Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Coaching, Counselling, Mentoring Sama Saja? Ternyata Beda
18 November 2019 13:52 WIB
ADVERTISEMENT
"Apa itu coaching?"suara Coach Adam Amrullah menggema, menanyakan kepada peserta training komunitas Pemimpin.ID, Ahad (17 November 2019). Peserta berasal dari mahasiswa tingkat 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Institut Pertanian Bogor.
ADVERTISEMENT
Bertempat di kantor Paragon Pesanggrahan, beberapa peserta mengajukan beberapa opsi jawaban. Coach Adam kemudian menanggapi, "Coach tidak mengarahkan, tetapi menggunakan metode bertanya agar orang dapat mencari solusi untuk dirinya sendiri."
Selama ini, saya pikir apa yang dinamakan coaching, consulting, counselling, mentoring itu mirip-mirip. Ternyata, kesemuanya memiliki definisi yang berbeda.
Ambil contoh saja, counselling atau konseling. Konseling lebih menggali mengenai permasalahan seseorang dengan metode bertanya. Sedangkan coaching lebih menggali solusi masa depan seseorang yang berasal dari dirinya sendiri melalui bertanya.
Mentoring dan consulting sendiri lebih banyak porsi mentor dan konsultan yang memberikan arah ketimbang bertanya kepada klien. Arah yang dimaksud adalah arah masa depan.
Sedangkan terapi lebih ke arah memberi tahu seseorang bagaimana meninjau permasalahan-permasalahan yang telah terjadi.
ADVERTISEMENT
Kesemuanya adalah praktik yang tidak meniadakan satu sama lain. Penggunaan metode tentu kembali lagi sesuai pada kebutuhan.
__
Coach Adam melanjutkan, ada tiga skill dasar yang perlu dipelajari untuk meng-coaching seseorang. Pertama adalah (1) Sincere Supporting; (2) Active Listening; (3) Powerful Questioning.
Sincere Supporting
Sincere Supporting di sini adalah coach tulus memperhatikan klien. Sisihkan modus tertentu. Yang ada ialah, diri kita tulus untuk mendengarkan cerita klien dan ingin menolongnya.
Beberapa cara dalam mempraktikkan sincere supporting adalah selaraskan frekuensi. Cocokkan emosi kita dengan emosi yang klien tampakkan. Kalau ia sedang duduk, kita ikut duduk. Kalau ia sedang sedih, ikuti mimik sedihnya. Kalau ia antusias, maka tampakkan antusiasme pula.
Hadirkan pula rasa nyaman. Hadirkan bahasa tubuh yang menandakan jika coach mendengarkan kliennya. Bisa dengan anggukan, senyum, balasan singkat dengan berkata "Ok.." "Ya.." dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Ulang pula kalimatnya dan merangkum kalimatnya, untuk menciptakan koneksi: bahwa coach mengerti apa yang kliennya ucapkan. Jangan lupa pula untuk memberi jeda agar klien mengekspresikan emosinya.
Active Listening
Active listening atau mendengarkan aktif adalah bagaimana kita tidak hanya mendengarkan memakai telinga, tetapi juga seluruh panca indra kita.
Mengapa mendengarkan dengan aktif penting? Coach Adam berujar, akan sulit mengetahui permasalahan klien dengan utuh jika kita tidak serius mendengarkan.
Cara mendengarkan dengan aktif adalah, lihat ekspresi wajah, termasuk mata. Seperti contohnya, ketika pupil matanya membesar, maka ia sedang antusias. Jika matanya berkaca-kaca, berarti apa yang ia sampaikan membuatnya terharu. Pandang pula gestur dan postur tubuhnya.
Dengarkan pula kata-kata yang sering terulang. Bisa jadi, kata-kata tersebut mewakili apa yang ia rasakan dengan kuat. Dengar pula intonasi suara dan nafas yang keluar darinya. Rasakan energi dan emosi dari klien kita.
ADVERTISEMENT
Powerful Questioning
Untuk menggali jawaban-jawaban esensial dari klien, ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna. Coach Adam mengatakan, coba ekspresikan nada naik di akhir untuk bertanya. Praktikkan berbagai intonasi, seperti intonasi berwibawa dan ramah.
Ajukan pula pertanyaan-pertanyaan tertutup (yang jawabannya 'ya' dan 'tidak', 'benar' dan 'salah') untuk klarifikasi. Ajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk eksplorasi. Untuk menggali data-data secara spesifik, tanyakan pertanyaan-pertanyaan 5w (who, where, when, why, what) dan 1h (how).
__
Bagaimana, sudah tertarik dengan dunia coaching? Untuk menjadi coach perlu pelatihan untuk mendapatkan sertifikat resmi. Tetapi tidak ada salahnya untuk menerapkan hal ini dalam kehidupan personal dan profesionalmu.***