Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bekerja di tempat yang berisik tak hanya menganggu konsentrasi dan pendengaran. Lebih dari itu, kebisingan bahkan memiliki dampak besar pada kesehatan, termasuk stres.
ADVERTISEMENT
Tidak mengherankan, semua area paling keras ada di kota; sudah pasti bahwa semakin padat suatu daerah, semakin banyak keluhan yang akan terjadi.
Dilansir dari Livestrong, suara keras yang didengarkan rutin dan lama secara perlahan merusak sel-sel pada reseptor sensorik yang melapisi basilar telinga. Sel-sel tersebut mengirim informasi ke otak melalui saraf koklea.
ADVERTISEMENT
Kebisingan dalam skala rendah pun sebenarnya bisa memicu sakit kepala, mudah lelah, stres, insomnia, tekanan darah tinggi, masalah jantung dan pencernaan, gangguan sistem kekebalan tubuh, perilaku agresif dan masalah belajar anak-anako
Menurut The National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD), suara di bawah 75 desibel aman bagi telinga. Suara 85-90 desibel, seperti suara mesin pemotong rumput, atau 110-150 desibel, seperti petasan, tembakan, dan konser musik rock, musik di club malam efeknya berbahaya bagi indera pendengar.
Suara percakapan manusia normal berkisar 60 desibel. Suara bising kendaraan di jalan sekitar 85 desibel. Tanda-tanda yang menunjukkan pendengaran kamu akan terganggu antara lain telinga sering sakit, tinnitus, juga sering terdengar dengungan di telinga.
ADVERTISEMENT
Para ahli sepakat kebisingan terus menerus yang terjadi di atas 85 desibel akan merusak pendengaran seseorang. Semakin tinggi intensitasnya, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk merusak pendengaran.
Kehilangan pendengaran biasanya terjadi secara bertahap dan tanpa rasa sakit. Gejala mulai kehilangan pendengaran antara lain setelah mendengar suara keras, biasanya telinga akan berdengung atau kesulitan mendengar.
Pernah nggak terpaksa dengerin musik dari teman sekantor saat kamu bekerja? Atau kamu pernah merasa bising saat berada di kafe yang memutar lagu dengan volume yang berlebihan?
Semua itu adalah kebisingan pasif yang bisa meningkatkan stres dan mengganggu konsentrasi kamu sebenarnya. Hal inilah yang membuat kesenyapan memang susah ditemukan.
Hidup yang senyap bisa berarti mengurangi kebiasaan mendengarkan musik secara pasif serta memperbanyak kesempatan mendengarkan suara-suara alami serta menikmati kesenyapan.
ADVERTISEMENT
Paparan pasif terhadap polusi kebisingan sosial maksudnya suara yang tak ingin kamu dengar atau mungkin lebih susah diatasi. Apalagi, kalau kamu terpaksa menghadapi kehidupan kota yang hiruk pikuk. Akan tetapi, hal ini bukan berarti kesenyapan benar-benar hilang dari kota-kota yang sibuk.
Jangan karena kebutuhan, kamu memaksakan telinga bekerja maksimal untuk mendengarkan audio non stop dengan volume tinggi.
Sesekali, kamu perlu mengistirahatkan telinga dan membiarkannya bebas dari suara bising. Kamu juga bisa mengistirahatkan otak dengan pergi ke tempat-tempat hening yang hanya tersedia suara alam yang menyejukkan.
Jika terpapar suara keras untuk waktu yang lama, seperti di konser, atau bar, atau dekat suara mesin yang bising, menjauhlah dari sumber suara selama lima menit setiap kali untuk mengistirahatkan telinga.
ADVERTISEMENT
Kamu juga harus segera tinggalkan kebiasaan membersihkan kotoran telinga dengan cotton bud. Bukannya membersihkan kotoran, penggunaan cotton bud akan mendorong lebih dalam kotoran masuk ke dalam telinga sehingga menambah risiko gangguan telinga lain. Lagipula, telinga adalah organ yang dapat membersihkan dirinya sendiri dari debu dan partikel berbahaya lainnya.
Intinya, kamu bisa lakukan hal sepele yang memang penting untuk dilakukan demi kesehatan pendengaran kamu.***
[Penulis: Risky Aprilia]