Konten Media Partner

6 Ciri Keluarga Toxic yang Perlu Kamu Waspadai

9 September 2020 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
6 Ciri Keluarga Toxic yang Perlu Kamu Waspadai
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Penulis: Ezhar Kusdwirama
Work from home dimasa pandemi Covid-19 membuat waktu kebersamaan bersama keluarga lebih banyak dari pada hari-hari biasanya. Hal ini berpengaruh kepada tingkat keharmonisan lingkungan keluarga. Ada yang semakin harmonis dan ada juga yang semakin runyam.
ADVERTISEMENT
Keharmonisan keluarga bisa menjadi runyam ketika dalam hubungan keluarga tersebut terdapat salah satu anggota keluarga yang toxic. Lalu seperti apa keluarga toxic yang dimaksud tersebut?
Berikut penjelasan dari Anissa Faradilla, S.Psi yang kami wawancarai via chat.
"Keluarga toxic adalah hubungan yang tidak sehat dalam sebuah keluarga. Bisa terjadi antara anak dengan orang tua," ucap Anissa.
Annisa melanjutkan, keluarga toxic pun bisa berupa antar saudara dengan saudara lainnya, Bisa juga keluarga jauh lainnya seperti sepupu dan lain lain yang masih berkaitan erat di sebuah lingkup keluarga.
"Perilaku toxic sendiri bersifat merusak suatu hubungan dalam suatu ikatan keluarga," lanjut Anissa.
Berikut contoh beberapa kasus yang sering ditemukan dalam suatu keluarga toxic.
ADVERTISEMENT
Sering membanding-bandingkan
Sering merendahkan anggota keluarga dengan membanding-bandingkannya dengan orang lain. Ucapan seperti ini berpengaruh pada kepercayaan diri yang berakibat pada rasa minder dan memiliki kecemasan berlebih (anxious).
Sering memaksakan kehendak
Biasanya terjadi antara anak dan orang tua yang menyuruh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginan pada si anak. Komunikasi tidak terjadi dua arah yang membuat anak tidak memiliki kebebasan untuk berekspresi sesuai keinginannya.
Tidak mementingkan “Quality Time” bersama keluarga
Keluarga yang tidak mementingkan Quality Time bersama keluarganya bisa mempengaruhi terhadap perilaku yang timbul, terutama pada anak. Banyak kasus anak yang cuek dan berprilaku agresif terhadap orang tua karena tidak mendapat quality Time bersama orangtua. Padahal ini sangatlah penting.
ADVERTISEMENT
Quality time bisa berupa melakukan bentuk kegiatan yang dilakukan bersama-sama anggota keluarga. Bisa juga sekedar mengobrol dan sharing pengalaman. Hal ini bisa membantu membangun ikatan dan rasa kepercayaan yang kuat terhadap keluarga.
Kurang memberikan dukungan dan apresiasi
Jika keluarga hanya berfokus kepada kelemahan kita, tapi tidak pada kelebihan kita, ini juga salah satu tanda perilaku toxic. Kunci keharmonisan sudah dipastikan jika keluarga memiliki sikap saling suportif dan apresiasi akan membangun karakter
Berbohong atau memanipulasi
Jika salah satu keluarga sering membohongi, maka ini bisa merusak ekpektasi anggota keluarga lainnya. Ini sangat berbahaya karena bisa menghilangkan rasa kepercayaan keluarga tersebut.
Berperilaku kasar
Sikap di mana ketika anggota keluarga kita menggangap layak untuk disakiti, baik secara verbal maupun fisik, sangatlah tidak baik. Hal tersebut akan memberikan pengalaman psikosomatis terhadap orang yang disakitinya. Kalau sudah begitu, akan sulit dan membutuhkan jangka waktu yang lama untuk disembuhkan.***
ADVERTISEMENT