Bahagia Adalah..

Konten Media Partner
22 Januari 2020 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bahagia Adalah..
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Penulis: Agus Eka Prasetyo Co-Founder Imam Muda Salman
Tulisan ini berangkat dari setelah penulis bertemu dengan beberapa rekan yang menitipkan pesan kepada saya terkait asam garam hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Beberapa yang telah ditemui terkadang membuat saya harus berintrospeksi atas apa yang selama ini saya lakukan. Termasuk apa yang selama ini saya takutkan, kecemasan saya, mindset saya, serta kebahagiaan yang hendak saya raih, dan lain-lain.
Beberapa yang telah ditemui juga menyisakan arti bahwa kita harus banyak bersyukur, harus terus berbagi, harus terus berkontribusi, dan harus terus menyeimbangkan segala lini dengan potensi dan kekurangan yang dimiliki.
Ada kalanya, di usia yang sedang gagah-gagahnya, harus berpisah dengan keluarga yang dicintainya karena suatu hal. #getdivorce
Ada kalanya, diusia yang sedang mapan-mapanya tiba-tiba penyakit menghampiri. #bedrest
Ada kalanya, bisnis yang kian naik dan terus berkembang, tahu-tahu dalam hitungan jam menjadi anjlok dan gulung tikar karena aturan pemerintah yang tiba-tiba berubah. #unpredictable
ADVERTISEMENT
Tapi ada juga yang sudah dapat pekerjaan tapi ingin mencari pekerjaan yang lain yang sebenarnya, mereka silau dengan kelompok awal tadi, pindah kerja karena ingin mendapatkan lebih banyak untuk dirinya bukan atas apa yang harus dia berikan kepada lembaganya, untuk kepuasan dirinya. #selffullfillment
Ada juga yang sudah lulus, IPK cukup bagus, namun ternyata masih belum selesai dan berani mengambil resiko atas apa yang harus segera diambil dan dikontribusikan #disorientation
Kelompok pertama tadi, yang cakap sekali berperan dengan segala motif, kemudian kembali ke titik nol hampir dipastikan akan sangat kecewa dan putus asa bila menganggap hidup ini adalah untuk dirinya saja. Bagaimana tidak, misalnya, bisnis yang dirintis bertahun-tahun, karier yang dirintis bertahun-tahun, orang yang disayangi bertahun-tahun tiba-tiba dalam sekejap menghilang tak berbekas. #giveup
ADVERTISEMENT
Sedangkan, kelompok kedua, yang kemudian menginginkan pencapainan-pencapaian seperti kelompok pertama belum tentu siap dan mau jika harus menghadapi resiko seperti yang disebutkan. #dontunderstand
Lalu, apa pembelajaranya?
Sahabat bisa merenung dan mungkin butuh waktu untuk self talk (berdialog) dengan diri sendiri, apa yang sedang rekan-rekan cari dan apa filosofinya.
Berbicara motif, makna happiness seseorang yang saya temui berbeda-beda namun bisa cenderung mengerucut ke beberapa hal.
Ada orang-orang yang hidupnya adalah untuk significant, mulai yang bermotif baik hingga yang memang sengaja dibuat agar terlihat lebih baik dan perfect.
Orientasi motif ini adalah bagaimana ia terlihat istimewa di mata orang lain, kebahagiaanya adalah ketika ia disanjung, like, sesuatu yang melekat pada kulit dan dirinya kemudian dikomentari positif oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Di sudut yang lain, ada sebagian dari kita yang dasar hidupnya adalah ketika ia bisa melakukan pencapaian-pencapaian (achievement), hero. Sebagian orang ini ingin selalu ada di depan, menjadi pertama yang ingin memenangkan pertarungan baik bertujuan baik atupun tidak. Energi, fokus, dan waktu diproyeksikan ke satu titik yakni WI ..
Sebagian lain yang sudah menduduki posisi strategis, mapan, namun sebenarnya masih saja belum bahagia dengan dirinya. kenapa ya? Saya heran. orang-orang memandangnya dengan penuh sanjungan. Sejuta ucapan terimakasih kepadanya. Namun ia sendiri tidak bahagia. Ia tak menemukan kebahagiaan, yang ia rasakan adalah minimal dia hanya "diakui" mampu melakukan hal/tantangan yang diberikan.
Bertolak belakang, sebagian dari kita ada yang sudah menduduki posisi strategis. Namun, ia masih memiliki ketakutan-ketakutan yang besar bagi dirinya sendiri. Fokus pikirannya adalah pada sebuah masalah, bukan pada solusi. Fokus pikirannya pada pencarian mengapa dan mengapa namun tidak menjawab lebih realisitis.
ADVERTISEMENT
Menjawab realistis yaitu bagaimana cara terbaik untuk untuk mendobrak rasa takut yang menjangkit pada dirinya. Kalau lah alasanya tidak ingin mencelakakan apa yang sedang dipimpin, sebenarnya kelompok ini mungkin sedang mengamankan dirinya sendiri, egois terhadap dirinya sendiri.
Dan jauh dari pada itu, ada filosofi hidupnya hanya berkeinginan untuk selalu melayani sesama dengan hanya membuat cilok yang enak, untuk isi perut para mahasiswa yang sedang mengerinyit disiang hari. Bahkan beliau bisa sampai tengah malam berjualan cilok di depan kampus bandung berlogo gajah.
Beliau hanya ingin melayani mahasiswa yang jika berkegiatan sampai tengah malam, masih ada gerobak yang siap melayani kerucukan perutnya.
Sesiapa hidupnya yang berorientasi kepada nilai significant, pasti memiliki side effect yakni apa yang ditampilkan akan kemudian cenderung fake life. Fake life di sini ialah kehidupan semu nan palsu dan perasaan yang tidak puas dengan hidup yang sebenarnya. Di media sosial tampil sangat memukau namun realitanya berbeda.
ADVERTISEMENT
Sesiapa hidupnya yang berfilosofi kepada rasa takut , pasti apa yang di drive (dikendalikan) hanya ingin mencapai rasa aman, nyaman, namun malah sebaliknya, mengorbankan perkembangan dan kemajuan orang-orang disekitarnya.
Sesiapa hidupnya yang berfokus pada pencapaian, terkadang harus menimbang kembali, ketika pencapaianya membuatnya bahagia namun orang lain tidak dan sebaliknya, orang lain bahagia namun justru ia tidak merasa bahagia.
Sesiapa hidupnya yang berfokus ingin mendapatkan apresiasi dan pengakuan atas kontribusinya, sering kali sudah berkorban lebih namun malah mendapatkan yang sebaliknya.
Jadi apa paragraf terakhir yang masih tersisa?
Yaitu adalah sebuah kalimat pendek yang singkat, diambil dari intisari-intisari zaman terbaik dengan manusia-manusia terbaik yang mereka berprinsip ..... "life is short, don't do anything but only for God."
ADVERTISEMENT
Mari kita fokuskan significant kita hanya berpusat ingin mencari perhatian di hadapanNya.
Mari kita fokuskan rasa pencapaian kita hanya berpusat ingin mencari predikat terbaik di hadapanNya.
Mari kita fokuskan rasa kekhawatiran kita untuk berkontribusi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup sekeliling kita murni karenaNya.
Caranya dengan berjuang lebih, dan kemanfaatan lebih besar untuk masyarakat sekitar dan alam.
Apa yang lebih besar dari ini semua? Rasa-rasanya, tidak akan pernah ada.***