5 Mindset Penting Sebelum Berkeluarga

Konten Media Partner
26 Oktober 2019 16:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
5 Mindset Penting Sebelum Berkeluarga
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penulis: Elma Fitria
Co-Founder Sekolah Alam Yogyakarta (SAYOGYA), Praktisi Pendidikan berbasis Fitrah
ADVERTISEMENT
Sebelum masuk jenjang pernikahan, umumnya yang membuat calon suami dan calon istri sibuk belajar adalah tentang ukuran dan syarat kesiapan menikah, kaidah proses menuju pernikahan, hak dan kewajiban di dalam pernikahan, dsb.
Namun ada hal-hal yang belum banyak diungkap dalam persiapan tersebut, padahal ia bersifat lebih mendasar. Hal tersebut adalah keselarasan mindset hidup kita terkait pernikahan dan keluarga. Ada 5 mindset penting yang perlu ditata ulang dalam setiap pikiran laki-laki dan perempuan yang hendak berkeluarga.
Berikut adalah kutipan materi dari kulwap Pra-Nikah dengan suami saya (Muhammad Firman) sebagai narasumbernya, di grup kajian Nouman Ali Khan (NAK) Indonesia.
Berikut ini beberapa mindset yang penting untuk dibangun atau justru harus diubah agar seorang muslim dapat menjalani kehidupan keluarga dengan benar, sesuai dengan maksud Allah atas sistem keluarga.
ADVERTISEMENT

Mindset 1: Kita sudah berkeluarga sedari lajang

Inilah hal mendasar yang masih terlewatkan dari bagaimana kita mempersiapkan pernikahan. Banyak muslim, baik itu laki-laki ataupun perempuan, di masa sekarang yang secara pribadi sangat baik akhlaknya, baik ibadahnya, bahkan sudah tahu banyak tentang ilmu terkait keluarga. Namun pada kenyataan hidupnya sehari-hari, kehidupan pernikahan dan keluarganya masih rapuh, belum kokoh.
Masalahnya adalah di jaman ini, kita tumbuh sebagai manusia individual. Kita melihat diri kita sebagai sesosok manusia, serta menata hidup di seputar cara pandang itu. Kita menyadari bahwa kita lahir dan besar di tengah keluarga, kita pun punya semangat untuk membangun keluarga yang ideal sesuai apa yang sudah kita ketahui. Namun di dalam diri kita, kita masih menjalani hidup untuk mencapai ukuran kesuksesan individual.
ADVERTISEMENT
Bagaimana pendidikan kita, karier kita, kualitas diri kita, bahkan bagaimana ibadah dan hafalan Alquran kita, semua masih berpusat di sekitar ukuran individu.
Itulah mengapa saat seorang muda-mudi selepas lulus kuliah, mulai bekerja, lalu mulai menyiapkan diri untuk menikah, saat itu ia tampak seperti seseorang yang baru belajar apa itu keluarga dan bagaimana caranya membina keluarga. Padahal sejak lahir kita adalah anggota keluarga.
Kita merasa sebelum menikah kita hidup sendiri, dan setelah menikah kita akan mulai berkeluarga. Padahal sejak kecil kita sudah berkeluarga. Namun nyatanya kita memang tidak tahu seperti apa itu ‘berkeluarga’.
Inilah hal paling mendasar yang perlu ditata ulang di pikiran kita sebelum kita menikah. Tanpa membenahi hal ini, kita akan mengalami apa yang dialami oleh begitu banyak orang dalam pernikahannya, puzzle yang tidak kunjung selesai dan tak kunjung terlihat indahnya.
ADVERTISEMENT
Sangat banyak masalah dalam pernikahan dan keluarga yang sumbernya dari kesalahan berpikir di sini.

Mindset 2: Keluarga adalah urusan laki-laki

Banyak laki-laki yang menikah karena ingin mendapatkan istri, mendapatkan anak, dan memiliki keluarga, namun tidak siap untuk mengurusnya.
Bahkan ada juga yang sekedar ingin mendapatkan istri saja. Tidak antusias dengan anak.
Masih jadi persepsi umum bahwa mengurus keluarga dan segala hal domestik adalah domain wanita. Padahal sudah jelas di dalam Alquran segala hal terkait pengelolaan dan pemeliharaan keluarga selalu mengacu kepada laki-laki.
Jadi ini adalah agenda besar yang harus disiapkan oleh setiap laki-laki muslim yang ingin menikah.
Bahwa Islam dirancang untuk diamalkan di dalam keluarga, bukan dalam kehidupan sendiri/membujang. Bahwa Muslim dirancang untuk hidup di dalam keluarga, tidak soliter, dan bahwa keluarga adalah urusan laki-laki.
ADVERTISEMENT
So you have to become an expert on it.

Mindset 3: Wanita hidupnya berpusat di sekitar kelahiran

Ini adalah fitrah wanita. Jika seorang wanita ingin merasakan hidup yang paripurna, maka ia perlu terpanggil untuk menjalani hidup seperti itu.
Wanita adalah tempat tumbuh yang penuh kasih sayang. Oleh karena itu ia mesti terjaga dan terpelihara. Dan semua itu tempatnya adalah di dalam keluarga.
Banyak wanita yang ingin menikah, punya suami dan punya anak, punya rumah yang nyaman tempat berkumpul bersama. Namun di saat yang sama separuh dirinya, di nalarnya, masih tertanam “semangat jaman” yang mengukur pencapaian hidup dari ukuran-ukuran individual yang sempat disebutkan di awal.
Seorang istri dan ibu yang seperti itu akan menjadi pribadi yang terbelah. Dalam dirinya akan ada kebingungan atau kegelisahan karena ditarik ke dua kutub yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini tidak sedang mengatakan bahwa wanita tidak perlu punya keahlian atau pencapaian profesional.
Jika seorang wanita memang Allah beri potensi dan amanah untuk memiliki peran sosial atau profesional, maka itu adalah panggilan hidup dari Allah. Tentulah Allah akan mudahkan ia menempuhnya dan memenuhinya.
Namun jika di saat yang sama Allah telah membawa seorang wanita ke dalam kehidupan pernikahan dan keluarga, maka dedikasinya yang utama adalah untuk keluarga.

Mindset 4: Keluarga adalah tempat hidup wanita

Sesungguhnya, dalam kalimat “Wanita hidupnya berpusat di sekitar kelahiran dan oleh karena itu keluarga adalah tempat hidup wanita,” ada pemahaman-pemahaman mendasar terkait fitrah wanita, dan bagaimana Allah menata kehidupan wanita.
Hal itu bahkan bisa kita pahami dari melihat bagaimana biological life span tubuh wanita sejak ia lahir hingga tua.
ADVERTISEMENT
Saat seorang anak wanita tercipta sebagai janin di rahim ibunya, di dalam tubuh janin itu sudah tercipta sel-sel yang akan menjadi bakal sel telur yang aktif saat ia dewasa kelak. Jumlahnya sudah tetap, tidak bertambah lagi. Jika semua bakal sel telur tersebut sudah aktif dan akhirnya habis, saat itulah seorang wanita memasuki masa menopause.
Maka proses reproduksi, hamil, melahirkan, dan mengasuh anak melewati tahun-tahun pertama adalah bagian tak terpisahkan dari jatidiri wanita. Itu adalah jalan psikologis dan jalan spiritual untuk sepenuhnya menjadi wanita.
Hal tersebut HARUS BENAR-BENAR DIPAHAMI oleh laki-laki. Kamu akan melamar seorang wanita menjadi istrimu. Kamu akan membawanya ke dalam perjalanan itu. Kamu juga adalah pemeliharanya saat ia menjalani perjalanan memenuhi fitrah penciptaannya. Itulah tampaknya salah satu pengertian dari “Arrijaalu qawwamuna alannisaa”
ADVERTISEMENT

Mindset 5 : Keluarga adalah amanah utama seorang laki-laki.

Leading a family is The Prime Leadership.
Jadi seorang laki-laki jangan bangga pada pekerjaan atau perusahaan kita. Bukan kepada apa-apa yang kita miliki. Pekerjaan adalah supporting system untuk kita memelihara keluarga.
Kecuali jika pada pekerjaan anda, Allah letakkan juga amanah dakwah dan amanah penciptaan anda. Maka anda harus bisa mengemban keduanya dengan seimbang.
__
Tulisan Elma Fitria yang lain dapat dilihat di elmafitria.wordpress.com
[Editor: Tristi]