakukan oleh para raksasa agar tak bernasib sama dengan Goliath saat dikalahkan Daud adalah dengan berinovasi. Bukan inovasi "biasa", tapi sesuatu yang mampu membuat perusahaan bertahan di era yang begitu cepat berubah dan tak menentu. Bahasa kerennya, VUCA (Volatile, Uncertain, Complex and Ambiguous).
ADVERTISEMENT
Banyak perusahaan besar nasional yang gulung tikar di era disrupsi ini karena omzet yang terus menurun. Ada pula yang bertahan dengan menghadirkan ‘wajah’ dan layanan baru yang sesuai kebutuhan konsumen dan ciri khas disrupsi, digital. Berikut 3 perusahaan Indonesia yang berhasil memanfaatkan gelombang disrupsi, alih-alih hanyut karenanya.

PT Telkom Tbk.

Penandatanganan MoU Telkom dan Grab di Telkom Digisummit 2019. Foto: Alfaddillah/kumparan
Perusahaan telekomunikasi ini berhasil melakukan inovasi yang sejalan dengan perkembangan teknologi. Contohnya adalah terus berinovasi dengan bisnis 'kabel telepon'-nya, menuju era digital dengan kabel serat optik, dan berbagai anak usaha yang gencar dengan berbagai usaha di bidang digital home service.

Djakarta Llyod

Menteri Rini Resmikan MV Dharma, Kapal baru Djakarta Llyod. (Foto: Dok Kementerian BUMN)
BUMN yang bergerak di bidang angkutan barang melalui laut selama lebih dari 68 tahun ini melakukan inisiasi shifting dan menjadikan dirinya sebagai perusahaan operator kargo laut persis seperti perusahaan ojek online. Mereka tak perlu lagi mengangkut kargo menggunakan kapal milik sendiri. Namun dengan cara setiap kapal yang berada dekat dengan permintaan kargo dapat “diperintahkan” untuk mengangkut kargo.
ADVERTISEMENT

Jonas Photo

Suasana di dalam Jonas Photo Studio Jalan Banda, Bandung. (Foto: Serba Bandung)
Bisnis jasa foto studio mendapat tantangan dahsyat akibat berkembangnya teknologi ponsel pintar. Akibatnya, banyak gerai jasa foto studio yang gulung tikar. Sebuah data menyebut, sebelum tahun 2000, terdapat tak kurang dari 4.000 toko foto di Indonesia, dan ketika terjadi peralihan teknologi dari analog ke digital, hanya tersisa 1.000-an toko foto. Ribuan toko foto mati karena bisnis cetak foto sudah kehilangan zaman.
Tantangan tersebut dirasakan betul oleh Jonas Photo, perusahaan jasa foto terkenal di Bandung. Alih-alih memilih mati sebelum bertarung atau menyangkal realitas, Jonas Photo berinovasi untuk mengamankan usahanya.
Arif Hadikusuma yang kini menjabat sebagai CEO Jonas Photo mengakui perusahaannya harus berjuang dan mengalami transisi karena adanya teknologi foto yang baru. Semua sistem operasional dirapikan dan dibuat baru serta membangun infrastuktur. SDM pun diedukasi dari yang sebelumnya hanya mengandalkan kejelian mata, kini harus menggunakan komputer dan software. Kerja keras mereka tidak berakhir sia-sia, kini Jonas Photo terus menguasai pasar jasa bisnis foto utamanya di Bandung.
ADVERTISEMENT
[Penulis : Izzudin|Editor : Nadhira]