news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cara Berdamai dengan Gangguan Kesehatan Mental Saat Melakukan Social Distancing

Konten Media Partner
18 Maret 2020 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jarak terbaik social distancing untuk mencegah penyebaran virus corona/Foto: Houston Methodist
zoom-in-whitePerbesar
Jarak terbaik social distancing untuk mencegah penyebaran virus corona/Foto: Houston Methodist
ADVERTISEMENT
Himbauan social distancing kian gencar dikeluarkan pemerintah. Cara ini digadang-gadang menjadi solusi paling efektif untuk meredam penyebaran virus corona atau COVID-19. Untuk mendukungnya, berbagai sektor dan lembaga menerapkan sistem work from home dan belajar di rumah sampai kondisinya kembali efektif.
ADVERTISEMENT
Berbagai acara yang melibatkan kerumunan orang juga terpaksa harus dibatalkan. Berbagai pihak merasa dirugikan tapi demi keamanan, imbuan ini harus dilaksanakan secara serius agar wabah pandemik COVID-19 tidak semakin meluas di Indonesia.
Dilansir dari vox.com social distancing berarti menegakkan jarak sosial dengan orang lain atau sebuah intervensi kesehatan masyarakat yang sangat penting untuk mengurangi penularan virus corona. Social distancing ini dilakukan dengan cara menjauhi kerumunan dan pertemuan besar seperti pernikahan, konser, konferensi, acara olahraga, dan juga transit secara masal.
Praktik terbaik dapat dilakukan dengan memberikan jarak enam kaki atau sekitar dua meter antara kamu dan orang lain saat melakukan hubungan satu sama lain. Mungkin memang cara ini sangatlah mengganggu dan mengakibatkan komunikasi terhambat.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, himbauan di rumah saja, menjadi solusi yang ditawarkan agar pengurangan penularan virus dapat berjalan dengan baik. Sementara itu, untuk sebagian aktivitas sehari-hari bisa dilaksanakan secara online.
Berbagai public figure dan influencer juga ikut melakukan edukasi sepenting apa social distancing dilaksanakan. Salah satu yang Temali soroti adalah video yang dibuat dan diunggah oleh Edward Suhadi, seorang film maker dan founder Edward Suhadi Production.
Dalam video itu dijelaskan, betapa pentingnya social distancing untuk mengurangi angka risiko penyebaran virus corona. Agar kasus-kasus yang sudah terjadi dapat ditangani dengan baik dan dapat sembuh sehingga memiliki imunitas diri terhadap virus corona.

Lalu, hal yang kemudian menjadi pertanyaan, bagaimana dampak dari social distancing?

Ilustrasi stress saat work from home/Foto: Unsplash
Dalam Shape, Barbara Nosal, Ph.D., L.M.F.T., L.A.D.C, kepala bagian klinis di Newport Academy mengatakan masyarakat kini hidup dalam teknologi yang canggih tapi juga tidak lepas dari berbagai sentuhan dengan yang lain, maka dari itu membatasi interaksi fisik dapat menyebabkan kesepian.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, ada orang yang memang terbiasa dan sangat menikmati selama ada di dalam rumah, ada juga mereka yang memiliki masalah ketika hanya di rumah saja. Terutama untuk mereka yang mempunyai gangguan kesehatan mental.
Dilansir dari Quartz, menjaga jarak dengan orang lain dengan berdiam diri di rumah atau menjalani karantina selama beberapa waktu memiliki implikasi yang erat dengan kesehatan mental yang tidak bisa diabaikan. Mengingat isu virus corona yang juga menjadi sebab, sebuah tinjauan penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet, menemukan bahwa karantina dengan berdiam diri di dalam rumah dapat menyebabkan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kebingungan, dan kemarahan, dengan beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek ini dapat bertahan lama.
ADVERTISEMENT
"Penting juga diingat bahwa pengurangan aktivitas karena bekerja di rumah atau libur sekolah dapat menambah frustrasi sedih ataupun marah," ucap Nosal.
Namun meskipun seperti itu, social distancing lebih penting dilakukan dibandingkan dengan memaksa diri untuk mengambil resiko keluar rumah. Covid-19 lebih berbahaya dan sangat merugikan dibandingkan dengan berfokus pada topik kesehatan mental.
Prairie Conlon, L.M.H.P., direktur bagian klinis CertaPet, mengatakan banyak dokter yang memiliki concern lebih pada kesehatan mental tapi menurutnya histeria coronavirus lebih mengkhawatirkan daripada itu. Di samping itu, penderita gangguan kesehatan mental tak jarang mengalami serangan panik yang menakutkan dan kadang harus berujung ke Unit Gawat Darurat (UGD).
Nosal juga menambahkan, tidak semua gangguan kesehatan mental terjadi seburuk itu. Hal tersebut bisa diminimalisasi dengan berbagai cara agar kita bisa berdamai dengan social distancing dan masalah gangguan kesehatan mental yang dialami.
ADVERTISEMENT
"Tidak semua terjadi seburuk yang dipikirkan. Social distancing malah bisa membuat penderita gangguan kesehatan mental lebih fokus terhadap kebahagiaan dirinya dengan melakukan diet sehat, tidur atau mungkin berjalan-jalan santai di lingkungan yang memang tidak ramai dan jauh dari kerumunan," ucap Nosal.
Teknologi modern juga sangat membantu untuk meminimalisasi gangguan tersebut, kita bisa memanfaatkan FaceTime atau video call bersama keluarga atau orang terdekat. Berbicara dengan orang lain bisa mengurangi perasaan kesepian dan terisolasi selama waktu social distancing berlangsung.
Ilustrasi FaceTime/ Foto: Unsplash
Namun, jika kamu benar-benar merasa sangat cemas tentang virus corona atau hal lain, lalu, kamu merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengendalikannya. Ditambah lagi kamu juga tidak mau keluar karena merasa tidak aman, cobalah untuk berbicara pada terapis.
ADVERTISEMENT
"Kamu bisa mulai menghubunginya dan berkonsultasi tentang keadaanmu. Tanyakan juga platform yang bis digunakan untuk perawatan saat social distancing berlangsung. Misalnya dengan menanyankan, apakah menyediakan layanan konferensi ataupun diskusi melalui video," tambah Nosal.
Hal yang kemudian menjadi penting untuk mengatasi gangguan kesehatan mental kamu saat menghadapi wabah virus corona adalah manajemen stres dan kecemasan. Menurut Center and Disease Control and Prevention (CDC) setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mengurangi stres. Namun cara yang mungkin akan sangat membantu adalah beristirahatlah sebentar dalam menonton, membaca atau mendengar tentng isu COVID-19. Termasuk juga dengan media sosial, karena mendengar tentang pandemi secara terus menerus dapat membuatmu jengkel.
Hal serupa juga dikatakan Nosal, media massa dan media sosial kadang memicu kepanikan dan kecemasan berlebih. Selektif terhadap paparan media dan membatasinya dapat memperbaiki kesehatan mental. Begitupun cara kamu menyikapinya akan sangat berpengaruh pada mental.
ADVERTISEMENT
Selebihnya, CDC menghimbau untuk menjaga agar tubuh tetap rileks, makan makanan bergizi, olahraga dan istirahat yang cukup serta jauhi narkoba dan alkohol. Lakukanlah, aktivitas yang membuatmu enjoy. Berbicaralah dengan orang lain tentang sesuatu yang membuatmu tertarik dan berbagi cerita tentang perasaan masing-masing***