Berbeda Selera Musik Itu Wajar, Jangan Rendahkan K-Pop

Konten Media Partner
5 Februari 2020 7:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Photo: Instagram @Jrxsid
zoom-in-whitePerbesar
Photo: Instagram @Jrxsid
ADVERTISEMENT
Akun twitter @FCK_JRX milik I Gede Asri Astina alias Jerinx tidak bisa diakses lagi. Hal itu kemungkinan karena banyak yang melaporkan akun tersebut atas cuitannya yang mengundang kontroversi(01/02).
ADVERTISEMENT
Dalam akun twitternya, Jerinx berkicau budaya K-Pop yang dianggap adalah sebuah pembodohan. Tentu saja ungkapan tersebut mengundang sejumlah amarah dari kalangan tertentu.
“Yang akan bikin Indonesia pinter itu, selain sekolah & perpustakaan gratis, ya ganja. Bukannya kultur pembodohan ala K-Pop dengan laki-laki yang cantiknya melebihi Megawati. Ada musisi K-Pop yang mengajari kita berpikir kritis? Muka aja sudah seperti palsu dan seragam apalagi isi otaknya,” tulis Jerinx.
Kicauan itu ramai dibalas oleh warganet. Bahkan pada malam harinya, Jerinx ikut merespon kicauan dari warganet.
“Saya enggak pernah lihat fanbase Kpop terjun ke lapangan melakukan aksi sosial berjuang bersama rakyat melawan kapitalisme global. Kalau cuma tanam pohon, nyumbang ke panti-panti, koruptor juga banyak yang lakuin hal serupa,” tulis akun JRX tersebut.
ADVERTISEMENT
Para fans K-Pop sempat dibuat kesal oleh cuitan Jerinx yang dinilai telah menghina industri hiburan Korea Selatan, termasuk idola mereka.
Meski cuitan Jerinx telah lenyap, namun netizen sempat mengambil layar tangkapnya sebagai buktinya.
Apa, sih, salahnya menjadi penggemar K-Pop? Kenapa sebagian orang di Indonesia tidak menyukai tren budaya Korea seperti K-Pop?
Menurut Dosen Bahasa dan Budaya Korea, Universitas Pendidikan Indonesia, Ashanti Widyana mengatakan bahwa isu ketidaksukaan ini adalah hal yang sudah sangat lama muncul, bahkan ketika K-Pop baru mulai terkenal di Indonesia sekitar tahun 2010-an.
Para penggemar boyband terkenal seperti Super Junior dulu sering sekali diejek 'alay' atau 'norak' karena menyukai pria yang wajahnya terlihat 'kurang macho atau kurang tampan' menurut standar Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ada stereotip yang sering dilontarkan oleh orang yang tidak suka K-Pop, seperti 'plastik', 'banci' karena boyband itu menari dan memakai make-up. Mereka merasa pria yang menari dan menggunakan make-up ketika dipanggung itu tidak macho karena tidak sesuai dengan 'standar ketampanan' di Indonesia.
Menurut Ashanti, hal ini lebih seperti mereka tidak suka karena enggan untuk mencari tahu, tapi kemudian melontarkan komentar pedas seperti itu. Apalagi, saat ini di twitter artis K-Pop sering diasosiasikan dengan istilah 'plastik' yang merujuk pada operasi plastik.
ADVERTISEMENT
Memang industri operasi plastik di Korea itu berkembang pesat hingga bahkan di visitkorea.co.kr ada panduan wisata bagi mereka yang ingin melakukan Korean Medical Tourism. Tapi, ini bukan berarti menjustifikasi orang-orang untuk mengatakan bahwa orang Korea, terutama idol, adalah orang-orang 'plastik' tanpa talenta, hanya mengutamakan penampilan untuk menjadi terkenal.
Menjadi penggemar idol K-Pop ternyata memiliki dampak positif juga, lho. Percaya nggak?
Ashanti menerangkan bahwa menjadi penggemar K-Pop dapat melatih mereka untuk bisa menabung atau menyisihkan uangnya. Mereka jadi terbiasa untuk mengatur keuangan mereka supaya bisa membeli album atau menonton konser idol yang mereka suka.
Photo: Dokumentasi JYP Entertainment
Ketika mereka yang menyukai penampilan idol K-Pop, mereka bukan hanya melihat wajah mereka yang tampan dan cantik, tapi juga melihat gimana mereka tampil dengan teknik vokal yang bagus, teknik rap yang ga main-main, dance yang sangat kompak dan enak untuk ditonton, serta kostum panggung yang benar-benar dipikirkan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Tidak bisa dipungkiri, daya tarik K-Pop apalagi bagi remaja itu sangat kuat. K-Pop dengan a whole package of music, dance, look, stage act yang disiapkan dengan baik tentu seperti memberi 'pilihan' baru dan segar bagi penggemarnya.
Talenta yang dimiliki oleh idol ini menjadi hal yang lebih menarik untuk dilihat. Bisa dikatakan, appearance idol Korea itu hanya seperti 'gerbang' bagi penggemar K-Pop untuk masuk dan mengenal idol K-Pop dengan talenta yang mereka miliki.
ADVERTISEMENT
Tentunya, menjadi penggemar idol K-Pop tidak mengenal batasan usia, jenis kelamin, maupun status sosial. Semua boleh jatuh cinta terhadap K-Pop. Akan tetapi, Ashanti menegaskan untuk menghindari beberapa hal.
"Hal yang perlu dihindari, terutama apabila fans K-Pop ini masih usia sekolah, adalah jangan konsumtif dan jangan memaksakan kehendak. Misalnya, jangan memaksakan diri untuk membeli album atau menonton konser kalau tidak memiliki cukup uang, apalagi sampai harus memaksa orang tua untuk membelikannya. Selain itu, jangan sampai K-Pop membuat semangat belajar menjadi turun. Jangan pula sampai terjadi fan-war dengan fans dari idol lain karena tidak ada gunanya. Perpecahan seperti itu tidak akan berdampak apa-apa karena idola mereka saja bersahabat dengan baik," Tutup Ashanti.***
ADVERTISEMENT
[Penulis: Risky Aprilia]